Menteri Pariwisata, Arief Yahya, menjelaskan bahwa gastronomi mempunyai peran penting dalam industri pariwisata karena sebagian besar pengeluaran wisatawan untuk kuliner. Selain itu, kuliner juga menjadi daya tarik yang kuat untuk mendatangkan wisatawan.
“Misalnya, event festival kuliner menjadi andalan Batam untuk menarik wisatawan cross-boarder dari Singapura,” kata Arief Yahya.
Lanjutnya, dalam mengembangkan potensi kuliner di Indonesia, Kemenpar harus bersinergi dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Kemenpar akan melakukan promosi, sementara Bekraf bertugas sebagai inkubator potensi kuliner.
“Kemudian, nanti kita akan pilih 3 destinasi kuliner prioritas dan 10 restoran nasional yang paling diunggulkan. Makanan akan disertifikasi sesuai standar ASEAN, dan streetfood juga akan menjadi perhatian, saat ini belum memenuhi standar dan harus segera diselesaikan,” jelas Arief Yayha, pada konferensi pers Dialog Gastronomi Nasional Ke-2 di Gedung Sapta Pesona, Rabu (29/3).
Ketua AGI, Vita Datau Mesakh, mengatakan bahwa gastronomi sangat terkait erat dengan area atau tempat, identitas dan budaya. Gastronomi kini dapat dilihat melalui sudut pandang foodscape (food & landscape). Upaya untuk menjual dan mempromosikan segala aspek makanan di sebuah destinasi membutuhkan kreativitas dalam pengembangan produk, proses dan pemasaran terutama menciptakan pengalaman bersama makanan.
“Tapi yang paling penting adalah, CEO daerah tersebut (bupati atau walikota) memiliki komitmen dalam mengembangkan potensi kuliner daerahnya, banyak daerah yang tertarik untuk mengembangkan daerahnya sebagai destinasi kuliner,” kata Vita Datau Mesakh.