Jadwal penerbangan memungkinkan wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Tanjung Puting langsung ke tujuannya dan melewatkan satu kota menarik dan menyenangkan di sepanjang Sungai Arut. Ya, kota tersebut adalah Pangkalan Bun.
“Siapa pun yang minum dari Sungai Arut pasti akan kembali ke Pangkalan Bun”
Ungkapan klasik tersebut cocok bagi mereka yang mengunjungi kota ini untuk pertama kalinya. Sebuah ungkapan yang menggambarkan perasaan rindu seseorang setelah mengunjungi kota ini. Kehidupan khas tepi sungai berpadu bersama beberapa situs bersejarah di pinggiran Pangkalan Bun yang istimewa.
“ Pangkalan Bun berfungsi adalah pintu gerbang bagi Anda yang ingin memulai petualangan menjelajah di alam liar Taman Nasional Tanjung Puting yang eksotis”
Secara administratif, Pangkalan Bun adalah kecamatan dan merupakan ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat. Kota kecil yang ramai ini dahulu merupakan kursi kekuasaan Kesultanan Kutaringin pada masa pemerintahan Sultan Imanudin tahun 1811-1814.
Secara historis, Kesultanan Kutaringin pernah menjadi kabupaten kerajaan Banjar yang muncul sebagai kesultanan yang terpisah pada masa pemerintahan Sultan Banjar IV Mustainbillah. Kesultanan ini berada di bawah pemerintahan Kerajaan jawa Majapahit, sehingga jejak budaya Jawa melimpah di daerah ini.
Sisa-sisa peninggalan kesultanan dapat ditemukan di Keraton atau Istana Kuning, tepatnya di pusat kota Pangkala Bun. Istana tersebut sudah pernah direkonstruksi karena pernah terbakar tahun 1986.
Kegiatan
Tahun 1973, DR. Birute Galdinas mendirikan The Orangutan Care Center Quarantie (OCCQ) di Pangkalan Bun. Tempat ini merawat orangutan yang sakit dan yang disita oleh Kantor Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Fasilitasnya meliputi area seluas 100 hektar dan dapat menampung lebih dari 300 orangutan. Di lokasi karantina tersebut Anda dapat berinteraksi langsung dengan bayi orangutan yang manja. Anda akan dipandu dan diawasi oleh petugas yang bertanggung jawab.
Tidak seperti kota-kota di Jawa atau pulau lainnya, kebanyakan kota di Kalimantan memiliki jalur transportasi utamanya berupa sungai dan Pangkalan Bun tidak terkecuali. Kelotok, getek perahu tradisional, juga perahu motor berbagai bentuk dan ukuran yang melewati Sungai Arut dan merupakan pemandangan umum kota ini. Di kedua tepi sungainya, beberapa rumah kayu tradisional dihiasi kegiatan harian penduduknya yang merupakan pemandangan yang menarik. Anda akan temukan juga area kampung China yang juga menghadap Sungai Arut.
Jika Anda ingin berperahu dan menyisir sepanjang sungai yang panjang dan lebar maka tersedia beberapa klotok dan getek di beberapa titik sungai siap mengantarkan Anda menikmati pemandangannya. Ada juga beberapa kelotok dan getek parkir di beberapa titik sungai yang menawarkan tur menyusuri sungai.
Sekitar satu jam perjalanan dari pusat kota Pangkalan Bun, sebuah pemandangan yang memanjakan mata siap menunggu Anda di Pantai Kubu. Pantai ini berupa jurang sepanjang 3 km dengan permukaan yang relatif datar. Airnya yang tenang sangat sempurna untuk kegiatan rekreasi. Ada juga daerah-daerah tertentu yang sempurna untuk memancing. Sepanjang pantai, Anda juga dapat mengamati dan bahkan merasakan langsung aktivitas nelayan setempat seperti yang ada di desa Kubu berupa desa nelayan.
Transportasi
Jalur Udara
Trigana Air menghubungkan Pangkalan Bun Jakarta, Semarang, dan Surabaya melalui penerbangan harian ke dan dari Bandara Iskandar.
Kalstar Aviation juga menyediakan penerbangan harian dari Semarang ke Pangkalan Bun. Dari Surabaya berangkat pada Senin, Rabu, Kamis, dan Sabtu. Dari Pangkalan Bun, Kalstar juga melayani penerbangan ke Jakarta, Banjarmasin, Ketapang, Pontianak, Sampit, Semarang, dan Surabaya.
Aviastar juga melayani penerbangan harian dari Jakarta dan dari Semarang setiap hari Senin dan Jumat. Aviastar juga melayani penerbangan ke Ketapang sekali setiap 2 hari.
Melalui Laut
Pelabuhan Kumai, sekitar 35 menit dari Pangkalan Bun melayani penyebrangan dari Jawa dengan kapal kargo, phinisi bugis dan schooner madura.
Kapal Pelni menghubungkan Kumai dengan Semarang selam 24 jam dengan biaya Rp145.000,00 dan Surabaya melalui perjalanan 26 jam dengan biaya Rp153.000,00. Keduanya berangkat tiga kali seminggu.
Melalui Darat
Dari Palangkaraya, perjalanan darat dengan mobil memakan waktu sekitar 8-10 jam. Jalan dan jembatan dari Palangkaraya ke Pangkalan Bun relatif aman. Bus dari Palangkaraya berangkat sekitar jam 12-14 jam dengan harga Rp80.000,00 sampai Rp120.000,00.
Berkeliling
Taksi dari atau ke Bandara Iskandar ongkosnya Rp50.000,00. Sementara opelet sekitar Rp5.000,00. Minibus ke Kumai berangkat dari terminal yang terletak di dekat pasar di Jalan P. Antasari dengan biaya sekitar Rp10.000,00
Cara terbaik untuk berkeliling di sekitar Pangkalan Bun jelas tidak melalui darat, karena Sebagai besar kota berada di sepanjang Sungai Arut. Cara terbaik untuk berkeliling adalah mengunakan beberapa klotok tradisional atau perahu getek.
Akomodasi
Sebagai kota yang juga dianggap tujuan wisata sebelum menuju Taman Nasional Tanjung Puting National, ada beberapa hotel dan penginapan sederhana yang dapat Anda temukan di Pangkalan Bun.
Berikut adalah beberapa akomodasi yang Anda dapat temukan di Pangkalan Bun:
Purnama Indah Hotel
Jalan. A. Yani Km. 2
Telepon: (0532) 24990
Agus Dwi Jaya Hotel
Jalan: Pasir Panjang
Telepon: (0532) 23386
Andika Hotel
Jalan: Hasanudin 20
Telepon: (0532) 21218 – 21363
Bone Hotel
Jalan: Domba 21
Telepon: (0532) 21213
Abadi Hotel
Jalan: P. Antasari 150
Telepon: (0532) 21021
Thamrin Hotel
Jalan: P. Diponegoro
Telepon: (0532) 22061 – 22173 – 21376
Candi Agung Hotel
Jalan: Patih Surya Dilaga
Telepon: (0532) 22259 – 21483
Rimba Lodge Hotel
Jalan: Domba
Telepon: (0532) 25044
Diana Hotel
Jalan: Pakunegara 18
Telepon: (0532) 21375
Sampuraga Hotel
Jalan: Domba 9
Telepon: (0532) 21196
Garuda Hotel
Jalan: Gerilya 377 Kumai
Telepon: (0532) 61145
Melati Mutiara hotel
Jalan: Sukma Aria Ningrat 4
Telepon: (0532) 23498
Selecta Hotel
Jalan: P. Antasari 1/13
Telepon: (0532) 21532