Inilah monumen yang menjadi ikon kota Jakarta sekaligus pengenang perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari belenggu penjajahan. Berlokasi di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, Monumen Nasional atau sering disebut Monas didirikan tahun 1959 namun baru diresmikan pada 17 Agustus 1961.
Di dalam Monumen Nasional terdapat museum yang menyajikan diorama perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Tersimpan pula teks asli Naskah Proklamasi Kemerdekaan. Di bagian puncak monumennya Anda dapat melihat pemandangan kota Jakarta dengan bangunan pencakar langit ibarat hutan beton yang menawarkan pemandangan lampu malam yang indah.
Monas memiliki tinggi 132 meter dengan bentuk obelisk dan ada pula yang menyebut bentuknya adalah lingga yang digandengkan dengan yoni di puncaknya. Seluruh bangunan Monas dilapisi oleh marmer dengan puncaknya berupa cawan dengan 77 bagian lidah api yang disatukan setinggi 17 meter dengan diameter 6 meter. Lidah api tersebut berbahan perunggu seberat 14,5 ton yang dilapisi emas 45 kg. Nyala lidah api itu merupakan simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang tidak pernah padam untuk meraih kemerdekaan.
Emas di bagian pucuk Monas adalah sumbangan seorang pengusaha pribuni asal Aceh yaitu Teuku Markam. Emas tersebut diambil dari tambang yang berloksi di Lebong, Provinsi Bengkulu. Sebelumnya Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Bengkulu sebagai tambang emas dan menyebutnya sebagai Batavia II. Sumber lain menyebut bahwa Kerajaan Belanda saat itu menukar Singapura yang dikuasainya dengan Bengkulu kepada Kerajaan Inggris karena alasan tambang emas di Bengkulu.
Monas begitu identik dengan Soekarno karena memang rancangan pendirian monumen ini diawali oleh sayembara dan dinilai langsung oleh beliau. Adalah Friederich Silaban yang memikat Soekarno dengan konsep obelisk. Akan tetapi, saat awal pembangunan berjalan kemudian Soekarno yang juga seorang arsitek mengubah dan mengalihkan konsep pembangunannya dengan melibatkan seorang arsitek bernama Soedarsono dengan konsultan Ir. Rooseno. Saat awal pembangunan Monas terkendala keuangan mengingat Soekarno juga berambisi membangun masjid menjadi yang terbesar se-Asia Tenggara (Masjid Istiqlal).
Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, kawasan sekitaran Monas adalah pusat bangunan penting pemerintahan yang dinamakan Koningsplein. Di bagian utaranya berdiam rumah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang kini menjadi Istana Merdeka.
Di sekitaran Monas awalnya adalah taman hutan kota yang dahulu dikenal dengan nama Lapangan Gambir. Namanya kemudian berubah beberapa kali menjadi Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan terakhir Taman Monas.
Untuk masuk ke area Monas maka Anda perlu membeli tiket Rp20.000,- untuk dewasa dan Rp10.000,- untuk anak-anak. Tiket dibeli di loket yang terdapat di pintu sebelah utara Monas. Sedangkan tiket lift untuk masuk ke pelataran puncaknya seharga Rp7.500,- untuk dewasa dan Rp3.500,- untuk anak-anak. Jam buka Monas adalah pukul 9.00 pagi hingga 16.00 sore.
Kantor Pengelola Monumen Nasional Provinsi DKI Jakarta
Jl. Kebon Sirih No.22 Blok H Lt.IX No.53
Jakarta Pusat
Telp: +62 21 382 3041
Kegiatan
Sebelum menuju puncak monumen, Anda akan disajikan 51 diorama di lantai dasarnya yang dikenal sebagai Museum Sejarah Nasional Indonesia. Museum berukuran 80x 80 meter ini memperlihatkan sejarah Indonesia mulai dari masa pra sejarah hingga masa pemerintahan orde baru.
Di dalam cawan monumen terdapat ruang kemerdekaan yang menampilkan Naskah Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dalam sebuah kotak kaca. Ada pula lambang negara Indonesia, peta kepulauan Indonesia yang berlapis emas, bendera merah putih, dan dinding yang bertuliskan Naskah Proklamasi Indonesia.
Anda dapat menggunakan lift untuk menuju puncak Monumen Nasional. Pelatarannya dapat menampung 50 orang dan tersedia teropong untuk menikmati pemandangan seluruh sudut Kota Jakarta. Saat cuaca cerah dimungkinkan untuk melihat Gunung Salak dan Kepulauan Seribu.
Di sekeliling Monas terdapat air mancur yang berliuk-liuk sesuai alunan musik. Kolam tersebut menarik untuk dinikmati pada malam hari. Terkadang dalam acara tertentu dipertunjukkan pula laser berwarna-warni di bagian air mancurnya dan tugunya disorot lampu dari bawah.
Di Taman Monas seluas 80 hektar berkeliaran rusa-rusa di antara pepohonan rindang. Taman ini terbuka gratis untuk umum. Di bagian selatannya tersedia taman refleksi, yaitu batu-batuan yang dapat diinjak untuk pijat refleksi.
Anda dapat pula berolahraga di kawasan ini karena tersedia beberapa lapangan futsal dan basket yang bisa digunakan siapapun.
Akomodasi
Untuk referensi akomodasi di Jakarta silakan klik cari hotel.
Kuliner
Untuk direktori kuliner di Jakarta silakan klik cari restoran.
Berbelanja
Untuk informasi mengenai toko dan pusat sovenir di Jakarta silakan klik cari sovenir shop.
Transportasi
Tersedia beragam transportasi yang dapat Anda gunakan untuk mengunjungi Monas. Apabila ingin memanfaatkan kereta api maka gunakan KRL Jabodetabek yang berhenti di Stasiun Gambir. Menggunakan Bus Trans Jakarta bisa menjadi pilihan tepat. Apabila Anda menggunakan kendaraan pribadi maka tersedia parkir khusus di IRTI dengan akses masuk melalui pintu masuk di sekitar patung Pangeran Diponegoro atau pintu masuk di pelataran bagian utara.
Tips
Puncak pelataran Monas menjadi tujuan paling dinantikan pengunjung. Lebih tepat untuk naik ke atasnya saat menjelang senja untuk melihat Matahari terbenam dan gedung-gedung pencakar langit Ibu Kota dengan lampu-lampu yang menyala. Akan tetapi, perhatikan kondisi cuaca terutama saat angin kencang dan turun hujan yang dapat membuat suasana di atas pelataran tersebut kurang nyaman karena terpaan angin cukup kencang.