Batik Tulis Jambi: Ekspresi Sejarah dan Budaya Masyarakatnya

Sekilas

Seni melukis di atas kain atau yang lebih dikenal dengan membatik merupakan budaya masyarakat dan melekat dalam keseharian hidup mereka. Pengakuan terhadapnya didukung sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi oleh UNESCO. Batik Indonesia sendiri dibagi tiga jenis, yaitu: batik tulis, batik cap dan batik lukis. Ketiganya banyak ditemukan di berbagai tempat di Nusantara mulai dari batik Cirebon, Pekalongan, Bali, Madura, Malang, Solo, Kediri, Kudus, Aceh dan juga yang tidak kalah istimewa adalah batik tulis jambi.

Batik tulis Jambi merupakan warisan leluhur masyarakat Jambi selain dikenal sebagai salah satu penghasil sawit paling besar di Indonesia. Dibandingkan dengan batik asal daerah lain, batik tulis jambi memang kalah pamor namun demikian batik tulis jambi ini memiliki keistimewaannya sendiri. Anda dapat membuktikan dengan melihatnya langsung pada motif, warna, dan pada proses pembuatannya.

Batik tulis jambi sendiri sudah ada sejak zaman Kesulatanan Jambi. Kala itu batik tulis jambi dianggap sebagai kain istimewa karena hanya dikenakan keluarga Kesultanan Jambi dan tidak dapat dimiliki sembarangan orang. Pembuatan kainnya pun terbatas hanya untuk anggota keluarga kesultanan dan masyarakat tingkat sosial tinggi.

Berikutnya batik tulis jambi perlahan mulai dapat dinikmati masyarakat umum seiring mulai berakhirnya Kesultanan Jambi pada 1906. Keberadan batik ini juga dikenalkan penulis Belanda yaitu B.M. Goslings dalam artikel yang diterbitkan pada Oktober 1928. Goslings menyebutkan bahwa di Dusun Tengah, Jambi terdapat pengrajin batik yang menghasilkan kain bercorak batik indah.

Kini batik tulis jambi hadir dengan beragam warna cerah dengan tetap menjaga kualitas. Pembuatannya pun masih setia menggunakan perwarna bahan alami dari campuran berbagai jenis kayu dan tumbuhan. Biasanya adalah pewarna dari getah kayu lambato, buah kayu bulian, campuran biji pohon tinggi, daun nila dari Yogyakarta, kemudian ada juga campuran dari daun pandan dan kayu sepang.

Batik tulis jambi umumnya menggunakan bahan sutra dan katun. Proses pembuatannya terbilang lama karena setiap corak, tekstur dan motif menggunakan cotton buds bukan dengan canting seperti pembuatan batik tulis umumnya di Pulau Jawa. Ketika selesai dibatik, batik tulis jambi tidak digantung melainkan dibentangkan di lantai. Pembuatannya memakan waktu hingga 2-3 bulan. Harga batik tulis jambi terbilang mahal per meternya, yaitu Rp175.000,- untuk bahan katun dan Rp250.000,- untuk bahan sutra.

Motif batik tulis jambi merepresentasikan simbol dari masyarakatnya yang ceria dan riang. Selain itu, motif-motif tersebut juga memiliki latar belakang filosofis masing-masing. Contohnya motif kapal sanggat yang tersangkut menggambarkan manusia jika tidak berhati-hati saat bekerja maka akan terangkut masalah. Ada juga motif durian pecah yang menggambarkan kehidupan manusia bedasarkan dua hal penting yaitu iman dan ilmu pengetahuan. Atau juga ada motif angos duo dan batanghari yang menggambarkan Kota Jambi dilewati Sungai Batanghari dan dua ekor angsa milik sultan pertama Jambi. Ada pula motif-motif lainnya, yaitu: nanas, durian pecah, melati, kaca piring, puncung rebung, bulan sabit, pauh (mangga), antlas, awan bararak, riang-riang, kupu-kupu, kembang duren, cendawan, serta ayam.

Untuk bisa mendapatkan Batik tulis Jambi, Anda bisa pergi ke Kampung Olak Kemang di Kecamatan Danau Teluk, Jambi. Kampung tersebut merupakan sentra pembuatan batik tulis jambi dimana Anda juga bisa langsung menyaksikan proses pembuatannya. Untuk menuju Kampung Olak Kemang, dari Bandara Sultan Thaha Syaifuddin Anda bisa menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi sekira 30 menit perjalanan.