Ketika kita menyebut ibu kota Indonesia yang baru maka sebuah kawasan akan menyeruak untuk sering disebut kemudian, yaitu Teluk Balikpapan. Sebuah laut kecil dengan kedalaman cukup yang bersetepi dengan Selat Makassar sekitar barat daya dari Samudera Pasifik. Teluk Balikpapan menjadi perairan yang memisahkan Kota Balikpapan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara.
Ekosistem Teluk Balikpapan didominasi kawasan terumbu karang, padang lamun, mangrove, hutan hujan dipterokarpa dan karst, dengan lebih dari 100 spesies mamalia, hampir 300 jenis burung, dan lebih dari 1000 jenis pohon. Ekosistem alami ini telah menjadi penjaga keseimbangan alam di kawasan yang unik tersebut.
Hutan mangrove di Teluk Balikpapan sangat strategis karena menjadi habitat bagi lima persen dari populasi bekantan. Hasil survei Stanislav Lhota sejak 2006 menemukan di Teluk Balikpapan terdapat populasi bekantan mencapai 1.400 ekor dimana sekira 1.000 ekor di pesisir Kabupaten Penajam Paser Utara dan 400 ekor di pesisir Balikpapan.
Kawasan Teluk Balikpapan menjadi benteng terakhir beberapa satwa langka pesisir Kaltim, baik di darat, yakni bekantan atau monyet hidung belalai (Nasalis larvatus) maupun di perairan lautnya yaitu duyung (Dugong dugon) dan pesut mahakam (Orcaella brevirostris) subspesies dari pesut (Irrawaddy dolphin).
Pesut mahakam sendiri adalah satwa langka yang selama ini diketahui hanya hidup di ekosistem air tawar. Populasi satwa langka itu selama ini diketahui hanya terdapat di Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan Sungai Irawady dimana sekarang menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Populasi Pesut di Teluk Balikpapan diperkirakan sekitar 60 hingga 140 ekor. Muara Tempadung merupakan habitat yang sangat penting bagi pesut sebagai daerah pencarian ikan dan migrasi mereka.
Jadi, untuk menemui hewan-hewan langka ini Anda tidak perlu harus jauh ke tengah samudera atau menjelayahi jatung rimba belantara untuk menemukan berbagai satwa langka dan unik, namun itu ada di Teluk Balikpapan.
Teluk Balikpapan kini wilayahnya secara administrasi meliputi tiga kabupaten/kota, yaitu: Penajam Paser Utara (80 persen), Balikpapan (17 persen), dan Kutai Kartanegara (3 persen). Saat ini Teluk Balikpapan melingkupi 42 kelurahan dengan luas daerah aliran sungai 211.456 hektare dan perairan 16.000 hektare. Adapun populasinya, diperkirakan sekira 250 ribu jiwa.
Kawasan Ibukota negara nantinya akan mengubah wajah Teluk Balikpapan dengan upaya keseimbangan ekosistem. Pembangunan ibu kota baru di kawasan tersebut rencananya akan dimulai akhir 2020 atau awal 2021. Pembangunan dan pemindahan ibu kota sendiri akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama meliputi pembangunan lahan seluas 6.000 hektare (ha) di Penajam Paser Utara. Di sana akan dibangun distrik pemerintahan yang diharapkan rampung pada 2024 mendatang. Istana Presiden dan masjid akan menjadi bangunan pertama pemerintahan yang akan berdiri di Penajam Paser Utara. Selanjutnya, tahap kedua meliputi pembangunan berbagai sarana pendukung aktivitas ibu kota baru tersebut. Lokasinya di Kabupaten Kutai dengan luas lahan 40 ribu ha. Lahan tersebut juga meliputi kawasan Bukit Soeharto.