Ende: Kota Rahimnya Pancasila

“Kota Ende sepantasnya diakui sebagai kota sejarah. Sejarah Indonesia tidak lengkap tanpa menyebutnya”. Lembaran sejarah nasional Indonesia tercatat di sini sejak Bung Karno menjalani masa pembuangan di perkampungan nelayan Kota Ende selama empat tahun.

Kota Ende berada di selatan Pulau Flores dan merupakan ibukota Kabupaten Ende. Asal nama Kota Ende diperkirakan dari kata cindai, yakni nama sejenis kain sutera dengan motif bunga. Pendapat lain menyatakan bahwa nama Ende berasal dari kata cinde, yaitu nama sejenis ular sawa atau ular phyton.

Penduduk Ende terdiri dari dua suku besar yakni suku ende dan suku lio. Suku lio awalnya bermukim di daerah pegunungan, sedangkan suku ende tinggal di pesisir selatan. Suku Lio umumnya beragama Kristen Katolik sementara suku Ende memeluk agama Islam karena mendapat pengaruh dari pedagang di Sulawesi.

Tiga gunung sekaligus mengelilingi kota ini, yakni Gunung Iya, Gunung Meja dan Gunung Wongge. Ketiganya terangkum dalam sebuah legenda, tentang seorang gadis cantik bernama Iya yang diperebutkan oleh dua pemuda yaitu Meja dan Wongge. Konon, Meja digambarkan sebagai pemuda yang rupawan sementara Wongge memiliki paras yang buruk rupa. Tentu saja Iya menerima lamaran Meja. Namun keputusan ini membuat Wongge sakit hati dan memotong kepala Meja.

Bisa Anda lihat sekarang bagaimana bentuk Gunung Meja yang unik dengan puncaknya yang rata. Ini diyakini sebagai perwujudan Meja yang kehilangan kepala akibat ulah Wongge. Kemudian Pulau Ende yang berada di barat Ende dipercaya sebagai potongan kepala dari Meja. Gunung Iya adalah gunung berapi yang masih aktif. Apabila gunung itu mengeluarkan asap maka masyarakat Ende percaya bahwa Iya sedang menangis ditinggal mati oleh Meja. 

Transportasi

Maskapai penerbangan Garuda Indonesia menyediakan rute Denpasar-Labuan Bajo-Ende. Wings Air menghubungkan Ende dengan Labuan Bajo dan Kupang, sementara Trans Nusa menghubungkan Ende dengan Denpasar, Labuan Bajo, Tambolaka dan Kupang. Bandara H. Hasan Aroeboesman dikenal sebagai bandara dengan tingkat kesulitan pendaratan yang tinggi. Lokasinya dikelilingi bukit-bukit dan di ujung landasan terdapat bukit besar. Bersebelahan dengan bandara terdapat Gunung Meja yang memiliki tinggi 661 m dpl.

Ende pun dapat dicapai melalui jalur laut. Kapal yang singgah di sini adalah Km.Awu dengan jadwal pelayaran dua minggu sekali, rutenya adalah: Ende-Sabu-Kupang-Kalabahi-Larantuka-Kupang-Sabu-Ende-Waingapu-Bima-Benoa-Surabaya.

Kegiatan

Ini adalah kota yang menjadi pintu masuk destinasi ternama Taman Nasional Kelimutu yang memiliki danau tiga warna dan mampu berubah-ubah setiap saat. Dalam perjalanan menuju Kelimutu, Anda dapat menikmati leberagaman flora dan fauna yang jarang dijumpai di tempat lain.

Tentu Kota Ende akan memberikan pengetahuan yang kaya tentang sejarah lewat Rumah Pengasingan Bung Karno dan Taman Rendo. Walaupun taman ini sudah dilengkapi dengan stadion, jalur trekking dan lapagan olahraga namun keaslian situs tidak dilupakan karena pohon sukun tempat dimana Bung Karno kerap bersantai tetap dipertahankan.

Air Terjun Kedebodu bisa dimasukkan ke dalam daftar perjalanan Anda ke Ende. Air terjun ini memiliki ketinggian 35 meter dan merupakan suatu fenomena yang menakjubkan. Setelahnya udara sejuk Kebun Contoh Detu Bapa menanti Anda di Desa Wolofeo, Kecamatan Detusoko. Kebun ini membentang seluas 4,4 ha ditanami cengkeh, kopi, kakao, salak dan mahoni. Nikmati terapi alami untuk penyakit kulit di Air Panas Ae Oka Detusoko yang berada tak jauh dari Terminal Detusoko. Kemudian apabila Anda mencari suasana yang sejuk dan tenang, siapkan waktu untuk berziarah di Gua Maria Lourdes Detusoko.

Sejumlah kampung adat akan memperlihatkan uniknya arsitektur rumah adat tradisional yang dilengkapi dengan suasana persawahan yang alami. Kampung Adat Wologai di Jalan Trans Ende-Maumere adalah salah satunya. Sempatkan juga untuk mengeksplor Desa Wolondopo yang menyimpan mumi, atau menyaksikan langsung pembuatan tenun ikat di Desa Nggela.

Panorama Kota Ende bisa disaksikan melalui Bukit Kolobari. Selama trekking menuju bukit Anda akan melewati hutan, kebun jagung, singkong dan rumah-rumah penduduk asli Ende. Jangan lengah dan perhatikan kegiatan penduduk karena Anda bisa saja menemukan ibu-ibu yang tengah menenun di halaman rumah.

Akomodasi

Kota ini senantiasa dibalut hawa sejuk di malam hari dan panas yang menyengat di siang hari. Dalam kunjungan Anda ke berbagai destinasi di Ende, sempatkanlah beristirahat di kota ini sambil menikmati hawa sejuknya. Berikut ini beberapa penginapan yang terdapat di Ende.

Hotel Flores Sare

Jl. Raya Lindas, Ende

Tlp. +62 381 21075

Hotel Nurjaya

Jl. Jenderal Ahmad Yani No.20, Ende

Tlp. +62 381 21252

Kelimutu Crater Lakes Eco Lodge

Jl. Danau Kelimutu, Desa Kowanara, Ende

Tlp. 08123995212

Hotel Grand Wisata

Jl. Kelimutu No.32, Ende

Tlp. +62 381 22974

Hotel Mentari

Jl. Pahlawan No.19, Ende

Tlp. +62 381 21292

Hotel Satar Mese

Jl. Eltari, Ende

Tlp. +62 381 22289

Kuliner

Bersantap di Ende berarti Anda dihadapkan dua pilihan jenis nasi yaitu nasi putih dan nasi merah. Nasi yang terbuat dari kacang merah tersebut memang khas Ende. Disantapnya bersama lauk-pauk seperti semur daging, tumis sayur, ayam goreng atau gulai ikan. Datanglah ke RM. Sari Rasa dan RM Khalilah untuk mencicipi nasi merah.

Pecinta makanan laut akan dimanjakan dengan hidangan seafood segar di Resto Nano-Nano, Jalan Gatot Subroto. Apabila Anda rindu akan masakan Padang maka temukan beberapa restoran Padang di Jl. Kelimutu.

Sejumlah kafe dengan pemandangan laut dapat Anda nikmati di Lapangan Perse, dekat dengan Pantai Ria. Sekira 50 pedagang kaki lima tentunya menawarkan hidangan yang beragam, salah satunya camilan khas Ende yaitu ubi nuabosi. Bentuknya seperti singkong namun tidak berserat dan teksturnya agak lembut. Ubi ini kerap dimakan bersama sambal yang sangat pedas.

Berbelanja

Surganya tenun ikat adalah di Ende. Tenun warna apapun yang Anda butuhkan dijual di pasar-pasar tradisional Ende dengan harga yang sangat murah. Anda bisa datangi Pasar Tenun Ikat Nggela atau Pasar Mbongawani.

Tenun ikat terdiri dari macam-macam bentuk, seperti syal, sarung dan hasil modifikasinya yaitu tas, dompet, kipas, topi, dan lain-lain. Ada juga yang sudah dijahit menjadi pakaian atau rompi. Ini semua adalah suvenir khas Ende. Di pasar-pasar tersebut tidak hanya tenun motif Ende yang dibuat, Anda bisa menemukan motif khas dari seluruh wilayah Flores. Cobalah banyak bertanya kepada penjual tentang motif-motif tersebut.

Berkeliling

Untuk berkeliling kota silahkan gunakan angkutan umum di Kota Ende, biasanya berupa bemo ataupun bus. Uniknya, Kota Ende akan memberikan Anda pemandangan khas berupa truk-truk yang diubah bentuknya menjadi kendaraan umum dengan dipasangi kursi-kursi di bagian belakang serta diberi atap untuk melindungi penumpang dari panas dan hujan. Truk digunakan untuk mencapai rute-rute yang jauh ke kabupaten tetangga seperti ke Kabupaten Ngada. Kendaraan besar ini difungsikan mengingat keadaan jalan masih belum sepenuhnya baik dan hanya truk yang mampu menjelajahinya.