Tari Campak: Ekspresi Keceriaan Bujang-Dayang Bangka Belitung

 

Tarian ini termasuk yang populer dan ikonik di Kepulauan Bangka Belitung. Tariannya menggambarkan, ekspresi keceriaan bujang dan dayang di sana. Tarian ini dipenuhi ekspresi kegembiran penari dengan gerakan gemulai serta lincah. Musik khas Melayu yang mengiringi tarian terdiri dari piyul (biola), gong, gendang, dan keyboard atau akordion. Pertunjukan Tari Campak yang interaktif biasanya akan membawa penari, pemusik, bahkan penontonnya ke dalam suasana meriah.

Tari campak merupakan tarian pantun bersambut yang didendangkan sepasang bujang dayang dengan irama khas pemusik berupa tabuhan gendang, biola serta gong yang ditabuh secara berkala dan teratur. Para penari menggunakan selembar sapu tangan yang dikibas-kibaskan mengiringi jari jemari penari, mengenal tari campak seni budaya bangka belitung.

Hal menarik dari tari campak ini merupakan akulturasi budaya Melayu dengan budaya Portugis. Itu karena dahulu Bangka Belitung sempat berada di bawah penjajahan Portugis. Akulturasi kedua budaya terlihat pada alat musik pengiringnya berupa akordion dan biola dari Eropa yang didampingi gong dan gendang sebagai budaya lokal asli khas Melayu.

Selain itu, dapat dilihat juga pada kostum penari perempuan dengan gaun panjang, topi atau sepatu hak tinggi. Sedangkan untuk kostum penari laki-laki mengenakan kemeja, celana panjang, peci, dan selendang yang menunjukan budaya khas Melayu.

Sementara itu, kekentalan budaya Melayu terlihat dari bagian saling berbalas pantun dalam bentuk dendang di sela-sela tariannya.  Dalam beberapa kesempatan penari Campak juga mengajak para penontonnya untuk membalas pantun dan menari bersama. Uniknya, Penandak maupun penonton Tari Campak akan memberikan sejumlah uang kepada Nduk Campak jika mereka kalah dalam berbalas pantun.

Dahulu tarian campak biasanya dipentaskan pada waktu musim panen padi dan pulang dari ume (berkebun). Tarian ini kemudian berkembang dan digunakan sebagai hiburan dalam berbagai kegiatan seperti pentas budaya pesta rakyat, penyambutan tamu, serta adat pernikahan. Sesuai makna yang terkandung dalam tarian ini, penari campak terdiri dari beberapa pasang laki-laki dan perempuan. Penari laki-laki disebut dengan penandak dan penari perempuan disebut dengan nduk campak.

Di Belitung, tari campak terbagi menjadi dua, yaitu campak darat dan campak laut. Jika campak darat dijadikan tarian pergaulan maka campak laut merupakan tari gembira yang diikuti nyanyian dan dilakukan berpasang-pasangan. Biasanya campak laut dilakukan hingga larut malam dan terkadang dijadikan sebagai ajang mencari pasangan.

Tari campak diperkirakan dibawa ke Belitung dari Kepulauan Riau abad ke-18 Masehi melalui Pulau Seliu. Tarian ini disebarkan lewat seorang penari bernama Nek Campak dan dimungkinkan nama campak berasal darinya. Tarian campak kini menjadi tarian khas masyarakat Belitung khususnya suku Sawang.