Larantuka: Semana Santa dan Nama Flores Berawal di Sini

Religi, Adventure, Budaya

Larantuka adalah Ibu Kota Kabupaten Flores Timur yang berada di belahan terjauh bagian timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Namanya telah lama dikenal sejak abad ke-16 saat kapal-kapal niaga Portugis masuk ke kawasan ini untuk berdagang kayu cendana. Meski sekarang hanya menyisakan beberapa pohon cendana yang telah tua dan tak lagi melimpah diperjualbelikan seperti pada masa keemasannya namun Larantuka merupakan kota yang sibuk dan makmur sebagai titik distribusi perdagangan pohon cendana di Pulau Flores.

Larantuka sejatinya memiliki peran penting dalam penamaan pulau yang menggenggamnya, yaitu Flores. Nama Pulau Flores diperkirakan berawal dari tempat ini. Dahulu Larantuka disebut sebagai Tanjung Bunga (Cape of Flower). Dalam bahasa Portugis, Tanjung Bunga diucapkan sebagai Cabo da Flora atau Cabo da Flores. Dari nama itu, pulau tersebut secara keseluruhan hingga kini disebut Flores.

Kapal niaga Portugis yang pertama kali merapat di Larantuka dicatat tahun 1556 yang juga sering berlayar di sekitar Kepulauan Solor tidak jauh dari Larantuka. Saat Portugis dikalahkan oleh perusahaan dagang Belanda (VOC), kapal-kapal niaganya berakhir di pelabuhan Larantuka. Sejak itu, perkawinan antar warga setempat dengan warga Portugis yang beragama Katolik mulai banyak terjadi, terutama di kalangan keluarga bangsawan. Keyakinan, budaya dan tradisi Portugis lambat laun diserap oleh anak cucu pertalian kedua bangsa ini.

Tersebutlah seorang raja di Larantuka, yakni Ola Ado Bala ke-11, dimana ia saat itu telah mengadopsi perubahan budaya dan keyakinan karena datangnya Portugis. Ia mengganti namanya menjadi Don Fransisco Ola Ado Bala Diaz Viera Deo Godinho, ia juga lebih mahsyur dengan sebutan Don Fransisco Ola Ado Bala DVG. Perubahan nama ini tak lama memengaruhi masyarakat di sekitar Larantuka dan termasuk 13 suku di sana yang mengikuti perubahan tersebut. Suku Lamaholot tak lama mengadopsi nama Fernandez, De Rosari, Da Costa, Da Santo, Gonzales, Ribeiru, Skera, dan De Ornay.

Larantuka memiliki arti ‘tempat bertemu’ dalam bahasa Lamalohot, bahasa pergaulan (lingua franca) daerah Flores bagian timur termasuk kepulauan di Adonara, Lembata, Alor, dan Solor. Di kota inilah budaya Lamalohot, Portugis, dan Melayu berpadu.

Pada abad ke-19, Portugis menjual hak penguasaannya atas Flores kepada Belanda sehingga semenjak saat itu, pengapalan kayu cendana menurun tajam dan masyarakat setempat tidak lagi memperoleh kesejahteraan dari perdagangan. Saat itulah masyarakat di Larantuka dan sekitarnya menjadi masyarakat yang tergantung pada usaha bercocok tanam demi menghidupi kebutuhan sehari-hari.

Saat ini, Larantuka termahsyur karena adanya event besar keagamaan yang disebut Semana Santa. Bangunan terpenting yang berhubungan dengan kegiatan kerohanian ini ialah Katedral Reinha Rosari, Kapel Tuan Ana (Chapel of Jesus Christ), dan Kapel Tuan Ma (Mother Mary Chapel). Ketiga bangunan ini adalah pusat dari kegiatan paskah tahunan. Patung Yesus dan Bunda Maria digiring dari kapel-kapel tadi menuju katedral saat prosesi paskah.

Transportasi

Larantuka saat ini memiliki sebuah bandar udara yang sementara ini baru mampu dilayani maskapai Trans Nusa. Nama bandar udara yang letaknya sekira 5 kilometer ke arah timur laut Larantuka ini ialah  Gewayan Tanah yang artinya Melayani Tanah Kampung. Penerbangan yang menghubungkan Gewayan Tanah Airport ialah Kupang dimana setiap hari terdapat penerbangan yang berangkat dari Kupang pada pukul 06.30 dan tiba di Larantuka pukul 07.15 WITA, atau berangkat dari Larantuka pukul 07.40 dan tiba di Kupang pukul 08.30 WITA.

Untuk pemesanan tiket, silakan hubungi:

Trans Nusa Larantuka di (0383) 232 5386 atau Trans Nusa Kupang di (0380) 822 555

Email: koe@transnusa.co.id dan website yang dapat membantu perjalanan Anda di www.transnusa.co.id

Kupang sendiri dapat terhubung langsung dengan berbagai bandara besar mulai dari Denpasar, Jakarta, hingga Makassar dan Surabaya.

Dengan menggunakan kapal cepat, Anda dapat terhubung langsung dengan Pelabuhan Lewoleba, Lembata, Solor, juga Alor dan Adonara. Begitu pun dengan PELNI yang juga menghubungkan dengan Makassar, Surabaya, dan Kupang.

Akomodasi

Larantuka memiliki beberapa penginapan dan hotel yang sederhana namun bersih dan nyaman.  Beberapa di antaranya ialah berikut ini.

The Sunrise Hotel

Jl. Soekarno-Hatta, Weri, Larantuka, Flores

Hotel Fortuna.

Jl. Basuki Rachmat No. 171, Larantuka, Flores

ASA Hotel larantuka

Jl.Soekarno-Hatta,Weri,Larantuka, Flores

Phone: +62 383 2325018

Email: asahotel.larantuka@gmail.com

Website/blog: http://asahotel-larantuka.blogspot.com/

Hotel Lestari

Jl. Yos Sudarso no. 3 Larantuka

Telp. +62 383 232 5517 atau 085 2530 31152

Hotel Tresna

Jl. Yos Sudarso no. 08

Telp. +62 383 21072

Hotel Yonata – Waibalun

Telp. +62 383 21558

Hotel Budi Luhur di Waibalun

Rulies   

Jl. Yos Sudarso No.40, Kel. Lokea,

Telp. 0383-21198

Tresna

Jl. Yos Sudarso, Kel. Lokea,

Telp. (0383) 21230-21272

Kartika 

Kel. Postoh,

Telp.(0383) 21888

Zidal      

Kel. Postoh,

Telp. 082144619777 – 082145682872

Fortuna I               

Jl.Basuki Rachmat No.171-Kel. Waihali,

Tlp.(0383)21140

Fortuna II             
Jl.Basuki Rachmat No.171-Kel. Waihali,

Tlp.(0383)21383

Flores Cottage  

Kel. Pohon Bao

Pelangi

Kel. Pohon Bao

Kusuma                 

Kel. Waibalun

Budi Luhur          

Kel. Waibalun, Telp. 081339291497

Yonata 

Kel. Waibalun

Asa  Hotel            

Kel. Weri

Sun  Rise               

Kel. Weri

Taufiq   

Kel. Waiwerang-Adotim

Asri        

Kel. Waiwerang-Adotim,

Tlp.(0383)2524085, HP.081337140777-082146105888

Sorlina 

Adobar,

Telp. 082291387132

Restoran

Salah satu restoran yang paling ramai di malam hari selepas Anda beraktivitas wisata ialah di seberang Hotel Tresna dan juga di Hotel Tresna sendiri yang menyediakan restoran luas dengan hidangan yang beraneka ragam yang disebut Restoran Senaren. Tempat-tempat ini berada di Jl. Yos Sudarso.

Beberapa tempat makan dan café lain yang sering dikunjungi tamu ke Larantuka yaitu:

Restoran Nirwana, Kuliner Taman Kota, Sri Solo, dan Sederhana berada di Jalan Herman Fernandez.

Ujo Aro dan Raiders berlokasi di Jalan Bandara, dan Café Planet berada di Jalan Trans Flores. Café Lastri yang agak tersembunyi berada di Jalan Waiwio.

Kegiatan

Di lepas pantai Wato Gokok, pantai di sebelah selatan pelabuhan laut Larantuka, terdapat sebuah pulau dengan nama Pulau Waibalun. Pulau ini berukuran kecil dengan vegetasi yang masih cukup rimbun meneduhi tanahnya yang menutupi pulau karang tersebut. Keunikannya, pulau ini selain berjarak hanya 150 meter saja dari bibir pantai tanah Larantuka, juga sebagai tempat berdirinya patung Yesus Kristus setinggi 13 meter. Tempat itu dinamakan Taman Berdoa Yesus Gembala Yang Baik. Tamannya masih asli dan seperti hutan kecil yang indah panoramanya dan sering dikunjungi saat Semana Santa untuk berdoa selain taman doa di seberang Kapel Tuan Ana, Jalan Yos Sudarso, Larantuka.

Dulu pada 1400-an, masyarakat setempat menamakannya Nuha yang berarti ‘pulau kecil’ dalam bahasa Lamaholot. Baru tahun 1500-an, warga menyebutnya Nuha Waibalun hingga kini. Mitos menyebutkan bahwa pulau ini dijaga oleh ular air, burung elang, dan ikan hiu yang hingga kini jarang sekali dijumpai, apalagi melukai pengunjung. Bahkan snorkeling dan menyelam sering dilakukan di sekitar dermaga Nuha Waibalun dimana airnya sangat bening, hangat dan tenang. Penyewaan perahu nelayan bisa didapati di Pantai Wato Gokok seharga sekitar Rp 100.000,-

Selain kegiatan di Pulau Waibalun, Anda dapat menyewa kendaraan roda empat atau menaiki ojek menuju sebuah pantai bernama Pantai Kawaliwu. Pantai ini terletak di daerah Kawaliwu, Lewolema, sekira 18 km dari Larantuka, atau 1 jam perjalanan berkendaraan. Pantai ini berbatasan dengan daerah Maumere dan Ile Padung, yaitu tempat perkebunan jambu mete yang sangat terkenal.

Tahun 1998 saat terjadi tsunami, pantai ini tersapu habis dengan semua desa yang ada disekitarnya. Sekarang pantai ini seperti tak tersentuh dan menjadi begitu alami namun menghadirkan suasana yang tenang dan memesona. Matahari yang terbenam langsung tenggelam ke ufuk langit di permukaan laut yang tenang.

Keunikan pantai ini tak akan banyak ditandingi pantai lain, karena saat Anda menggali pantai berbatu kerikil ini, air panas akan keluar memenuhi lubang yang Anda gali. Padahal, lubang yang Anda gali jaraknya tak lebih dari 1 meter saja dari air laut yang dingin dan tak bergelombang seolah kolam luas. Air panas ini keluar dari dalam tanah yang ternyata merupakan aliran sumber mata air panas dari Gunung Ile Kedeka yang menjulang di balik hutan yang pohonnya berlapis-lapis indah. Akibatnya, air yang bercampur menjadi hangat dan menyenangkan untuk berendam di sekitarnya. Bayangkan, hal ini dilakukan menjelang Matahari terbenam. Sungguh indah dan tak ada duanya saat semua itu ditemani kawan-kawan dan menikmati minuman tradisional tuak asli Larantuka.

Tak jauh dari Pantai Kawaliwu, sebuah desa tradisional akan dilewati yang bernama Desa Kawaliwu. Desa ini memperlihatkan bagaimana minuman tuak asli Larantuka disiapkan. Banyak tamu yang berasal dari kapal pesiar seperti Silversea (Sydney-Labuan Bajo) dihadirkan di sini untuk melihat proses pembuatan tuak. Salah satu pembuat tuak yang paling senior adalah Mama Neskoton yang tinggal di sebuah rumah sederhana dimana di seberangnya terdapat sebuah rumah adat Larantuka yang masih asli.

Acara terpenting yang dapat ditawarkan oleh Larantuka tentunya perayaan yaitu Semana Santa. Untuk lengkapnya, silakan lanjutkan penggalian informasi Semana Santa di artikel Semana Santa Larantuka.