Candi Sukuh: Keunikan Candi Hindu Terakhir dari Masa Majapahit

Candi ini dijuluki sebagai The Last Templekarena diduga adalah candi terakhir yang dibangun sebelum kerajaan Hindu Majapahitdi Jawa Tengahmemudar perannya. Anda akan temukan candi ini di ketinggian 1.186 mdpl, berlokasi di lereng barat Gunung Lawu, Dukuh Berjo, Desa Sukuh, Ngargoyoso, Karanganyar. Candi ini berjarak sekitar 20 km dari kota Karanganyar dan 36 km dari Surakarta.

Candi Sukuh merupakan salah satu candi paling menarik di Asia Tenggara. Uniknya karena di candi ini terdapat beberapa ornamen erotis simbol sex manusia. Beberapa patung dan arca menggambarkan linggasebagai perwujudan kemaluan pria dan yonisebagai perwujudan kemaluan wanita.

Bangunannya pun berbeda dari kebanyakan candi di Indonesia karena candi ini mirip piramid Suku Maya di Mexico atau Inca di Peru. Jika candi-candi lain  di Jawa Tengah dibangun dengan bentuk yang menyimbolkan Gunung Meru maka Candi Sukuh memiliki tampilan sederhana berbentuk trapesium. Batu-batuan di candi ini berwarna agak kemerahan berupa batuan jenis andesit.

Candi Sukuh adalah candi agama Hindu yang dibangun akhir abad ke-15 M. Candi ini berbeda arsitekturnya dari umumnya candi Hindu di Jawa Tengah. Arsitektur Candi Sukuh tidak mengikuti ketentuan kitab pedoman pembuatan bangunan suci Hindu “Wastu Widya”. Menurut ketentuan kitab tersebut, sebuah candi harus berdenah dasar bujur sangkar dengan tempat yang paling suci terletak di tengah. Adanya penyimpangan tersebut diduga karena Candi Sukuh dibangun pada masa memudarnya pengaruh Hindu di Jawa dan menghidupkan kembali unsur-unsur budaya setempat dari zaman Megalitikum. Pengaruh zaman prasejarah terlihat dari bentuk bangunan Candi Sukuh yang merupakan teras berundak. Bentuk semacam itu mirip dengan bangunan punden berundak yang merupakan ciri khas bangunan suci pada masa pra-Hindu. Ciri khas lain bangunan suci dari masa pra-Hindu adalah tempat paling suci terletak di bagian paling tinggi dan paling belakang. 

Teori lain tentang candi ini menyebutkan merupakan bagian dari cerita pencarian tirta amerta (air kehidupan) yang terdapat dalam kitab “Adiparwa”, yaitu kitab pertama Mahabharata. Sebuah piramida yang puncaknya terpotong melambangkan Gunung Mandaragiri dan dipergunakan untuk mengaduk-aduk lautan mencari tirta amerta yang bisa memberikan kehidupan abadi bagi siapapun yang meminumnya.

Candi Sukuh diperkirakan dibangun untuk tujuan pengruwatan, yaitu menangkal atau melepaskan kekuatan buruk yang mempengaruhi kehidupan seseorang akibat ciri-ciri tertentu yang dimilikinya. Dugaan tersebut didasarkan pada relief-relief yang memuat cerita-cerita pengruwatan, seperti Sudamaladan Garudheya, serta pada arca kura-kura dan garuda yang terdapat di candinya.

Arkeolog Belanda W.F. Stutterheimpada tahun 1930 menjelaskan kemungkinan pemahat Candi Sukuh adalah bukan seorang tukang batu melainkan tukang kayu dari desa dan bukan dari kalangan keraton. Candi dibuat seakan tergesa-gesa sehingga kurang rapi. Hal ini terlihat dari relief yang masih kasar dan sederhana.  Ada dugaan ini disebabkan karena keadaan politik kala itu menjelang keruntuhannya Majapahit yang terdesak pengaruh Islam dari Demak. Oleh karena itu, tidak memungkinkan untuk membuat candi yang besar dan megah. Akan tetapi, meski demikian candi ini menyimpan keunikan yang berharga sebagai salah satu warisan budaya Indonesia.

Candi Sukuh ditemukan kembali oleh Residen Johnson yang merupakan bawahan  Sir Thomas Stamford Bingley Raffles. Ia ditugasi gubernur jenderal ini untuk menghimpun data untuk penyusunan buku “History of Java” tahun 1815.

Berikutnya tahun 1842, Van der Vlis, seorang peneliti Belanda melakukan riset dan memugar candi ini. Hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam bukunya “Prove Eener Beschrijten op Soekoeh en Tjeto”. Penelitian kemudian dilanjutkan oleh Hoepermans tahun 1864-1867 dan dilaporkan dalam bukunya “Hindoe Oudheidenvan Java”. Tahun 1889, Verbeek mengadakan inventarisasi terhadap Candi Sukuh, dilanjutkan penelitian Knebel dan WF. Stutterheim tahun 1910.

Pemugaran Candi Sukuh dilakukan oleh Dinas Purbakala tahun 1917. Pada akhir tahun 1970-an. Candi Sukuh mengalami pemugaran kembali oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kegiatan

Di kawasan Candi Sukuh Anda tidak hanya sekedar berjalan-jalan di lereng gunung yang sejuk sambil menikmati candi terakhir yang dibangun dari masa Majapahit ini. Anda dapat berkeliling menapaki jejak cerita dari masa lalu sambil coba menguak misteri sejarahnya karena ini akan menjadi salah satu pengalaman wisata yang mengasyikkan. Berbagai misteri dan pertanyaan masih menyelimuti Candi Sukuh.

Bangunan candi Sukuh memberikan kesan kesederhanaan dan keunikan sekaligus. Anda akan mendapatkan pengalaman lain yang berbeda dibandingkan saat mengunjungi candi-candi lainnya di Jawa Tengah seperti Candi Borobudurdan Candi Prambanan.

Candi Sukuh berada di areal sekitar 5.500 m². Candi ini terdiri dari terdiri atas tiga teras bersusun mirip piramida Maya di Meksiko atau Inca di Peru. Saat Anda memasuki pintu utama lalu memasuki gapura terbesar maka akan melihat bentuk arsitektur khas yang tidak disusun tegak lurus namun agak miring, berbentuk trapesium dengan atap di atasnya. Pada gapura pertama terdapat sebuah sangkala dalam bahasa Jawa yang berbunyi ‘gapura buta abara wong’, artinya ‘gapura sang raksasa memangsa manusia’. Kata-kata ini memiliki makna 9, 5, 3, dan 1, jika dibalik maka didapatkan angka tahun 1359 Saka atau tahun 1437 Masehi.

Menuju ke teras kedua, Anda akan melewati gerbang kedua yang bentuknya sudah tidak utuh lagi. Hanya tersisa dinding gapura yang tingginya hanya sebatas tangga naik dan tidak beratap. Di kanan dan kiri gapura terdapat patung penjaga pintu atau dwarapalanamun kondisinya sudah rusak dan bentuknya tidak jelas. Pada gapura kedua terdapat sebuah candrasangkala yang dalam bahasa Jawa yang berbunyi “gajah wiku anahut buntut”, artinya “gajah pendeta menggigit ekor”. Kata-kata ini memiliki makna 8, 7, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1378 Saka atau tahun 1456 Masehi.

Di teras ketiga, gapura ketiga kondisinya sama dengan gapura kedua yang sudah tidak utuh lagi. Terdapat pelataran besar dengan candi induk dan beberapa relief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan. Candi induk yang mirip dengan bentuk vagina ini, menurut beberapa pakar dibuat untuk mengetes keperawanan gadis. Menurut cerita, jika seorang gadis yang masih perawan mendakinya, maka selaput daranya akan robek dan berdarah. Namun apabila ia tidak perawan lagi, maka ketika melangkahi batu undak ini, kain yang dipakainya akan robek dan terlepas.

Berkeliling

Sekitar 4 km mendaki gunung Lawu  Anda akan dapati situs Candi Cetho. Candi ini berada tepat di sebelah barat lereng Gunung Lawu, dikelilingi oleh hutan pinus, sekaligus merupakan Gardu Pandang terhadap Pemandangan mempesona yang ada di lereng Gunung Lawu. Candi Ceto mempunyai 9 tingkatan dengan arsitektur mirip pura di Bali. Sejumlah relief candi yang menghiasi adalah gambaran tentang kehidupan manusia, hidup, dan mati. Di antaranya tentang Upacara Tradisional Ruwatan dan juga kehidupan seksual manusia. Candi Cetho dibangun sekitar abad 15 pada akhir masa Kerajaan Majapahit oleh Brawijaya V. Di sekitar komplek candi ini terdapat Patung Saraswati sumbangan dari Kabupaten Gianyardan melambangkan ilmu pengetahuan.

Anda juga dapat mengunjungi Air Terjun Parangijo yang berada tidak jauh dari kompleks Candi Cetho. Di air terjun Parang Ijo ada pemandangan alam yang menawan dan tebing-tebing yang indah. Ada juga taman menarik untuk Anda kunjungi.

Akomodasi

Temukan beberapa hotel di sekitar Karanganyar danberikut ini referensinyauntuk Anda.

48-48 Hotel

Jln. Mojo No. 1-2, Karanganyar

Telp : +62-271-626415

Asri Pondok

Jln. Kalisoro Rt. 01/03, Karanganyar

Telp : +62-271-697067

Fajar Indah

Bener Rt. 03/05, Karanganyar

Telp : +62-271-697109

Kusuma Joglo Hotel

Jln. Raya Palur No. 18, Karanganyar

Telp : +62-271-25185

Lawu Pondok

Jln. Raya Lawu, Karanganyar

Telp : +62-271-697020

Madu Laras Losmen

Jln. Kalisoro Rt. 02/04, Karanganyar

Telp : +62-271-697147

Narita Hotel

Jln. Adisucipto No. 4, Karanganyar

Telp : +62-271-721000, 722999

Pondok Garuda Hotel

Karangkulon Rt. 02/07, Karanganyar

Telp : +62-271-697294

Pondok Sari Hotel

Jln. Balekambang Tawangmangu, Karanganyar

+62-271-97088, 97112

Tejo Mojo Hotel

Jln. Kalisoro Rt. 02/03, Karanganyar

+62-271-97149

Lor Inn

Jl. Adi Sucipto 47 Solo

Telp. 0271-724500.

Narita

Bulukan – Colomadu, Karanganyar

Telp. 0271-721000.

Komajaya Komaratih

Jl. lawu Tawangmangu

Telp. 0271-697125.

Pondok sari

Kalisoro Tawangmangu

elp. 0271-697112.

Jonggrang

Gajahan colomadu Karanganyar

Telp 0271-710229.

Marini

Jl. Baron Ngasem 15 Colomadu

Telp 0271-782010.

Asri

Kalisoro Tawangmangu

Telp. 0271- 697067.

Pondok Indah

Kalisoro Tawangmangu

Telp. 0271-697024.

Wahyu Sari

Jl.Grojogan Sewu Tawangmangu

Telp. 0271-697187.

Maliawan

Jl. Lawu Tawangamngu

Telp. 0271-697013.

Muncul Sari

Kalisoro Tawangamngu

Telp. 0271-697013.

Pondok Asia

Jl Grojogan Sewu Tawangamangu

Telp. 0271-697020.

Pondok Lawu

Jl. Lawu Tawangamangu

Telp. 0271-697020.

Duta

Kalisoro Tawangamngu

Telp. 0271-697051.

Pondok Sari, 

Utara Balekambang Tawangamangu

Telp. 0271-697088.

Pondok Garuda

Jl. Lawu Tawangamangu

Telp. 0271-697239

Berbelanja

Jika Anda melewati jalur lintas selatan, silahkan berkunjung di pasar Karanganyar, Anda dapat membeli gula merah dan oleh-oleh lain dengan harga yang relatif murah. Ada beragam pilihan oleh-oleh berupa makanan yang dapat Anda beli di pasar Karanganyar seperti berikut ini.

Getuk makanan untuk sarapan pagi.

Kethek terbuat dari ampas atau bungkil kelapa pembuatan minyak kelapa, aman dan tidak beracun seperti tempe bongkrek.

Gaplek/intil terbuat dari krekel (singkong), merupakan makanan cadangan dikala masa paceklik.

Golak adalan terbuat dari singkong, seperti angka delapan, besar.

Gembus terbuat dari singkong, dibuat lingkaran-lingkaran.

Tongseng kambing khas Karanganyar ini berbada dengan Tongseng Solo, rasanya khas dan enak.

Pecel adalah sejenis gado-gado

Jipangrasanya manis, terbuat dari campuran kacang tanah dan gula merah.

Lanting rasanya gurih dan renyah, terbuat dari parutan ubi kayu, dibumbui, dibuat angka depalan kecil-kecil, dan digoreng.

Kue satu atau sagon rasanya manis, terbuat dari kacang hijau atau ketan, kemudian dicetak segi empat kecil-kecil.

Gula merah tangkepan berwarna kuning keemasan bersih atau merah tua, yang dibuat dari nira air kelapa yang dimasak dan dicetak dengan batok kelapa. 

Selain makanan, ada pula kerajinan yang  sebagian besar terbuat dari bambu  sepertiperalatan rumah tangga dan peralatan dapur yang terbuat dari bambu (cepon, rinjing, kukusan, tampah, kipas, caping, gedheg, dll), kerajinan anyaman pandan (slepen, complong, dll) dan perkakas rumah tangga terbuat dari batu (cobek, ulegan, lumpang, dll) dan kayu (dipan, amben, dll).

Kuliner

Ada beragam kuliner khas dan makanan lokal khas Karanyar, berikut ini pilihantempatnyauntuk Anda.

Bangun Tresno 

Jl. Balekambang Tawangmangu 

Telp. : +62-271 697247

Rumah Makan Jimbaran Garden Resto

Jl. Solo – Tawangmangu Km. 27

Sun Garden Resto

Jl. Solo – Tawangmangu

Puas Siti Sari

Jl. Balekambang Tawangmangu

Telp. : +62-271 697091

Lesehan Pondok Indah

Jl. Raya Tawangmangu

Telp. : +62-271 697477

Sederhana

Jl. Lawu Karangpandan Kra.

Indah Gerdu

Karangpandan

Telp. : +62-271 662872

Telaga Pandan

Jl. Solo Tawangmangu Kr. Pandan

Telp. : +62-271 25364

Sido Marem

Jl. Lawu Badranasi

Karanganyar

Sate Kambing “Sumber Palur”

Jaten Karanganyar

“Sate Kambing Muda ” Tegalgede

Karanganyar

Bu Raji

Jaten Karanganyar

Pondok Sari

Balekambang Tawangmangu

Telp. : +62-271 97112

Wariso Roso

Jl. Lawu Karanganyar

Sate Kambing Pak Pur ( SKPP )

Badranasi Karanganyar

Telp. : +62-271 495969

Transportasi

Candi Sukuh terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi Candi Sukuh berada pada ketinggian sekitar 910 mdpl. Candi ini berjarak kurang lebih 20 km dari kota Karanganyar dan 36 km dari Surakarta.

Untuk menuju tempat ini dari Terminal Tirtonadi Solo, Anda bisa naik bis umum jurusan Solo-Tawangmangu dan turun di Karang Pandan. Kemudian lanjutkan dengan minibus jurusan Kemuning dan disambung naik ojek hingga ke kawasan candi. 

Bila membawa kendaraan sendiri maka disarankan menggunakan mobil bermesin 2000 cc atau lebih untuk memudahkan perjalanan melewati beberapa tanjakan curam.

Temukan koordinatnya di 07°37°38,85 Bujur Timur dan 111°07°52,65 Lintang Selatan

Tips

  • Perjalanan untuk menuju tempat ini melalui tanjakan yang cukup tajam dan jalan yang sempit sehingga harus berhati-hati saat mengendarai kendaraan.
  • Menuju lokasi jalannya cukup ber-medan berat jadi disarankan memakai mobil bertenaga 2000 cc atau lebih untuk memudahkan perjalanan melewati beberapa tanjakan curam.
  • Mengingat candi ini memiliki patung mewujudkan simbol sex (kelamin manusia) maka saat Anda membawa serta anak-anak perlu secara bijak mengarahkan dan memberi penjelasan yang tepat.