Kota Tua Jakarta yang dulunya bernama Batavia Lama (Oud Batavia) adalah sebuah wilayah kecil di tepi timur Sungai Ciliwung. Abad ke-16 para pelayar dan pedagang Eropa menjuluki tempat ini sebagai “Mutiara dari Timur” dan “Ratu dari Timur” dimana dikaitkan keindahan kota ini mirip sepeerti Amsterdam dan juga sebagai pusat perdagangan di Benua Asia. Dari sini pula VOC dan Pemerintah Hindia Belanda mengendalikan kekuasaan administratif mereka atas Nusantara.
Kota Tua Batavia dengan Pelabuhan Sunda Kelapa adalah cikal bakal dari kota Jakarta saat ini. Melintasi wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Barat,kawasan ini memiliki luas sekira139 hektar yang didominasi bangunan arsitektur Eropa dan China dari abad ke-17 hingga awal abad ke-20.
Ketika penjelajah legendaris dari Inggris yaitu James Cook menyambangi kota ini tahun 1770 maka ia pun terpesona dan menjulukinya sebagai “The Pearl of Orient” atau “Mutiara dari Timur”. Cook terpukau dengan keindahan bangunan dan struktur tata ruang kota ini yang dianggap mirip Kota Amsterdam di negeri Belanda. Kota ini memang dipersiapkan untuk menjadi salinan ibu kota negeri kincir angin tersebut sehingga dilabeli sebagai “Koningen van Oosten” atau “Ratu dari Timur”.
Kota Batavia didirikan di sebuah wilayah dulunya bernama Jayakarta (1527-1619). Daerah ini berdekatan dengan pelabuhan Kesultanan Banten yang bernama Sunda Kalapa. Jauh sebelumnya, pelabuhan tersebut sudah dirintis oleh Kerajaan Sunda sebagai sarana perdagangan antarpulau di Nusantara.
Pelabuhan Sunda Kelapa dan Jayakarta diserang tahun 1610 oleh perusahaan dagang Belanda VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) pimpinan Jan Pieterzoon Coen. Berikutnya tahun 1620, VOC membangun kota yang baru tepat di atas reruntuhan Kota Jayakarta tersebut hingga selesai dibangun tahun 1650. VOC menamai kota baru itu sebagai Batavia dengan pusat kotanya tepat berada di sekitar Taman Fatahillah sekarang. Dari sinilah VOC mengendalikan semua kegiatan perdagangan, militer, dan politiknya selama menguasai Nusantara hingga dilanjutkan berikutnya oleh Pemerintahan Hindia Belanda. Nama Batavia digunakan sejak 1621 hingga tahun 1942 saat Jepang menaklukkannya. Jepang berikutnya mengganti nama Batavia menjadi Jakarta dan tidak berubah hingga saat ini.
Awalnya areal kota Batavia seluas 139 hektar tetapi kemudian diperluas menjadi 846 hektar dimana termasuk di dalamnya Pelabuhan Sunda Kelapa, Pasar Ikan, hingga ke arah selatan yaitu Pecinan Glodok. Akan tetapi, wilayah inti kawasan kota tua sendiri meliputi Bangunan Balaikota atau Museum Fatahillah serta sekitarnya.
Nama Batavia diambil VOC sebagai nama kota ini untuk menghormati leluhur bangsa Belanda, yaitu ‘Batavieren’. Penduduk pribumi multietnis di kawasan ini disebut sebagai Betawi, yaitu dari kata “Batavianen”.
Kegiatan
Kota Tua Batavia merupakan tempat favorit para pecinta sejarah dan budaya. Kawasan ini juga sangat digemari fotografer yang ingin melatari fotonya dengan arsitektur bangunan tempo dulu. Langkahkan kaki Anda berkeliling Kota Tua atau menyewa sepeda tua ala meneer dan mevrouw Belanda.
Di Kota Tua Batavia ada 6 lokasi bersejarah yang dapat Anda telusuri. Mulailah dari Pelabuhan Sunda Kelapa, kemudian lanjutkan menuju tiga bangunan utama di jantung Kota Tua yang sekarang menjadi beberapa museum, yaitu: Museum Fatahillah, Museum Wayang, dan Museum Seni Rupa. Tiga sisanya adalah Museum Mandiri, dan Stasiun Kereta Api Kota.
Apabila Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang Kota Tua maka jangan ragu langkahkan kaki mengunjungi Museum Fatahillah. Di sini Anda dapat menelusuri jejak sejarah Jakarta dari masa prasejarah hingga berdirinya kota Jayakarta. Gedung ini selain berfungsi sebagai kantor juga memiliki ruang pengadilan dan penjara bawah tanah yang dilengkapi rantai dengan bola pemberat untuk tahanan.
Sempatkan menyambangi Menara Syahbandar (Uitkijk Post). Dari sini Anda dapat menerawang Kota Tua melalui ketinggian. Dulunya, menara tersebut berfungsi untuk mengawasi dan memandu kapal yang masuk ke pelabuhan. Menara Syahbandar juga menjadi titik 0 atau kilometer 0 Kota Jakarta sebelum dipindahkan ke Monumen Nasional (Monas) tahun 1980-an. Perhatikan seksama, ada keunikan dari menara ini yang posisinya miring beberapa derajat dari garis vertikal.
Kuliner
Di Kota Kua Batavia Anda dapat mengunjungi cafe yang menawarkan aneka menu masakan bernuansa klasik. Di antaranya yang paling terkenal adalah cafe Batavia dan Cafe Gazebo.
Cafe Batavia terletak di Taman Fatahillah menyuguhkan nuansa klasik dan iringan musik tempo dulu. Makanan yang tersedia bercita rasa Barat, Asia, ataupun Indonesia dengan menu andalan adalah Batavia’s Meat, Seafood Grill, dan Lobster Thermidor.
Kafe Gazebo menjajakan makanan tradisional ala kaki lima, seperti sate, es buah, gado-gado, soto, dan makanan tradisional lainnya. Aneka hidangan tersebut harganya berkisar antara Rp50.000,- hingga Rp150.00,-.
Cafe VOC Galangan berlokasi di seberang Museum Bahari dengan interior asli yang tidak banyak berubah sejak dahulu. Dibangun tahun 1628, awalnya bangunan tersebut digunakan sebagai bengkel kapal berukuran kecil. Pada 5 Desember 1999, cafe ini dibuka yang menyediakan berbagai macam menu makanan Indonesia seperti sop buntut, ayam syahbandar dan nasi goreng galangan.
Restoran Raja Kuring berlokasi di Jalan Kakap, Jakarta Utara. Arsitekturnya didominasi kayu sehingga menhadirkan suasana tempo dulu yang terasa kental. Di sini tersaji beragam menu makanan China dan Indonesia, yaitu: bebek peking panggang, ayam kung pauw, cap cai, kailan, karedok, sop buntut.
Berkeliling
Berjalan kaki atau menyewa sepeda onthel adalah pilihan sempurna untuk berkeliling di kawasan Kota Tua. Jangan lupa genggam kamera kesayangan Anda. Berikut ini beberapa tempat menarik yang dapat Anda sambangi di seputar Kawasan Kota Tua.
- Pelabuhan Sunda Kelapa
- Taman Fatahillah
- Museum Wayang (Gedung Gereja Batavia)
- Museum Keramik (Gedung Pengadilan Batavia)
- Museum Sejarah Jakarta (Gedung Stadhuis Batavia)
- Stasiun Jakarta Kota (Stasiun Beos)
- Museum Bahari
- Museum Bank Mandiri
- Glodok dan Pinangsia Area (Jakarta Chinatown)
- Pasar Ikan
- Menara Syahbandar
- Masjid Luar Batang
- Kota Intan
- Kali Besar
- Cafe Batavia
- Toko Merah
- Bank Chartered
- Kuil Jin De Yuan (Vihara Dharma Bhakti)
- Gedung Chandranaya
- Gedung Arsip
- Museum Bank Indonesia
- Petak Sembilan
Akomodasi
Berikut ini beberapa akomodasi yang dapat menjadi pilihan di seputaran Kota Tua.
The Batavia Hotel
Jl. Kali Besar Barat 44-46. Jakarta 11230
Telp: 62 21 690 4118, 690 7926.
Fax : 62 21 690 4092, 692 4044
Email : info@batavia-hotel.com
Website: http://www.batavia-hotel.com/inside/index.php
Alma Hotel
Jl. KS Tubun 10A, Jakarta
Telp :021 9777 4848; 021 9777 4949
Email: info@hargahotel.com
Website: http://alma.hargahotel.com/
Apabila Anda mencari akomodasi di seputaran Jakarta Utara maka berikut referensinya.
Pondok Sunter Indah
Jl. Gaya Motor III
Telp (021) 651-0862
Pondok Thirta Cottage
Jl. Raya Pluit Samudra
Telp. (021) 661-1291
Wisma Podomoro
Jl. Sunter Agung Utara Raya
Telp (021) 686-899
Pondok Impian
Jl. RE Martadinata
Telp. (021) 690-8924
Griya Permai
Jl. Jembatan Tiga
Telp (021) 660-0215
Apabila Anda mencari akomodasi di seputaran Jakarta Barat maka berikut referensinya.
Pondok Mitra Kencana Lestari
Jl. Prof. Dr. Latumeten
Telp (021) 568-2581
Transit Tomang
Jl. Kedoya Raya
Telp (021) 580-2127
Gerbang Utama
Jl. Terusan Arjuna
Telp (021) 565-9431
Grogol Hotel
Jl. Daan Mogot 2
Telp (021) 568-1434
Grogol Inn
Jl. Daan Mogot 79
Telp (021) 567-3523
Transportasi
Kawasan Kota Tua dan dapat diakses dengan kendaraan dari berbagai sudut Kota Jakarta. Anda dapat menggunakan bus Transjakarta dari blok-M (koridor 1), kemudian turun di akhir terminal kota. Dari terminal tersebut lanjutkan dengan berjalan kaki menuju kawasan Kota Tua.
Pilihan lain Anda dapat menggunakan kendaraan umum bus patas 79 (Rambutan-Kota). Dapat pula menggunakan mikrolet, yaitu: Mikrolet M-12 (Pasar Senen-Kota), Mikrolet M-08 (Tanah Abang-Kota), atau Kopaja 86 (Grogol-Kota).
Tips
- Apabila Anda menggunakan kendaraan pribadi menuju Kota Tua maka disarankan pada Sabtu atau Minggu, sebab pada hari kerja jalurnya cukup padat.