Di antara bangunan pencakar langit modern, Jakarta masih menyisakan salah satu stasiun kereta api tertua peninggalan Hindia Belanda sekaligus bagian dari sejarah era emas Kota Tua Batavia. Stasiun Kereta Api Jakarta Kota atau masyarakat sekitar menamainya Stasiun Beos (era tahun 1980-an) merupakan jalur KA pertama Batavia-Bogor (Buitenzorg) yang telah beroperasi sejak 1873.
Berlokasi di Jalan Stasiun Kota, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Anda dapat menyambangi stasiun ini yang tidak jauh dari Kota Tua Batavia. Stasiun Kereta Api Jakarta Kota telah masuk kategori cagar budaya yang wajib dilindungi (Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 tahun 1993).
Dirancang Frans Johan Louwrens Ghijsels, yaitu seorang arsitek kelahiran Tulungagung 8 September 1882, dengan kombinasi antara struktur dan teknik modern Barat ala art deco berpadu dengan bentuk tradisional setempat. Oleh karena itulah, stasiun ini dijuluki “Het Indische Bouwen” atau “Gedung Hindia”, sebuah penisbahan akan kesederhanaan namun bercita rasa seni tinggi sesuai filosofi Yunani Kuno, yaitu, “Kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan”.
Stasiun Kereta Api Jakarta Kota memiliki konfigurasi bangunan linier membentuk huruf “T”. Pada bagian peron menggunakan rangka atap frame berbentuk kupu-kupu dengan penyangga kolom baja. Dinding bagian dalam berlapis keramik berwarna coklat dan dinding luar bagian bawah berbalut plesteran hitam. Lantai stasiunnya bersematkan ubin kuning dan abu-abu, sedangkan lantai di bagian peron mengenakan ubin berpola waffle warna kuning. Perhatikan seksama bagaimana penggunaan bata di atas pintu dan ubin waffle pada dinding bagian bawah serta daun pintu tambahan yang berfungsi sebagai pintu angin.
Stasiun Kereta Api Jakarta Kota dulunya merupkan salah satu dari sedikit stasiun di Indonesia yang bertipe perjalanan akhir atau tidak memiliki kelanjutan jalur berikutnya (terminus). Stasiun kereta api ini memiliki nama lain yaitu Stasiun Beos. Kata Beos merupakan kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij yaitu Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh.
Dahulu Jakarta memiliki stasiun kecil bernama Batavia Noord yang berlokasi tidak jauh dari Museum Fatahillah tetapi setelah berdirinya stasiun Jakarta Kota maka Stasiun Batavio Noord pun dihancurkan. Stasiun ini disebut BEOS dikarenakan pada awalnya digunakan oleh Batavischee Oosterspoorweg Maatschappij sebagai operator menuju kawasan timur Jakarta.
Kata Beos juga ada yang menyebut berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia dan sekitarnya. Dahulu stasiun ini berfungsi sebagai penghubung Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain.
Ada juga nama lain untuk Stasiun Jakarta Kota ini yakni Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan. Batavia Zuid dibangun tahun 1870 kemudian ditutup pada 1926 untuk direnovasi sehingga menjadi bangunan yang kini ada. Sekira 200 meter dari stasiun yang ditutup itulah dibangun Stasiun Jakarta yang selesai dibangun pada 19 Agustus 1929 dan resmi digunakan pada 8 Oktober 1929 dengan nama Stasiun Batavia Benedenstad. Peresmiannya saat itu dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff (1926-1931).
Anda dapat menikmati jejak sejarah jalur kereta api dari Stasiun Kereta Api Jakarta Kota dengan KA Wisata Tanjung Priuk – Jakarta Kota. Perjalanan tersebut sekira 45 menit dari Stasiun Jakarta Kota. Kereta ini akan melewati beberapa bangunan cagar budaya seperti Stasiun Manggarai, Stasiun Jatinegara, Gedung Listrik Aliran Atas, dan Dipo Lokomotif Jatinegara, serta Stasiun Pasar Senen.