Melawat ke Kota Tua Jakarta adalah menikmati masa lampau di jantung hati kekuasaan kolonial. Akan tetapi, plesir Anda di sana tidak melulu menikmati museum dan bangunan cagar budaya. Kini Kota Tua menunjukan pesona barunya dengan menghadirkan ruang bagi pelaku seni tradisional.
Pertunjukan kesenian tersebut merupakan inisiatif pelaku seni setempat yang berjuang mempertahankan seni tradisional dan bercerita tentang rupa Jakarta tempo dulu yang kini terus bertumbuh sebagai kota megapolitan.
Disamping cerita sejarah Jakarta dalam bentuk benda; cagar budaya tak benda pun turut mempercantik kawasan ini. Jadi, bukan hanya sudut fisik yang harus ditekankan melainkan juga aktivitas seni budaya di sana dapat Anda nikmati dengan kehadiran beberapa kelompok kesenian, beberapa diantaranya adalah: Tanjidor Museum Bank Mandiri, Pencak Silat Cakra Buana Beos, Hadrah atau Marawis Fatahillah, Keroncong Tugu, dan Siter Pak Ngadino Bu Darmi, Angklung, dan lainnya.
Para pelaku seni tersebut mewarnai balai konservasi Kota Tua Jakarta sebagai sarana belajar masyarakat mengenal budaya Kota Jakarta. Terselip harapan dari pelaku seni warisan budaya tak benda ini untuk lebih leluasa meneruskan cinta budaya Indonesia kepada pengunjung Kota Tua.
Apa yang mereka tampilkan tidak hanya sekedar pertunjukan biasa, sesekali juga berinteraksi dengan pengunjung untuk menikmati kesenian dari dalam, menari bersama hingga mengajak belajar mencobanya. Lebih dari itu, Anda juga dapat menyimak cerita bagaimana mereka melestarikan seni kecintaannya itu.
Berikut beberapa kesenian yang dapat Anda temui di Kawasan Kota Tua.
Keroncong Tugu yang memiliki nama asli Orkes Poesaka Keroncong Moresco Toegoe, Anno 1661 dibawa oleh kelompok Mardijkers, yakni orang Portugis bekas tawanan Belanda dan kini sudah berbaur dengan masyarakat lokal di Kampung Tugu, Jalan Raya Tugu, Semper, Jakarta Utara. Berangkat dari Kampung Tugu, mereka berkeliling ke beberapa pertunjukan dan pesta budaya, serta berkumpul dengan pemusik keroncong di Tanah Air. Kini suara keindahan mereka akan selalu menghibur pengunjung setiap minggu di Kota Tua Jakarta. Beberapa lagu lawas masih terus setia dibawakan oleh mereka, diantaranya adalah: Kaparinyo (bahasa Portugis), Keroncong Moresco, Stambul Betawi Tempo Dulu, Stambul Jampang, Sinyo Betawi, dan lainnya.
Ada juga seni tradisi akulturasi Timur Tengah dengan warga asli Betawi berupa kesenian hadrah, marawis, dan gambus. Semarak suara musiknya berasal dari sekumpulan alat musik dengan teknik memainkannya sebagai pengiring lagu yang sarat nilai keagamaan. Mereka biasanya turut memeriahkan acara keagamaan hingga mengarak pengantin Betawi. Kelompok musik tradisi itu terdiri dari warga Kelurahan Pinangsia dan Kelurahan Tangki (Jakarta Barat), serta Kampung Bandan (Pademangan, Jakarta Utara). Pengunjung bisa melihat latihan rutin mereka setiap Kamis di Jalan Pintu Besar Utara, samping Taman Fatahillah.
Selain kelompok marawis, ada juga grup musik Tanjidor Kota Tua yang latihan rutin setiap Selasa sore di Museum Bank Mandiri. Kelompok pemusik ini terdiri dari pegawai Museum Bank Mandiri, dipimpin oleh David Dion. Grup musik ini sering tampil dalam berbagai acara di Taman Fatahillah. Tanjidor sendiri diyakini berasal dari para budak yang ditugaskan bermain musik untuk tuannya pada masa kompeni.
Juga tak ketinggalan Siter Pak Ngadino (Achmad Suryadi) beserta suara lembut mendayu khas Ibu Darmi sebagai sindennya dalam Siteran Sekar Mandiri. Mereka berkeliling di kawasan Kota Tua tidak hanya sekedar mengamen tetapi juga menawarkan kesenian daerah yang nyaris punah. Siter dimainkan bersama (panerusan) sebagai instrumen yang memainkan cengkok yang dengan kecepatan yang sama dengan gambang. Siteran lebih menonjolkan estetika dalam berkesenian dan tak pernah dibalut oleh gemerlap kemewahan. Anda dapat menikmati keindahan bait-bait tembangnya dan kesyahduan suara khasnya.
Selain itu, di samping Gedung Jasindo dan Kantor Pos, ada aksi kelompok musik bambu angklung dengan tabuhan suara gendang mengajak pengunjung ngibing atau menari bersama mereka.
Anda juga dapat menikmati Kesenian tradisional kuda lumping di Kawasan Kota Tua dimana itu masih merupakan primadona. Penonton disuguhi sisi mistis dan menantang dari para seniman Kuda Lumping. Setidaknya tiupan obor dan sabetan cambuk tidak akan terlewatkan penonton di Kota Tua.