Sebuah acara wisata bernuansa petualangan yang dipadukan dengan budaya hadir di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, pada 15-17 Desember 2017. Festival Bamboo Rafting dan Budaya Loksado sudah menjadi kalender tetap Pemerintah Daerah setempat setiap tahunnya dan dari waktu ke waktu terus semakin baik pelaksanaannya. Peserta diajak menikmati arus menantang di Sungai Amandit dan mereguk alunan alat musik tradisional dan tarian etnik dari suku Dayak Meratus.
Rafting di Loksado terbilang unik karena tidak menggunakan perahu karet seperti biasanya melainkan menaiki sebuah rakit bambu yang disebut balanting paring. Rakit bambu yang biasanya berjumlah 16 batang tersebut berukuran panjang 5 meter dan lebar 1 meter. Rakit bambu tersebut dibuat mendadak dan tak bisa dipakai lebih dari satu kali karena jika sudah tiba di hilir maka tidak memungkinkan lagi untuk membawanya ke hulu (Dermaga Loksado). Setiap rakit bambu berisi maksimal 3 orang ditambah seorang pemandu berpengalaman yang akan mendayung rakit menggunakan sebilah bambu. Pengarungan di Sungai Amandit yang berkedalaman dua meter tersebut memakan waktu 2 hingga 3 jam.
Video via: VisitKalsel
Festival Loksado memanjakan penghobi petualangan dengan menyusuri Sungai Amandit Loksado menggunakan balanting paring (bamboo rafting). Pengarungan akan dimulai dari Desa Loksado menuju Bumi Perkemahan Kantawan yang ditempuh sekira tiga jam. Selama pengarungan peserta disajikan keindahan pegunungan yang mengapit Sungai Amandit. Mengarungi sungai Adengan sebuah rakit bambu menyuguhkan tantangan seru bukan hanya jeram dan bebatuan sepanjang sungai yang bisa membuat rakit miring atau terbalik. Peserta harus mampu menjaga keseimbangan rakit bambu tatkala berbelok atau membentur batu kali dibalik aliran sungai.
Loksado berada di Pegunungan Meratus yang dikenali memiliki banyak destinasi wisata air terjun. Oleh karena itu, merangkai acara festival ada Fun Trekking menuju Air Terjun Rampah Minjangan dilanjutkan siang harinya dengan suguhan tarian tradisional kurung-kurung dan bakanjar. Peserta juga melihat langsung bagaimana produksi hasil bumi Loksado berupa kayu manis dan buah kemiri (keminting).
Kabid Promosi Wisata Alam Hendry Noviardi mengutarakan bahwa atraksi wisata alam di Loksado sangat menantang karena menyusuri sungai dengan rakit dari bambu bukan dengan perahu karet. Tidak hanya sekadar menguji adrenalin, bamboo rafting menyajikan pemandangan alam luar biasa di setiap jengkal lintasan sungai. Selain itu, di tengah perjalanan, peserta bisa melihat keseharian suku Dayak Meratus.
“Bila melihat keindahan alam Kalimantan Selatan dan budaya unik, silakan ke Hulu Sungai Selatan, festivalnink sangat unik dan memacu adrenalin, naik bamboo rafting menyusuri sungai. Bamboo rafting l berakhir di Desa Tanuhi. Meski bukan berada di kawasan gunung berapi, Desa Tanuhi memiliki sumber air panas alami berasal dari gas bumi”.
Festival yang diminati bukan saja wisatawan domestik melainkan juga wisatawan mancanegara ini diperkirakan diikuti dua ribu orang yang berdampak penuhnya penginapan di sekitar. Biaya pendaftaran untuk mengikuti festival bamboo rafting dalam festival loksado 2017 ini adalah sebesar Rp 600.000,- per lanting (maksimal 3 orang). Pendaftarannya sudah dimulai sejak tanggal 13 November hingga 10 Desember 2017. Festival Loksado diharapkan dapat meningkatkan kunjungan pariwisata baik lokal, nasional bahkan internasional, serta mengangkat perekonomian masyarakat setempat dan melestarikan budaya daerah.
Loksado sendiri merupakan sebuah desa di Kecamatan Loksado yang dihuni suku Dayak Loksado. Wilayahnya berada 175 km dari Banjarmasin atau sekira 4 jam perjalanan dari Banjarmasin. Anda dapat memanfaatkan kendaraan sewaan atau angkutan umum menuju Kandangan, ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dengan biayanya 35 ribu rupiah. Berikutnya dari Kandangan ke Loksado memakan waktu 1 jam.