Sekilas
Masjid Raya Baiturrahman merupakan objek wisata yang paling ramai dikunjungi. Sangat tepat untuk Anda berwisata sejarah dan wisata budaya. Selain menjadi simbol utama kota Banda Aceh, juga menjadi tempat pelaksanaan ibadah dan berbagai kegiatan agama Islam. Masjid Raya Baiturrahman adalah cermin keberanian dan nasionalisme rakyat Aceh karena pernah menjadi markas pertahanan ketika berperang dengan Belanda (1873-1904).
Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah mahakarya peninggalan arsitektur Islam Indonesia yang dihiasi oleh ornamen khas Aceh dan kubah-kubah, menara masjid, dinding putih yang tinggi dan pilar-pilar megah. Menjadi masjid terbesar di Aceh dan terletak di pusat kota Banda Aceh. Terakhir menjadi simbol keteguhan dan kesabaran masyarakat Aceh saat terjadi tsunami tahun 2004 yang meluluhlantakan kota, tetapi ajaibnya masjid ini tetap berdiri kokoh.
Masjid ini merupakan salah satu masjid terindah di Indonesia bahkan di Asia Tenggara, memiliki tujuh kubah, empat menara dan satu menara induk. Ruangan dalam berlantai marmer buatan Italia, luasnya mencapai 4.760 m2 dan terasa sangat sejuk apabila berada di dalam ruangan Masjid. Masjid ini dapat menampung hingga 9.000 jamaah. Di halaman depan masjid terdapat sebuah kolam besar, rerumputan yang tertata rapi dengan tanaman hias dan pohon kelapa yang tumbuh di atasnya.
Pembangunan masjid ini dirancang arsitek Belanda keturunan Italia, De Brun. Bahan bangunan masjid sebagian didatangkan dari Penang, Malaysia, batu marmer dari Belanda, batu pualam untuk tangga dan lantai dari China, besi untuk jendela dari Belgia, kayu dari Birma dan tiang-tiang masjid dari Surabaya.
Masjid nan indah dan megah ini dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda sebagai lambang perdamaian setelah sebelumnya hancur dalam Perang Aceh. Dalam pertempuran itu perwira tinggi Belanda bernama Kohler tewas. Untuk mengenang peristiwa itu dibangun prasasti Kohler di halaman masjid. Letak prasasti itu berada di bawah pohon Geulempang, yang tumbuh dekat salah satu gerbang masjid. Enam tahun kemudian, untuk meredam kemarahan rakyat Aceh, pihak Belanda melalui Gubernur Jenderal Van Lansnerge membangun kembali Masjid Raya ini.
Ada dua versi pendirian masjid ini, ada yang menyebutkan didirikan oleh Sultan Allaudin Johan Mahmud Syah pada abad ke-13. Namun, versi lain menyebutkan masjid itu didirikan abad ke-17 pada masa kejayaan pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Berdasarkan catatan sejarah, nama Baiturrahman diberikan oleh Sultan Iskandar Muda. Pembangunan Masjid Raya Baiturrahman dimulai pada tahun 1879 dan akhirnya benar-benar selesai dibangun tahun 1883.
Tahun 1873 bentuk masjid yang masih asli ini dibakar oleh Belanda karena dianggap sebagai markas pertahanan pejuang Aceh. Pada Maret 1877, Gubernur Jenderal Hindia Timur menawarkan untuk membangun kembali masjid namun pembangunan baru dimulai dua tahun kemudian. Peletakan batu pertama pembangunan kembali masjid dilakukan tahun 1879 oleh Tengku Malikul Adil sekaligus menjadi imam pertama masjid disaksikan oleh Gubernur Militer Hindia Belanda di Aceh saat itu, G J Van Der Heijden.
Pada awalnya masyarakat Aceh menolak untuk beribadah di Masjid Baiturrahman karena masjid ini dibangun oleh Belanda yang berambisi menaklukan Aceh, namun sekarang Masjid Baiturrahman menjadi kebanggaan masyarakat Aceh. Masjid ini didesain dengan gaya Moghul India Utara yang bercirikan kubah besar dan menara masjid. Masjid-masjid di Indonesia dan Malaysia kemungkinan mengadaptasi Masjid Baiturrahman dalam segi arsitektur dan bangunannya yakni masjid yang bergaya Moghul Revival yang menggantikan bentuk atap masjid yang bertingkat-tingkat.
Masjid Raya Baiturrahman awalnya hanya memiliki satu kubah dan manara, namun kemudian beberapa kubah dan menara ditambahkan menyusul pembangunannya tahun 1935, 1958 dan 1982. Saat ini Masjid Baiturrahman memiliki tujuh kubah dan menara termasuk salah satunya menjadi menara tertinggi di Banda Aceh. Saat ini, Masjid Raya Baiturrahman memiliki 32 pilar dan memiliki luas lebih dari 1500 meter persegi.
Peristiwa sejarah terakhir dari masjid ini adalah saat Banda Aceh dilanda tsunami 26 Desember 2004, saat itu banyak orang yang mengungsi ke dalam masjid ini. Ketinggian dan deras air saat tsunami ketika itu hingga 2 meter dan hampir menggenangi ruangan. Masjid ini menjadi saksi sejarah bagi warga yang selamat. Mereka berlindung di dalam masjid. Setelah air surut, di dalam masjid dijadikan tempat meletakkan ribuan jenazah korban tsunami. Masjid ini selamat dari tsunami dan gempa bumi dengan mengalami sedikit kerusakan seperti gerbang utama sedikit miring dan retak.
Yang dapat Dilakukan
Waktu yang tepat untuk Anda berjalan-jalan di Masjid ini adalah setelah salat Jumat ketika masjid dan halamannya dipenuhi banyak orang. Atau bila Anda ingin menikmati suasana santai masjid ini tepat dikunjungi saat sore hari menikmati suasana taman dan kolam di depan masjid di atara tanaman hias dan pohon kelapa.
Bepergian di Banda Aceh
Selama berada di Banda Aceh Anda dapat menggunakan taksi atau angkutan umum lainnya seperti Labi-labi yaitu angkutan umum lokal dengan menggunakan minibus atau van. Anda juga dapat menyewa motoped untuk membawa Anda jalan-jalan di sekitar kota.
Datang ke Banda Aceh
Terdapat penerbangan dari Banda Aceh ke Medan dengan Garuda atau Lion Air.