Situs Trowulan dan Museum Purbakala Trowulan: Warisan Kebesaran Kerajaan Majapahit

Inilah saatnya Anda membangkitkan rekaan imajinasi tentang kehidupan dari sebuah kerajaan terbesar di Indonesia lebih dari 700 tahun yang lalu. Ya, inilah situs Kerajaan Majapahit dari masa abad  XIII – XV Masehi. Berlokasi di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur sebagai tempat dimana Anda dapat mengenang kebesarannya dan tidak lagi menganggap bahwa kita hanya tahu dari buku sejarah atau pelajaran saat sekolah dahulu. 

Trowulan adalah satu-satunya situs kota di Indonesia yang luasnya mencapai 11 x 9 km 99 km² dan menyimpan ratusan ribu peninggalan arkeologis, baik yang sudah ditemukan maupun yang masih terkubur. Berwisata ke tempat ini bukan sekedar liburan, namun Anda juga bisa menapaki sejarah besar dari sebuah kerajaan yang menjadi inspirasi Bangsa Indonesia tentang “Persatuan Nusantara“. Selain itu Anda akan mengetahui bagaimana tingkat peradaban di Trowulan di masa Majapahit, mulai dari sistem pemerintahan, perdagangan, hubungan luar negeri, teknologi, arsitektur, pertanian, hingga seni kerajinan.

Kerajaan Majapahit berdiri 1293 M setelah runtuhnya Kerajaan Singosari. Didirikan oleh Raden Wijaya, awalnya berpusat di daerah Hutan Tarik yang banyak terdapat Pohon Maja yang buahnya pahit, oleh karena itu dinamakan Majapahit. Raden Wijaya sendiri adalah menantu Raja Singosari yaitu Kertanegara dari garis keturunan Ken Arok, pendiri Kerajaan Singosari. Dia menjadi raja pertama Majapahit hingga 1309 M. 

Kebesaran Majapahit mencapai puncak keemasan pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Mahapatih Gajah Mada yang mengikrarkan Sumpah Palapa untuk mempersatukan Nusantara. Majapahit berhasil merangkai jejaring perniagaan lokal dan regional dengan komoditi beras dan hasil bumi yang ditukar dengan rempah-rempah, keramik, dan tekstil. Mata uang yang digunakan adalah uang gobog dan uang ma dari emas atau perak, uniknya mata uang Cina dari Dinasti Tang, Song, Ming, dan Qing berlaku juga di Majapahit. Dalam kehidupan beragama terjadi penyatuan agama Siwa dengan Budha, selain berkembang agama Karesian dan Islam. Hal ini menunjukan Majapahit sebagai negara multikultur dan masyarakatnya hidup damai dengan berbagai aliran kepercayaan secara harmonis. Majapahit mengalami pasang surut akibat perebutan tahta di kalangan keluarga raja hingga akhirnya mengalami keruntuhanya abad XV M.

Bangunan keraton Majapahit diperkirakan seperti rumah bertingkat dengan atap dari kayu tipis, tembok dari bata, lantainya dari anyaman tikar pandan atau rotan. Sementara rumah penduduk umumnya dari atap jerami. Situs-situs di Trowulan telah dipugar untuk menjaga keindahannya. Situs Trowulan ini ramai pengunjung terutama hari Sabtu-Minggu dan liburan sekolah. Setiap harinya rata-rata 50-an orang pada hari-hari biasa dan rata-rata 170-an orang pada hari liburan dan liburan sekolah.

Situs Trowulan sendiri pertama kali muncul dalam literatur berjudul “History of Java I” yang ditulis Sir Stamford Raffles tahun 1817. Raffles mengatakan bahwa nama Trowulan berasal dari Trang Wulan atau Terang Bulan. Saat ditemukan seluruh situs ini tertutup hutan jati yang cukup lebat, sehingga dia tidak terlihat sebagai sebuah kota klasik.

Situs kota kota klasik Trowulan dibagi beberapa segmen yang memperlihatkan perannya dimasa lalu. Dibangun dengan pola ruang kanal air diduga ada hubungannya dengan konsep mandala yang digunakan sebagai acuan dan dasar pembagian kosmologis kota ini. Kolam Segaran membuktikan hal tersebut tak ubahnya bagai telaga di tengah kota. Berdasarkan sketsa rekonstruksi Kota Majapahit dan foto udara memperlihatkan kota lama ini memiliki sistem kanal pengairan untuk drainase dan pasokan air yang dibuat dalam garis lurus memanjang barat laut-tenggara dan timur laut-barat daya.

Kegiatan 

Untuk menikmati situs kota purbakala ini mungkin Anda membutuhkan waktu lebih dari sehari. Ada banyak situs yang dapat Anda kunjungi seperti Candi Bajang Ratu, Candi Tikus, Candi Brahu, Candi Kedaton, Gapura Wringin Lawang, Kolam Segaran, Pendopo Mojopahit yaitu Petilasan Gajahmada, Museum Trowulan, Makam Putri Cempa yaitu permaisuri Raja Majapahit terakhir, Brawijaya. Ada juga Makam Troloyo yaitu makam Syeikh Jumadil Qubro, kakeknya para Wali Songo, ini juga membuktikan adanya komunitas Muslim di dalam kota kerajaan Majapahit. Ada juga makam Panjang yang menunjukkan adanya penghuni Trowulan sebelum era Majapahit.

Ikon Trowulan yang patut Anda kunjungi adalah Candi Brahu dan Candi Tikus. Candi Brahu terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto. Candi Brahu merupakan lokasi Ngaben atau pembakaran mayat di masa Kerajaan Majapahit. Sementara Candi Tikus merupakan bangunan petirtaan yang memiliki puluhan pancuran. Disebut Candi Tikus karena sewaktu ditemukan menjadi sarang tikus. Candi ini ditemukan bentuknya sebagai tempat pemandian putri kerajaan yang disebut dinuk (kesayangan). Candi dengan kedalaman 80 hingga 100 cm di bawah permukaan tanah itu berbentuk bujur sangkar 22,5 meter x 22,5 meter yang bentuk candinya mirip Gunung Mahameru di India. Tidak jauh dari Candi Tikus, ada  Candi Bajang Ratu. Candi ini mirip seperti Gapura Wringin Lawang, tapi Candi Bajang Ratu tampak indah dengan paduan taman bunga warna-warni seluas 11.500 meter persegi dengan jalan masuk yang cukup luas, candi ini juga memiliki atap yang fungsinya sebagai Pintu Gerbang. Candi Bajang Ratu merupakan tempat penobatan Jayanegara sebagai ratu saat masih kecil. 

Mampirlah ke kolam Segaran Majapahit, panjangnya 375 m dan lebar 125 meter, dan tinggi dindingnya 3,16 meter. Kolam yang sampai saat ini masih dialiri air tersebut tak ubahnya telaga di tengah kota. Kolam (balong) kuno seluas 6,5 Ha ini ditemukan pertama kali oleh Maclain Pont tahun 1926. Semasa Kerajaan Majapahit kolam ini juga difungsikan sebagai tempat rekreasi dan menjamu tamu dari luar negeri. Fungsi utamanya sebagai waduk dan penambah kesejukan udara kota. Dugaan sebagai waduk ini diperkuat dengan ditemukannya saluran pembuangan air yang berhubungan dengan Kolam Bulat (Balong Bunder) di Selatan serta Kolam Panjang (Balong Dowo) tepat di depan Museum Trowulan. Sayangnya kedua balong itu sudah tak berfungsi karena pendangkalan. Menurut cerita rakyat pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, apabila perjamuan tamu telah usai, maka peralatan perjamuan seperti piring, sendok, ataupun mangkok yang terbuat dari emas dibuang di kolam untuk menunjukkan betapa kayanya Kerajaan Majapahit. Namun, di dasar kolam telah lebih dahulu dipasang jaring, sehingga saat tamu sudah pergi, peralatan-peralatan tersebut diambil kembali untuk digunakan. 

Sempatkan juga mengunjungi situs Wringin Lawang dan duduk di pelatarannya yang asri. Gapura berbentuk simetris dan dibangun dari batu merah ini diduga merupakan bagian dari tembok keliling kota. Temuan arkeologis yang ditemukan di sekitar situs berupa sumur kuno menguatkan dugaan bahwa wilayah ini dulunya merupakan kawasan permukiman. Suasana di sekitarnya adalah hamparan rumput luas dengan hembusan angin yang sejuk. Tempat ini dipercaya sebagai pintu gerbangnya Majapahit karena dulunya terdapat gapura.

Candi Kedaton yang terletak di dusun Kedaton, Desa Sentonorejo, Trowulan, Mojokerto, merupakan situs yang masih misteri. Sampai sekarang arkeolog belum menemukan format dari Situs Kedaton yang juga memiliki sumur upas. Namun, beberapa bentuk bangunan situs itu diperkirakan berbentuk empat bangunan yang merupakan bentuk candi dengan sumur upas, makam Islam, mulut gua, tempat semedi (pertapaan), dan lorong rahasia. Penggalian situs Kedaton yang dilakukan sejak 1996 dan belum selesai hingga sekarang, karena para arkeolog masih mencari keterkaitan dari empat bentuk bangunan yang ada. Penggalian sudah mencapai kedalaman 80 cm di bawah permukaan tanah, diduga merupakan lorong rahasia yang menghubungkan kerajaan Majapahit dengan kerajaan lainnya. 

Tidak jauh dari Situs Kedaton di Desa Sentonorejo tersebut terdapat Pendopo Majapahit itu diyakini merupakan pusat kerajaan Majapahit dengan luasnya yang mencapai besaran kilometer, terbentang ke barat, timur, selatan dan utara dari pendopo. Di belakang pendopo, ada batu miring yang merupakan tempat Gajahmada membaca ikrar “Sumpah Palapa“, kemudian di belakangnya merupakan tempat pertapaan dan makam Raden Wijaya. Di Pendopo Agung setiap tanggal 1 Suro menjadi pusat penyelenggaraan Prosesi Grebeg Suro yang rangkaian kegiatannya meliputi kirab pusaka, pentas seni rakyat dan pagelaran wayang kulit semalam suntuk.

Museum Trowulan

Untuk menyatukan informasi dari semua situs purbalaka yang amat luas ini dalam satu tempat maka  Anda wajib mengunjungi Museum Trowulan yang jaraknya tak jauh dari situs kolam Segaran. Di sini Anda dapat memperoleh semua gambaran kejayaan Majapahit yang tersajikan secara lebih utuh dan sistematis. Anda dapat melihat berbagai benda-benda purbakala berupa koleksi seperti benda-benda terakota, keramik, logam, dan batu, alatalat produksi, alat rumah tangga, hingga arsitektur. 

Museum Purbakala Trowulan didirikan oleh Kanjeng Adipati Ario Kromojoyo Adinegoro bersama Ir. Henry Maclaine Pont tahun 1942 hingga 1926 dengan tujuan untuk menampung artefak hasil penelitian arkeologi di sekitar Trowulan. Di sini disediakan fasilitas musholla, cafetaria dan toko souvenir.

Saat ini, museum yang juga dikenal sebagai Balai Penyelamat arca memiliki koleksi berbagai temuan di wilayah Jawa Timur. Untuk memudahkan pengunjung, benda-benda koleksi ini telah dilengkapi dengan keterangan singkat dalam dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Secara garis besar ruang museum terbagi dua. Yaitu pertama, Ruang Pamer, digunakan untuk memamerkan artefak berukuran relatif kecil, seperti mata uang, senjata, prasati, alat musik dan peralatan rumah tangga. Kedua, adalah Pendopo, digunakan sebagai tempat pamer artefak berukuran relatif berat, seperti arca, relief, kala, yoni dan lain-lain

Di Museum Trowulan Anda dapat mengamati beragam koleksi langka nan indah yang menggambarkan peradaban maju Kerajaan Majapahit. Kemampuan para perajin logam dari emas, perak, kuningan, perunggu, tembaga, dan besi pada masa itu telah mencapai tingkatan tinggi. Bahkan, lonceng dari logam untuk gantungan di leher sapi pun ditatah dengan cita rasa seni yang indah. 

Akomodasi 

Beberapa hotel yang dapat dijadikan referensi adalah berikut ini.

  • Hotel Grand Trawas

Jalan Trawas,Mojokerto

Telp : 0361 9 600 600

  • Merdeka Hotel 

Jl Residen Pamuji 73

Mojokerto 61311 

  • Puri Indah Hotel 

Jl Raya By Pass

Mojokerto 61363 

  • Sekar Putih Hotel 

Jl By Pass 1

Mojokerto 61363 

  • Slamet Hotel 

Jl Panglima Sudirman 51

Mojokerto  61313 

  • Surya Kertajaya Hotel 

Jl By Pass Km 50

Mojokerto 61363 

  • Sativa Sanggraloka

Jl. Raya Pacet Km. 3, Mojokerto East Java

  • Surya Mojopahit Hotel 

Jl Pahlawan 40

Mojokerto 61321 

  • Wisma Tenera Hotel 

Jl HOS Cokroaminoto 1

Mojokerto 61313 

Berbelanja

Saat ini, talenta masyarakat Trowulan dalam seni kerajinan logam, batu, maupun terakota tetap terpelihara. Perajin logam, khususnya kuningan, dapat Anda temui di sepanjang Dusun Kedungwulun, Desa Bejijong. Aneka cendera mata, dari tingkat kesulitan yang mudah sampai sangat rumit, tersedia di sini dengan harga yang terjangkau untuk Anda beli sebagai oleh-oleh. Anda juga dapat meninjau langsung proses pembuatannya yang meliputi pembuatan model dari lilin, pencetakan, pembakaran, pengecoran, penuangan, penghalusan, hingga pewarnaan. Sebuah proses yang panjang dan rumit, membutuhkan ketelitian, kesabaran, dan cita rasa seni yang tinggi. 

Jangan lupa membeli batik khas Mojokerto yang memiliki simbol Surya Majapahit berupa lingkaran yang melambangkan sinar matahari bercampur dengan motif  “merica bolong”, ”beras tumpah”, dan motif-motif primitif lainnya. 

Kuliner 

Anda dapat temukan rumah makan berjejer di depan Kolam Segaran. Menunya, tentu saja khas Mojokerto seperti ikan wader, nasi panas, lalapan, sambal tomat, dan sebutir kelapa muda. 

Kuliner yang khas di Trowulan adalah Sambel Wader, yaitu iwak wader (ikan kecil yang ada di sungai) digoreng dan disajikan bersama sambal dan lalapan. Selain itu tentu juga ada kuliner Jawa Timur lain seperti Soto Dhok dan Rawon. Harganya cukup murah kurang dari Rp10.000,00.

Transportasi 

Lokasinya berada di sebuah dataran yang merupakan ujung dari kaki tiga gunung yakni Gunung Penanggungan, Welirang, dan Anjasmoro. Tepatnya di sekitar delta Sungai Berantas, sekitar 10 Km barat daya Kota Mojokerto, atau sekitar 60 km barat daya Surabaya. Situs ini dapat dicapai dengan kendaraan pribadi maupun kendaaran umum dengan waktu tempuh sekitar 1 jam dari Kota Mojokerto.

Anda dapat naik bus dari Surabaya hingga terminal Mojokerto atau langsung turun di Trowulan. Kemudian dari terminal Mojokerto naik angkutan kota ke Trowulan, setelah itu bisa naik ojek menuju ke beberapa candi yang berjarak sekitar 2-3 kilometer itu.

Anda juga dapat menggunakan kereta api dari Jogja menuju Mojokerto sekitar 6 jam. Sesampainya di Stasiun Mojokerto Anda menuju Terminal Bus Kertajaya Mojokerto. Dari sana naik becak dengan tarif Rp15.000,00 atau berjalan kaki sekitar 45 menit. Di terminal busnya pasti melewati Jalan Raya Trowulan. Cukup membayar Rp2.500,00 per orang untuk tujuan Trowulan sekitar 15 menit atau 12 km dari kota Mojokerto.

Untuk menuju Museum Trowulan ada di wilayah Dusun Trowulan Desa Trowulan Kecamatan Trowulan. Anda dapat mencapainya menggunakan semua transportasi melalui jalan raya Trowulan atau jalan kecamatan tidak jauh dari kolam Segaran.

Tips

  • Berkeliling di situs kota purbakala ini disarankan Anda menggunakan ojek atau mobil sewaan karena di sekitarnya tidak ada angkutan umum.
  • Cuaca cukup panas karenanya siapkan air minum dan pakaian yang menyerap keringat.
  • Di situs ini ada beberapa buku tentang sejarah Majapahit yang dijual untuk Anda beli. Atau dapat pula Anda menyewa pemandu proffesional yang disediakan pihak museum.
  • Museum Purbakala Mojokerto

Jl. Jend. A. Yani No 14, Mojokerto

  • Museum Purbakala Trowulan 

Jl. Raya Trowulan 13, Mojokerto, Phone: (0321) 61362