Candi Muara Takus: Keunikan Candi Budha yang Berharga

 

Sekilas

Anda layak mengunjungi candi Budha ini karena menjadi satu-satunya peninggalan sejarah berbentuk candi yang ada di Riau sampai saat ini. Berlokasi di Desa Muara Takus, Kecamatan Tigabelas Koto Kampar, Kabupaten Kampar atau sekitar 135 km dari Pekanbaru. Candi Muara Takus dikelilingi tembok dari batu putih berukuran 74 m X 74 m, letaknya di pinggir jalan yang menghubungkan Desa Muara Takus dengan desa Tanjung Kecamatan Tigabelas Koto Kampar.

Candi Muara Takus merupakan peninggalan sejarah yang sangat berharga dan diperkirakan merupakan bagian atau pusat Kerajaan Sriwijaya. Candi ini dahulunya merupakan pusat penyiaran dan pendidikan agama Budha. Bahkan diperkirakan tidak itu saja, daerah alur Sungai Kampar juga merupakan salah satu pusat perdagangan internasional melalui Selat Malaka sampai ke Muara Takus yang disinggahi kapal dan perahu dari berbagai negara.

Candi Muara Takus adalah candi yang tertua terbuat dari tanah liat dan tanah pasir, sementara candi yang ada di Jawa umumnya terbuat dari batu pegunungan. Bahan pembuatan candi diambil dan Desa Pongkai sekitar 6 km dari candi tersebut. Nama Pongkai berasal bahasa Cina “Pong” artinya lobang dan “Kai” artinya tanah. Maksudnya lubang tanah yang diakibatkan oleh penggalian untuk pembuatan Candi Muara Takus tersebut. Bekas lubang galian itu sekarang tidak dapat terlihat lagi karena tenggelam oleh genangan waduk PLTA Koto Panjang. Kata Muara Takus berasal dari nama anak sungai kecil bernama Takui (Takus) yang bermuara di Sungai Kampar. Pendapat lain mengatakan kata “takus” berasal di Bahasa Cina  “Takuse” yang artinya  ta: besar, ku: tua, dan se: candi,  jadi artinya candi besar tua yang terletak di muara sungai.

Candi Muara Takus yang berupa stupa menunjukkan identitasnya sebagai tempat pemujaan agama Budha Mahayana. Hal ini membuktikan bahwa agama Budha pernah berkembang di daerah ini. Belum dapat dipastikan secara pasti kapan candi ini didirikan. Berdasarkan penelitian tahun 1935, 1936, dan 1938, Dr. FM Schnitger di dalam bukunya yang berjudul “Forgotten Kingdoms in Sumatra”, menyatakan bahwa Kompleks Candi Muara Takus didirikan pada abad 11-12 M. Tetapi para ahli lainnya menyatakan bahwa tempat pemujaan penganut agama Buddha Mahayana ini dibangun oleh Kerajaan Sriwijaya sekitar tahun 900-1000 Sementara itu, J.C. Moens di dalam bukunya “Crivijaya, Java en Kataha” menyatakan Muara Takus adalah pusat dari kerajaan Sriwijaya dan dibangun pada awal berdirinya Kerajaan Sriwijaya sekitar abad 7 M.

Bahan pembuatan candi ini dari batu bata yang bervariasi ukurannya dengan panjang antara 23 sampai 26 cm, lebar 14 sampai dengan 15,5 cm, dan tebalnya 3,5 cm sampai 4,5 cm. Bata ini pada masa lampau memiliki kualitas yang lebih baik dari bata pada masa sekarang dimana dahulu tanah liat yang digunakan disaring hingga tidak ada komponen lain selain tanah liat, misalnya pasir. Selain itu, terdapat ”isian” di dalam bata, biasanya berupa sekam agar bata kuat. Perekatan antar batu bata menggunakan cara kosod yaitu menggosokkan bata dengan bata lain sambil bidang gosokannya diberi air. Cara pembuatan ini sekarang masih dapat ditemukan di sekitar situs-situs di Jawa Timur dan di Bali. Cara kosod membuat perekatan antarbata akan bertambah kuat dari tahun ke tahun. Batu bata ini disusun bergotong-royong dari tangan ke tangan secara berantai dengan tenaga manusia yang banyak sejauh 8 km, bagaimana luar biasa bukan?

Gugusan Candi Muara Takus pertama kali ditemukan Cornet De Groot tahun 1860 yang kemudian dituangkan dalam sebuah tulisan yang berjudul “Koto Candi “. Berikutnya W.P. GROENEVELD tahun 1880, mengadakan penelitian dan hasil penelitian tersebut merupakan kunci dari tulisan singkat Verbeek dan Van Delden tahun 1880 yang mengatakan bahwa bangunan purbakala tersebut adalah bangunan Budha yang terdiri dari Biara dan beberapa candi. Tahun 1889, J.W Izerman meneliti dan mengungkapkan bahwa  Stupa (candi Mahligai) merupakan bangunan yang masih baik sehingga dapat digambar menurut keadaan sebenarnya, namun ada bagian-bagian dari bangunan yang telah rusak. Di bagian puncak menara terdapat batu dengan lukisan daun oval dan relief.

Menurut para ahli, jumlah keseluruhan candi tersebut sebanyak 7 (tujuh) gugusan. Bangunan I diperkirakan tempat pembakaran mayat dan Bangunan II diperkirakan bangunan candi yang belum diketahui nama dan bentuknya. Di gugusan ini terdapat beberapa candi yaitu Candi Mahligai, Candi Palangka, Candi Bungsu, Candi Tua, Bangunan I, Bangunan II, Bangunan IV tanggul kuno. dan Pagar keliling.

Arsitektur Candi Muara Takus bersifat Budha dengan adanya stupa yang merupakan lambang Budha Gautama. Akan tetapi, pada bentuk candi Mahligai dianggap sebagai masa peralihan antara Ciwaitis ke Budha dengan adanya lambang Pallus dan Yoni. Dilihat dari jauh bentuknya persis seperti menara. Arsitektur stupa Candi Muara Takus memiliki persamaan dengan arsitektur bangunan Candi Aloha di India dan candi-candi yang ada di Myanmar (Burma). Demikian juga dengan candi Bihar Mahal di Sumatera Utara dan teras-teras  atas Candi Muara Takus ini mirip dengan Candi Borobudur di Jawa Tengah.

Arsitektur stupa Candi Muara Takus sangatlah unik karena tidak ditemukan di tempat lain di Indonesia. Stupa candi ini memiliki ornamen sebuah roda dan kepala singa. Patung singa sendiri secara filosofis merupakan unsur hiasan candi yang melambangkan aspek baik yang dapat mengalahkan aspek jahat. Dalam ajaran Budha motif hiasan singa dihubungkan maknanya dengan sang Budha, yaitu julukan yang diberikan kepada sang Budha sebagai singa dari keluarga Sakya. Serta ajaran yang disampaikan oleh sang Budha juga diibaratkan sebagai suara (simhanada) yang terdengar keras di seluruh penjuru mata angin.

Berdasarkan cerita rakyat dari Shahibul Hikayat, penduduk hulu sungai Kampar berasal dari keturunan putri Sri Dunia yang datang dengan keluarganya dari Pariangan Padang Panjang. Seorang raja Hindu menikasi putri Sri Dunia kemudian mendirikan sebuah kerajaan di Muara Takus. Keturunannya dapat ditemukan di Muara Takus. Kemudian raja Hindu tersebut kembali ke negerinya hingga datang orang Batak yang juga menganut agama Hindu. Putri Sri Dunia rupanya telah kawin dengan seorang datuk anak laki-laki yang diberi nama Induk Dunia yang kemudian hari menjadi raja di Muara Takus, keturunannya adalah Raja Pamuncak Datuk Dubalai. Raja terakhir di Muara Takus adalah Raja Bicau. Dahulunya kota Muara Takus sangat luas sehingga apabila seekor kucing menjelajahi kota dari atap ke atap rumah maka memerlukan waktu selama 3 bulan baru sampai kembali ke tempat semula.

Kegiatan

Nikmatilah menelusuri setiap lekuk arsitektur dari jejak keemasan masa silam Nusantara di tempat ini. Anda dapat membayangkan bagaimana tempat ini dahulunya merupakan pusat pendidikan agama Budha dari berbagai negara.

Bangunan candi sendiri merupakan bangunan suci yang berkembang pada masa Hindu-Buddha. Candi adalah bangunan suci sebagai sarana pemujaan dewa-dewi agama Hindu maupun agama Buddha yang keduanya berasal dari India. Oleh karena itu, konsep yang digunakan dalam pendirian sebuah bangunan suci sama dengan konsep yang berkembang dan digunakan di India, yaitu konsep tentang air suci.  Ini artinya saat mengunjungi Candi Muara Takus, Anda dapat melihat jejak bagaimana bangunan suci harus berada di dekat air yang dianggap suci. Air itu digunakan sebagai sarana dalam upacara ritual. Peran air tidak hanya digunakan untuk upacara ritual saja, namun secara teknis juga diperlukan dalam pembangunan maupun pemeliharaan dan kelangsungan hidup bangunan itu sendiri. Pendirian bangunan suci seperti candi oleh para seniman bangunan waktu itu akan selalu memperhatikan potensi kesucian suatu tempat untuk didirikan bangunan candi.

Bangunan utama di kompleks Candi Muara Takus adalah sebuah stupa besar dengan bentukkan menara. Bentuk arsitektur stupa ini berbeda dengan bangunan-bangunan stupa lain yang ada di Indonesia. Jelajahilah tempat ini satu per satu meliputi bagian candi-candi berikut ini.

Candi Mahligai

Anda tidak akan menemukan arsitektur bangunan stupa candi ini di Sumatera, Jawa, atau di tempat lain di Indonesia. Bahkan beberapa Arkeolog mengasumsikan bahwa bentuk candi ini memiliki kesamaan bentuk dengan Stupa Budha di Myanmar, Stupa Vilagaam di Sri Lanka, atau stupa kuno di India pada masa periode Ashoka.  Amatilah stupa dengan ornamen sebuah roda dan kepala singa, hampir sama dengan arca yang diketemukan di dalam stupa. Stupa Mahligai memiliki alas atau pondasi berdenah persegi panjang berukuran 9,44 m x 10,6 m, serta memiliki 28 sisi yang mengelilingi alas candi. Pada bagian alas tersebut terdapat ornamentasi lotus ganda. Lalu di bagian tengahnya berdiri bangunan menara silindrik dengan 36 sisi berbentuk kelopak bunga pada dasarnya. Tahun 1860 M saat Cornet De Groot berkunjung pada alas candi tersebut terdapat teratai berganda dan pada setiap sisi dijumpai patung singa dalam posisi duduk.

Candi Sulung (Candi Tua)

Kata sulung mempunyai arti paling tua dalam bahasa Melayu. Candi ini juga terbuat dari batu bata dan masih di restorasi.Candi sulung adalah candi terbesar di antara bangunan-bangunan lainnya di kompleks ini. Ukuran pondasi bangunan candi ini adalah 31,65 x 20,20 m. pada sisi timur dan barat terdapat pintu masuk dengan dekorasi arca berbentuk Singa. Pondasi candi ini memiliki 36 sisi yang mengelilingi bagian dasar. Candi Tua, Candi ini merupakan candi terbesar di antara candi-candi yang ada dengan sisi 36 buah dan dipugar pada tahun 1990.

Candi Bungsu

Dalam bahasa Melayu bungsu mempunyai arti yang termuda . Berlokasi di sebelah barat dari stupa Mahligai, bagian pondasi bagunannya memiliki 20 sisi dengan sebuah bidang di atasnya yang terdapat teratai dan bagian dalam bidang tersebut dahulunya terdapat relung berisikan tanah dan abu. Dahulu pada relung tersebut diketemukan 3 lempeng emas dan sebuah lempeng logam yang berhiaskan gambar Vajra. Pemugaran Candi Bungsu dimulai tahun 1988 dan selesai tahun 1990. Ukurannya 7.50 m X 16.28 m dan tingginya setelah di pugar 6.20 m dari permukaan tanah, dan volumenya 365.80 m3 .

Candi Palangka

Terletak di sisi timur Stupa Mahligai berukuran tubuh candi 5,10x 5,7 m. Candi ini mempunyai pintu masuk menghadap utara dimana di samping semua candi yang telah disebut pada kompleks candi ini, juga terdapat dua reruntuhan bangunan yang hanya tinggal bagian pondasi bangunanya saja. Candi Palangka dipugar tahun 1987 dan selesai pada tahun 1989.

 

 

Anda dapat melihat tempat pembuatan batu bata untuk menyusun candi ini di daerah Pongkai (Dari bahasa China, “pong” artinya lobang, dan “kai” artinya tanah) yaitu berupa lobang tanah luas yang menjadi tempat pengambilan tanah untuk dijadikan batu bata. Bekas galian tanah untuk batu bata itu sampai saat ini dianggap sebagai tempat yang sangat dihormati penduduk.  Dahulu batu bata itu setelah dibuat di Desa Pongkai awalnya dibawa melalui sungai ke Muara Takus tetapi karena mengangkut melalui sungai tersebut sangat berat maka cara pengangkutannya diubah dengan memakai tenaga manusia yang dibariskan mulai dari Desa Pongkai sampai ke tempat pembangunan candi di Muara Takus. Jadi batu bata itu diangkut secara berantai dengan tenaga manusia yang banyak sejauh 8 km.

Selain melihat-lihat Candi Tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa, dan Palangka, di dalam kompleks candi ini tepatnya di depan gerbang Candi Tuo terdapat onggokan tanah yang mempunyai dua lobang. Tempat ini diperkirakan tempat pembakaran jenazah. Lobang yang satu untuk memasukkan jenazah dan yang satunya lagi untuk mengeluarkan abunya. Di dalam onggokan tanah tersebut terdapat batu-batu kerikil yang berasal dari Sungai Kampar. Di di luar kompleks Candi Muara Takus, yaitu di beberapa tempat di sekitar Desa Muarata Takus, juga diketemukan beberapa bangunan yang diduga masih erat kaitannya dengan candi ini. Bangunan-bangunan (bekas) tersebut terbuat dari batu bata dan belum dapat dipastikan jenis bangunannya.

 

Akomodasi

Pilihlah salah satu dari beberapa referensi hotel berikut ini yang berada di sekitar Bangkinang, Kampar.

Wisma SamudraJl. M. Yamin 27

Tel: +62-762-20245

Wisma Bangkinang Baru

Jl. DI. Panjaitan 74

Wisma Langgini

Jl. M. Yamin 281

Tel: +62-762-20028

Wisma Angga

Jl. A. Yani

Tel: +62-762-20870

Wisma Fitri

Jl. Sisingamangaraja

Tel: +62-762-20081

Losmen Pantian Ragi

Jl. Sei. Kampar 20

Tel: +62-762-21201

Teratai

Jl. Pendidikan

 

Transportasi

Pekanbaru-Muara Takus dapat Anda tempuh sekitar 2,5 jam atau sekitar 135 km dengan kendaraan bermotor. Perjalanan menuju Desa Muara Takus hanya dapat dilakukan melalui jalan darat yaitu dari Pekanbaru ke arah Bukittinggi sampai di Muara Mahat. Dari Muara Mahat melalui jalan kecil menuju ke Desa Muara Takus.

Gugusan candi Muara Takus terletak di garis khatulistiwa 0.021 lintang utara dan 100.039 bujur timur. Kawasan candi ini berada di kaki bukit di dekat di dekat Sungai Kampat Atas yang juga merupakan batas alam antara Riau dan Provinsi Sumatra Barat, hanya sekitar 26 km dari jalan utama Pekanbaru-Bukittinggi.

Berkeliling

Anda dapat bekeliling di Kabupaten Kampar dengan mengunjungi beberapa temapt berikut ini.

Museum Kandil Kemilau Emas

Berada di Pulau Belimbing Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar. Diresmikan 22 Mei 1988 dengan bentuk rumah adat Lima Koto Kampar yang dibangun tahun 1900 oleh almarhum Haji Hamid. Ada dua ratus lima puluh (250) macam barang antik koleksi musium Kandil Kemilau Emas yang semuanya merupakan koleksi warisan yang telah turun temurun sebagai barang pusaka. Tersimpan berbagai barang antik koleksi yang memiliki nilai sejarah seperti tembikar, alat pertukangan, pertanian, penangkap ikan, alat-alat kesenian, alat pelaminan, alat perdagangan, alat pesta dan lain-lain. Tersimpan pula dayung perahu dagang terbuat dari kayu sangat kuat berasal dari abad ke 18, serta sebuah kompas yang terbuat dari bambu yang dibuat oleh China .

Masjid Jamia

Masjid Jamia berada dekat Pasar Air Tiris Kecamatan Kampar. Memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan masjid-masjid lain di Provinsi Riau. Dibangun tahun 1901 dimana pada puncak atapnya terdapat tingkatan menara yang cukup tinggi dan bahan bangunannya terbuat dari kayu tanpa menggunakan paku besi. Oleh masyarakat, masjid ini dianggap keramat dan banyak dikunjungi wisatawan Nusantara maupun dari Singapura dan Malaysia untuk membayar nazar dan mandi di sumurnya. Biasanya musim kunjungan terbanyak sesudah Ramadhan atau pada hari raya Puasa Enam. Temukan sumur di masjid ini yang dalamnya terendam batu besar mirip kepala kerbau. Konon, batu tersebut selalu berpindah tempat tanpa ada yang memindahkannya.

Makam Syekh Burhanuddin

Terletak di Kuntu Lipat Kain, Kabupaten Kampar. Almarhum Syekh Burhanuddin adalah salah seorang penyebar Agama Islam. Tempat ini banyak dikunjungan masyarakat terutama pada hari besar Islam dan menjelang bulan Ramadhan tiba.

Taman Rekreasi Stanum

Adalah tempat rekreasi di ibukota Kabupaten Kampar, sekitar 1 Km dari pusat kota. Lokasinya berada di atas perbukitan berhawa sejuk. Kawasan ini dilengkapi fasilitas pemandian, mushola, gedung Pertemuan, motel, restoran, panggung, bioskop dan kolam renang berskala Internasional.

Rumah Asli Lontiok

Terletak di Desa Sipungguk Kecamatan Bangkinang Barat yang berusia lebih dari 100 tahun. Daya tariknya ada pada arsitektur yang mencerminkan budaya masyarakat Melayu Darat dengan perpaduan budaya Islam.

PLTA Koto Panjang

Lokasinya sekitar Candi Muara Takus di Desa Merangin, Bangkinang Barat, Kabupaten Kampar, sekitar 88 km dari Pekanbaru. Di Danau PLTA Koto Panjang, Anda dapat kita melihat pemandangan alam yang sangat indah berupa deretan bukit-bukit yang ditumbuhi pepohonan beragam. Luas areal PLTA Koto Panjang ini sekitar 12.900 Ha

Pemandian Alam Petapahan

Terletak di Desa Petapahan Kecamatan Tapung. Merupakan tempat pemandian dengan sumber mata air berasal dari alam. Terdapat jalan setapak untuk mencapai ke pemandian dan untuk menikmati keindahan alamnya. Suasana alami sangat terasa tepat untuk bersantai melepas lelah didukung ketersediaan warung, rumah makan trasdisional dan shefter yang nyaman untuk bercengkrama.

Taman Rekreasi Sekijang

Lokasi wisata ini berada di desa Sekijang di Kecamatan Tapung Hilir. Dalam  sejarahnya, tempat ini sebagai tempat persembunyian sepasang pengantin yang melakukan kawin lari. Perkawinan kawin lari merupan adat istiadat yang masih ada sampai saat ini terutama dilakukan oleh keturunan asli masyarakatnya. Daya tarik objek wisata ini juga adalah keindahan alam yang telah tertata baik.

Air Terjun Alahan

Sungai kampar memiliki banyak jeram dengan air terjun yang sangat indah untuk dinikmati atau untuk diarungi dengan menggunakan perahu khusus. Lokasi objek wisata tersebut terletak hulu sungai Kampar Kecamatan XIII Koto Kampar. Daya tarik obyek wisata ini adalah keindahan serta kesegaran udaranya. Tempat ini juga cocok untuk Anda yang memiliki jiwa petualangan dalam mengangumi keberadaan alam yang masih alami.