Sejak abad XII M, kuda asal Bima telah menjadi komoditas dagang untuk dijadikan tunggangan para raja, bangsawan, dan panglima perang. Dalam kitab Negarakertagama yang ditulis Empu Prapanca disebutkan bahwa raja dan panglima perang dari Kediri, Singosari, hingga Majapahit menggunakan kuda asal Bima untuk memperkuat pasukannya. Pun demikian, para Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia sering meminta dikirim kuda asal Bima untuk tunggangannya.
Kuda asal Sumbawa begitu tersohor di Nusantara sejak zaman dahulu. Kuda yang meski tidak begitu besar namun tangguh ini selain untuk sarana transportasi juga kuat membawa beban hasil panen. Selain itu, kuda asal SUmbawa juga dikenal tahan cuaca panas dan jinak. Sekarang ini, memang kuda kalah pamor dan fungsi dibanding kendaraan mesin, namun demikian jejak budaya nenek moyang kita tertanam darinya.
Ketika Anda menyambangi Pulau Sumbawa, ada atraksi menarik dan seru untuk dilhat dari jejak budaya menunggang kuda. Namanya adalah pacoa jara atau pacuan kuda tradisional masyarakat Pulau Sumbawa. Pacoa Jara merupakan istilah Dompu untuk pacuan kuda (pacoa: pacuan dan jara: kuda) dimana telah menjadi olahraga favorit masyarakat Dompu dan Bima serta rutin digelar mulai dari skala lokal hingga nasional.
Pacoa Jara di Dompu masih berlangsung secara turun temurun. Kompetisi adu cepat berkuda tersebut dihelat di berbagai waktu dan tempat berbeda di Pulau Sumbawa. Bukan hanya dari Dompu, peserta lomba juga datang dari berbagai daerah seperti Bima, Sumbawa, Taliwang, dan Lombok. Pacoa jara pun digelar rutin setiap tahun untuk menyambut hari besar, seperti Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
Untuk menyaksikan keseruan pacoa jara maka salah satunya Anda dapat mengarahkan kunjungan ke Arena Pacuan Kuda Lepadi di Desa Lepadi Kecamatan Pajo, Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Untuk menuju ke sana Anda dapat menggunakan transportasi umum jurusan Dompu-Ranggo dengan ongkos Rp10.000,- atau bisa pula menggunakan jasa ojek. Jaraknya sekira 5 km ke arah selatan Kota Dompu.
Ada yang menarik di Arena Pacuan Kuda Lepadi, arena pacuan kuda tradisional tersebut menghadirkan joki anak-anak yang usianya tidak lebih dari 10 tahun. Jangan heran saat Anda melihat para joki dari kalangan anak-anak tersebut begitu handal menunggang kuda. Dengan sangat cepat menunggangi kuda tanpa pelana. Kuda-kuda yang ditunggangi adalah kuda dari berbagai daerah seperti dari Lombok, Bima, Sumbawa, Dompu serta Kuda Sumba.
Pacoa Jara biasanya menghadirkan 12 kelas, yaitu mulai dari kelas terendah âTKâ (tinggi kuda rata-rata 1,12 centimeter dan berumur di bawah dua tahun) hingga kelas tertinggi âCâ (kuda dewasa dengan tinggi rata-rata 1,30 centimeter). Lombanya sendiri berlangsung selama seminggu menggunakan sistem gugur di setiap kelasnya.
Kuda pacuan di Pulau Sumbawa sendiri merupakan kuda istimewa karena perlu perawatan khusus. Biasanya kuda dimandikan dengan air hangat yang dicampur rempah-rempah. Porsi makan kuda pacu itu juga diperhatikan mengingat akan berlomba seminggu penuh. Saat lomba, pemilik kuda biasanya akan membangun tenda-tenda di sekitar arena pacuan.
Desa Lepadi merupakan salah satu desa di Kecamatan Pajo, Kabupaten Dompu. Desa ini terletak di jalur yang menghubungkan Ibu Kota Kabupaten Dompu dengan kawasan wisata Lakey. Sebagain besar penduduk Desa Lepadi bermata pencaharian petani dan sebagian lainnya Pegawai Negeri Sipil serta pengusaha genteng dan batu bata.