Atraksi menarik dihadirkan Pemerintah Kabupaten Sumedang sebagai daya tarik wisatanya, yaitu perhelatan Pesona Wisata Atraksi 111 Kuda Renggong. Acaranya berlangsung pada 10 Februari 2018 di Lapang Dorongdong, Buahdua, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Kesenian kuda renggong sendiri sudah mengakar sebagai atraksi budaya sekaligus menjadi ikon pariwisata khas Sumedang.
Atraksi 111 Kuda Renggong menghadirkan kemeriahan kostum kuda dan para pengiringnya yang menarik dan artistik. Formasi parade kuda serta alur demonstrasi digarap profesional yang disinergikan dengan kekinian. Komposer musik dan tabuhan pun dikemas sentuhan komposer lulusan akademi seni Institut Seni Budaya (ISBI) Bandung.
Asep Cepot, tokoh seni kuda renggong menjelaskan bahwa Atraksi 111 Kuda Renggong akan diikuti perwakilan kuda renggong seluruh kecamatan se-Kabupaten Sumedang. Kegiatan ini sangat luar biasa sehingga layak mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata. Tidak hanya sebatas promosinya untuk event atraksi wisata budaya tetapi Kemenpar juga langsung terjun dalam pendampingan pengemasan atraksinya.
Kepala Bidang Pemasaran Area I (Jawa), Wawan Gunawan, menegaskan bahwa Kemenpar memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan ini mengingat Sumedang bersiap menjadi destinasi pariwisata dengan hadirnya Bandara Internasional Kertajati Majalengka serta jalan Tol Cisundawu.
Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata 1, I Gde Pita memaparkan bahwa kegiatan ini menjadi magnet daya tarik wisatawan baik mancanegara maupun nusantara sehingga diharapkan akan datang ke Sumedang dan Jawa Barat sehingga pergerakan wisatawan dapat memberikan kontribusi pada target pencapaian kunjungan 17 juta wisman dan 270 juta wisnus di tahun 2018.
“Pemanfaatan seni Kuda Renggong sebagai atraksi pariwisata budaya bisa menjadi magnet dan daya tarik pariwisata. Tujuannya tentu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara. Kesenian Kuda Renggong sudah menjadi ikon pariwisata Sumedang yang patut dibanggakan. Ini harus dilestarikan”.
Kuda renggong sebagai kesenian tradisional asli Sumedang mempertunjukan keahlian kuda menari (baca: berjingkrak). Kata renggong merupakan metatesis dari kata ronggeng yaitu kamonesan (bahasa Sunda untuk keterampilan), yaitu cara berjalan kuda yang telah dilatih untuk menari mengikuti irama musik terutama kendang yang biasanya dipakai sebagai media tunggangan dalam arak-arakan anak khinatan.
Sebagai seni pertunjukan rakyat yang berbentuk seni helaran (pawai, karnaval), kuda renggong telah berkembang dilihat dari pilihan kudanya yang tegap dan kuat, asesoris dan perlengkapan musik pengiring, penari, dan semakin semarak dengan pelbagai kreasi senimannya. Ketika diperdengarkan musik, kuda-kuda akan bergerak dan berjalan layaknya sedang menari. Tidak hanya bergerak asal, kuda-kuda ini bergerak dan berjingkrak mengikuti ritme musik yang diperdengarkan sehingga menghibur penonton yang menyaksikannya.
Sementara itu, Sumedang sendiri merupakan sebuah kabupaten yang lokasinya 45 km Timur Laut Kota Bandung. Sebagian besar wilayah Sumedang adalah pegunungan, kecuali di sebagian kecil wilayah Utara berupa dataran rendah. Gunung Tampomas (1.684 m dpl) berada di Utara Sumedang. Sumedang mempunyai ciri khas sebagai kota kuno khas di Pulau Jawa, yaitu terdapat alun-alun sebagai pusat kota yang dikelilingi Masjid Agung, rumah penjara, dan kantor pemerintahan. Di tengah alun-alun terdapat bangunan yang bernama Lingga, tugu peringatan yang dibangun tahun 1922 sekaligus menjadi ikon Kabupaten Sumedang.
Video via: Krisna Euy