“Lampung bertapis helau” apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya Lampung bertapis indah. Tapis merupakan salah satu jenis buah tangan nan indah dari kerajinan tradisional sekaligus pakaian adat khas Lampung. Kain Tapis biasanya berupa sarung yang biasa dikenakan pada acara adat seperti acara resepsi pernikahan dan acara tradisional lainnya.
Tapis Lampung dibuat menggunakan peralatan tradisional dan dalam proses penyulamannya adalah hasil tangan-tangan terampil pengrajin tapis. Zaman dulu, pengrajin tapis biasanya wanita yang akan sangat berhati-hati menyulam pasalnya kehalusan hasil sulam dianggap mewakili atau menggambarkan kehalusan budi sang penyulam. Gadis-gadis Lampung akan menyulam hingga berhari-hari bahkan berbulan-bulan di lantai dua rumah tradisonal mereka untuk menghasilkan kain tapis nan indah sekaligus cerminan pribadi mereka.
Kain dasar yang digunakan untuk menyulam tapis berupa kain dari benang katun yang warnanya gelap dengan bahan pewarna alam. Aplikasi ragam motif benang emas di kain tersebut dilakukan dengan teknik sulam (cucuk). Biasanya, ragam motif pada tapis berupa pengulangan motif sehingga tampak rapi dan teratur.
Motif yang paling umum berupa garis zig-zag atau piramida sebagai motif utamanya. Motif tersebut ada di tengah kain dan biasanya mengaplikasikan motif stitch atau motif yang rumit dan bervariasi. Ada banyak jenis pilihan motif untuk sulaman tapis, baik berupa flora atau fauna. Beberapa diantaranya adalah motif naga, gajah, hewan tunggangan, perahu, sulur bunga, dan lainnya.
Sebelum menyulam, kain dasar biasanya akan direntangkan pada tekang yang fungsinya seperti ram, yaitu untuk mengencangkan kain sehingga mempermudah proses penyulaman. Saat membuat ragam hias pada tapis, benang emas disulam (cucuk) ke kain katun menggunakan benang penyawat yang berfungsi untuk “mengikat” benang emas. Semakin penuh benang emas atau semakin rumit motif yang disulam maka pembeli harus mengeluarkan uang yang semakin mahal. Itu tentunya sebanding dengan berapa lama dan kesulitan kain tersebut dibentuk.
Lama pengerjaan kain tapis tergantung pada tingkat kerapatan sulaman benang emas dan kerumitan motifnya. Selembar kain tapis bisa diselesaikan dalam waktu satu minggu bahkan satu bulan atau lebih. Proses penyulaman dilakukan secara manual dengan tangan. Dibutuhkan ketekunan tinggi menyulam benang emas agar hasil sulaman terlihat rapi dan indah.
Kain tapis sempat nyaris menjadi komoditi langka sebab tak banyak orang yang menggeluti menyulam tapis. Akan tetapi, kini kain Tapis sudah mulai banyak diproduksi pengrajin dengan ragam hias yang lebih variatif. Sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis tinggi, sehelai kain tapis bisa dihargai Rp700.000,- hingga Rp2.000.000,-.
Seiring perkembangan zaman dan kreativitas, sulaman tapis tidak hanya diaplikasikan pada kain berupa sarung. Banyak cenderamata atau hiasan kreasi lainnya yang mengaplikasikan sulaman tapis. Beberapa diantaranya adalah hiasan dinding berupa ayat kursi dengan hiasan sulam tapis, hiasan dinding dengan motif binatang atau kapal khas tapis, gantungan kunci, kopiah, tas, dompet, tempat tisu, dan lainnya.
Dalam proses menyulam kain tapis, ada sejumlah peralatan yang biasa digunakan, yaitu berikut ini.
- Sesang yaitu alat untuk menyusun benang sebelum dipasang pada alat tenun.
- Mattakh yaitu alat untuk menenun kain tapis yang terdiri dari bagian alat-alat berikut ini.
- Terikan (alat menggulung benang)
- Cacap (alat untuk meletakkan alat-alat mettakh)
- Belida (alat untuk merapatkan benang)
- Kusuran (alat untuk menyusun benang dan memisahkan benang)
- Apik (alat untuk menahan rentangan benang dan menggulung hasil tenunan)
- Guyun (alat untuk mengatur benang)
- Ijan atau Peneken (tunjangan kaki penenun)
- Sekeli (alat untuk tempat gulungan benang pakan, yaitu benang yang dimasukkan melintang)
- Terupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan)
- Amben (alat penahan punggung penenun)
- Tekang yaitu alat untuk merentangkan kain pada saat menyulam benang emas.