Mie Aceh: Hanyut dalam Cita Rasa Kaya Rempah

 

Jika melancong ke Aceh belum lengkap bila lidah Anda belum mencicipi nikmatnya mie aceh. Kuliner ikonik Tanah Rencong ini kelezatannya sudah tersohor ke berbagai daerah di Indonesia dengan ciri pedas ditaburi bawang goreng dan disajikan bersama emping, potongan bawang merah, mentimun, dan jeruk nipis.

Perbedaan utama mie aceh dari hidangan mie dari daerah lain terletak pada racikan bumbu yang lebih tajam dan kaya rempah. Komposisi utama dari bumbu halus pada kuliner ini adalah berupa cabai merah, kunyit, jintan, kapulaga, merica dan bawang putih. Selain itu, berbeda dengan umumnya mie goreng atau rebus dari tanah Jawa, mie aceh (jenis yang digoreng) tidak menggunakan telur dan sebagai gantinya bumbu halus ditumis bersama bahan pelengkap sesuai pesanan.

Rasa khas mie aceh didapat dari tekstur mie kuning yang lembut dan kenyal dimana biasanya itu diproduksi sendiri dengan tidak menggunakan bahan pengawet. Mie aceh dilengkapi dengan irisan daging sapi atau kambing atau makanan laut (seafood). Saat selesai diolah, mie aceh biasanya akan diangkat ke atas piring untuk diberikan perasan jeruk nipis sehingga menambahkan rasa asam yang segar. Tidak lupa taburan irisan bawang goreng, acar bawang merah, emping melinjo dan irisan mentimun sebagai pelengkap sajian ini.

Ada beberapa jenis mie aceh, yaitu mie aceh kuah (direbus), mie aceh tumis (mie aceh basah) yang dimasak dengan sedikit kuah, dan mie aceh goreng yang dimasak kering tanpa kuah. Ketiganya sangat enak disantap saat masih hangat dan meski ada di berbagai kota di Tanah Air namun tentu tidak ada salahnya jika menikmati kuliner ini langsung di daerah asalnya.

Bagian terpenting dari mie aceh adalah bumbunya yang terdiri dari bumbu kari, cabai, bawang putih, kemiri yang dominan; kacang, tomat, dan sayuran. Melengkapinya berupa taoge dan kol, serta bahan lainnya yang dicampur air kaldu sapi. Olahan bumbu tersebut menghasilkan rasa gurih dan pedas yang khas.

Tidak ada yang tahu pasti asal usul makanan khas Aceh ini. Ada yang pendapat mie aceh merupakan pengaruh dari Tiongkok yang datang pada abad ke-13 Masehi, sedangkan kuah karinya merupakan pengaruh dari masakan India. Pendapat lain pun mengatakan variasi isi berupa daging sapi atau kambing pengaruh dari masakan Timur Tengah. Sedangkan makanan laut seperti udang, cumi, atau kepiting ada karena pengaruh letak geografis Aceh yang dikelilingi Selat Malaka, Laut Andaman, dan Samudera Hindia.

Dilihat dari asal usul yang beredar, tidak mengherankan makanan ini sangatlah kaya rasa. Sehingga kelezatan mie aceh sangat disukai bahkan dari perantau Aceh yang datang dari jauh. Dahulu mie aceh belum terlalu popular sampai ketika bencana Tsunami terjadi, mie aceh akhirnya dikenal luas karena kalangan pendatang khususnya relawan asing yang datang ke Aceh selepas tragedi Tsunami.

Anda dapat menemukan mie aceh di warung-warung makan yang dalam pengolahannya masih tradisional untuk menjaga cita rasa. Perbedaannya terletak pada olahan bahan dasar mie dan bumbunya. Dengan harga cukup terjangkau Rp15.000,- sampai dengan Rp18.000,- per porsi Anda sudah dapat menikmati sajian lezat mie letza ini. Selepas menikmati mie aceh, jangan lupa memesan segelas es timun serut untuk menjadi teman sepadan meredakan rasa pedas di lidah Anda.

Berikut daftar warung mie aceh yang bisa Anda kunjungi di Banda Aceh.

Warung Mie Razali di Jalan Panglima Polem Banda Aceh.

Warung ini hanya menjual mie aceh dari tahun 1963 dengan berbagai minuman jus dan minuman ringan lainnya. Mie Razali juga membuka cabang di Jalan Soekarno-Hatta, Lampeuneurut, Aceh Besar.

Warung Mie Lhoknga di Desa Lhok Nga, Aceh Besar.

Warung Mie Bireuen di Simpang Tujuh, Ulee Kareng, Banda Aceh.

Pusat jajanan Rex Peunayong di Jalan Ratu Safiatuddin, Banda Aceh.

Pusat jajanan yang menjual berbagai macam makanan. Selain mie Aceh juga ada nasi goreng, kerang rebus, sate matang, martabak telur, dan aneka minuman.

Warung Mie Kajhu di Jalan Banda Aceh, Krueng Raya, Kajhu Aceh Besar.

Selain menjual mie Aceh, warung ini juga menjual rujak Aceh.