Lenong Betawi di Pulau Pramuka: Teater Rakyat yang Menghibur

Di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, masyarakatnya akrab dengan budaya Betawi. Salah satu atraksi menarik darinya adalah kesenian lenong yaitu teater rakyat khas Betawi yang melakonkan sebuah cerita diiringi musik gambang kromong. Menggunakan Bahasa Indonesia dengan dialek Betawi, lenong umumnya mengandung pesan moral yang disisipi lawakan yang menghibur penonton.

Penampilan akting pemain lenong dapat disejajarkan dengan aktor dan aktris film saat ini. Mereka handal menyerap karakter peran yang diambilnya sehingga mampu memainkan emosi penonton. Bahkan, tidak jarang setelah pementasan lahir stereotipe terhadap seorang pemain lenong, umpamanya yang berperan menjadi tokoh pejahat maka kerap dibenci masyarakat setelah pementasan.

Peralatan musik gambang kromong yang mengiringi lenong meliputi gabungan instrumen Jawa, Sunda, dan China, meliputi: kemong (gong kecil), kromong (gamelan), kecrek (bilah perunggu yang melekat pada landasan kayu berbunyi ‘crek crek’), teh yan 1 buah (rebab berukuran kecil), kong an yan 1 buah (rebab berukuran sedang), shu kong 1 buah (rebab berukuran besar), ning-nong 1 buah (gamelen perunggu), tambur 1 buah, suling 1 set, piston 1 buah, go ong 2 buah, serta 4 buah kendang (tambur dengan dua permukaan).

Lenong sendiri sudah dikenal sebagai sebuah hiburan rakyat Betawi sejak 1920-an. Saat itu teater rakyat ini dikembangkan dari alunan gambang kromong yang disisipi banyolan pendek dan dirangkai dalam cerita tak berhubungan. Pementasan tersebut bisa menjadi pertunjukan semalam suntuk dengan lakon panjang yang utuh dan sering dipentaskan melalui ngamen keliling kampung. Setelah masa kemerdekaan kesenian lenong mulai dipertunjukkan di panggung hajatan atau sunatan sehingga menjadi murni sebuah tontonan panggung. Memasuki tahun 1990-an kesenian lenong sempat ditinggalkan dimana salah satunya diakibatkan pemainnya yang rata-ruta sudah tua dan pengaruh budaya modern berupa film dan lagu Barat yang lebih dipilih kaum mudanya.

Kesenian lenong ada dua macam, yaitu lenong denes dan lenong preman. Dalam lenong denes pemainnya mengenakan pakaian resmi seperti tokoh asli dengan bahasa Melayu serta bercerita tentang cerita dari masa lalu seperti kisah 1001 malam atau kisah seoarang raja. Sementara itu lenong preman atau lenong jago bercerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari dengan bahasa percakapan keseharian. Cerita yang digemari misalnya tentang tokoh pendekar alim (jawara) yang membela rakyat karena ditindas tuan tanah atau sudagar. Lenong preman ini lebih populer dan disukai masyarakat Betawi dibanding lenong dene, itu karena di dalamnya ditambahi unsur lawakan dan tanpa plot cerita.

Lenong di Pulau Pramuka mulai dikenal sejak tahun 1960-an dan dipelajari dari daratan (Jakarta) tetapi kemudian diimprovisasi lebih lanjut oleh para pemain lenong di pulau ini. Salah satu grup lenong yang popular di Pulau Pramuka adalah grup lenong Cinta Damai. Grup ini memiliki sekira 25 pemain termasuk di dalamnya pemegang instrumen gambang kromongdan pelantun lagu.

Pertunjukan lenong biasanya disugguhkan pukul 09.00 (malam) hingga 02:30 (pagi) atau setelah salat Isya hingga menjelang salat Subuh. Kadang lenong juga ditampilkan pada siang hari hingga sore hari. Saat ini pementasan lenong biasanya melalui pesanan dan harus satu minggu sebelumnya. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu rutin menggelar kesenian lenong di 6 kelurahan di Kepulauan Seribu dan biasanya Pulau Panggang atau Pulau Pramuka yang mengawali rangkaian pentas kesenian rakyat tersebut.