Melihat Lumba-Lumba di Negeri Kita

Lumba-Lumba Teluk Kiluan (Photo credit: Him)

Sebagai negara kepulauan yang memilikilebih dari 17.000 pulau, perairan Indonesia yang cukup luas ini menjadi jalur migrasi bagi sejumlah hewan laut termasuk lumba-lumba. Mamalia laut yang terkenal cerdas dan bersahabat dengan manusia itu dapat dijumpai di beberapa kawasan dari Timur hingga ke Barat Indonesia.
 
Setidaknya ada 10 jenis spesies lumba-lumba yang dapat ditemukan di perairan Indonesia. Menyaksikan sekawanan lumba-lumba melompat-lompat di permukaan lautan luas atau bahkan berkesempatan menyentuhnya langsung tentu akan menjadi pengalaman yang berkesan.
 
Lumba-lumba harus sering muncul ke permukaan untuk bernapas namun secara bersamaan tak segan mereka mendekati perahu yang melintasi jalurnya. Rasa ingin tahu yang besar terhadap lingkungan membuat lumba-lumba tidak takut kepada manusia. Hewan ini bahkan seolah ingin memandu atau berinteraksi dengan manusia.
 
Untuk menyaksikan langsung atraksi kawanan lumba-lumba tidak bisa di sembarang tempat. Mereka hanya melaluijalur migrasi di beberapa perairan Nusantara. Berikut ini beberapa perairan yang bisa Anda kunjungi untuk menyaksikan sekawanan lumba-lumba di Nusantara.
 
Pantai Lovina, Buleleng, Bali
Pantai Lovina di Bali adalah salah satu lokasi untuk bertemu lumba-lumba yang cukup popular. Datanglah pagi-pagi sejak pukul 05.30 WITA ke pantai ini untuk dapat bertemu lumba-lumba di lepas pantainya. Dengan menumpang jukung atau perahu cadik, bersiaplah berinteraksi dan menyaksikan liukan dan lompatan riang lumba-lumba. Diperkirakan sekira 500-1.000 ekor lumba-lumba bergerombol di laut lepas Pantai Lovina. Mereka di sana nyaris hampir selalu ada atau mudah ditemui. Pengalaman menyenangkan ini pun akan disempurnakan denganpanorama alam Lovina yang cantik.
 
Teluk Kiluan, Tanggamus, Lampung Selatan
Menyaksikan atraksi lumba-lumba adalah daya tarik utama Teluk Kiluan. Lokasi tepatnya berada di Desa Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Berjarak sekira 80 km dari Kota Bandar Lampung, meski terbilang destinasi wisata baru, keberadaan lumba-lumba di kawasan ini telah menarik wisatawan lokal dan juga mancanegara.
 
Waktu terbaik mengunjungi Teluk Kiluan adalah saat musim kemarau, yaitu di kisaran bulan April hingga September. Lumba-lumba di Teluk Kiluan kabarnya mencapai ribuan. Bahkan disebutkan bahwa jumlah lumba-lumba yang melintasi Teluk Kiluan adalah jumlah terbesar di dunia. Dengan menyewa perahu cadik (jukung) seharga Rp250.000,- hingga Rp300.000,-, Anda sudah akan bisa melihat dari dekat puluhan bahkan ratusan lumba-lumba yang bersahabat. Bahkan kabarnya mereka dapat disentuh. Teluk Kiluan adalah jalur migrasi dua jenis lumba-lumba, yaitu lumba-lumba mulut botol (Tursiops truncatus) dan lumba-lumba paruh panjang (Stenella longirostris).
 
Pulau Siladen, Bunaken, Sulawesi Utara
Bunaken adalah pesona wisata bahari Tanah Air yang cukup popular. Pulau Siladen sering menjadi tempat diving dan snorkeling. Pulau ini memilki luas 31,25 ha dan berada di sebelah timur Pulau Bunaken. Anda dapat menempuhnya dengan kapal motor sekira 45 menit. Keindahan pulau tropis yang cantik dan taman bawah laut yang menakjubkan menjadikannya salah satu destinasi favorit wisatawan. Dalam perjalanan ke pulau ini, jika beruntung Anda akan dapat bertemu sekelompok lumba-lumba yang melintas. Menyenangkan saat melihat sekawanan hewan mamalia bersahabat ini seolah mengiringi perahu Anda sebelum akhirnya mereka berbelok mengikuti jalur migrasinya.
 
Sabang, Pulau Weh, Aceh
Ada sekira 4 jenis lumba-lumba yang melintasi perairan Sabang atau Pulau Weh, yaitu: lumba-lumba totol (Stenella antenuata), spinner dolphin (Stenella longirostris), lumba-lumba mulut botol (Tursiops truncatus) dan risso’s dolphin (Grampus griseus). Pulau yang berada di ujung paling barat Indonesia ini sejak dulu terkenal sebagai salah satu surga bagi penyelam. Perairan di Sabang merupakan tempat bertemunya Samudera Hindia dan Selat Malaka, mungkin karena itulah perairan di kawasan ini sangat kaya spesies ikan dan terumbu karang alami penuh warna. Pari manta, hiu, paus, penyu dan hewan-hewan laut lainnya juga mudah ditemui di sekitar perairan Kota Sabang.
 
Wakatobi, Sulawesi Tenggara
Taman Nasional Wakatobi juga merupakan jalur migrasi bagi ikan paus dan lumba-lumba. Pada musim-musim tertentu, berbagai jenis paus dan lumba-lumba dapat dijumpai dengan mudah di perairan kepulauan Wakatobi. Keindahan bahari yang spektakuler berpadu dengan lincahnya gerak dan renang lumba-lumba, siapa yang tak ingin menyaksikannya?
 
Wakatobi sendiri disebut-sebut sebagai kawasan dengan keanekaragaman terumbu karang tertinggi di Asia Tenggara. Oleh karena itu, tak heran menjadi lokasi favorit untuk wisata menyelam dan sudah terkenal hingga ke mancanegara.  Di kawasan ini ada sekira 750 dari total 850 spesies koral yang ada di dunia.
 
Kepulauan Gili, Nusa Tenggara Barat
Taman bawah laut Kepulauan Gili selain menjadi habitat bagi ragam terumbu karang dan ikan-ikan penuh warna, juga lumba-lumba menjadikannya sebagai jalur migrasi. Kepulauan Gili di Nusa Tenggara Barat terdiri dari 3 pulau, yaitu Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air. Gili Trawangan adalah pulau terbesar dengan fasilitas pariwisata yang relatif memadai sekaligus destinasi wisata paling favorit di Nusa Tenggara Barat. Pantai berpasir putih bersih, keindahan alam yang memesona serta keramahan penduduk lokal suku Sasak menjadi identitas dari kawasan kepulauan di Kabupaten Lombok Barat ini.
 
Teluk Cenderawasih, Papua
Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) di Papua merupakan titik favorit untuk melihat ikan paus dan juga atraksi ikan lumba-lumba karena kawasan ini memang menjadi habitat kedua hewan tersebut. Beberapa tempat khususnya adalah di Pulau Yoop, Wendesi, Wasior, dan Yomber. Selain karena kekayaan biota lautnya sehingga menyediakan kelimpahan sumber makanan, tak ada pemburu paus atau pun lumba-lumba di sini.
 
TNTC menjadi perwakilan ekosistem terumbu karang, pantai, mangrove dan hutan tropika di Papua. Perairan di kawasan ini juga menjadi kawasan konservasi laut terbesar di Indonesia sekaligus pusat penelitian hiu paus atau whale shark (Rhincodon typus) di dunia.