Liburan di hari Minggu kali ini mengapa tidak Anda coba menghadiri pementasan seni drama wayang. Akan ada Drayang (Drama Wayang) berjudul “Sukesi” Saskara Alengka di Teater Kautaman Gedung Pewayangan Jakarta, Taman Mini Indonesia Indah. Acara yang digelar oleh Yayasan Swargaloka tersebut akan berlangsung pada 26 Maret 2017 2017 pukul 15.30 WIB.
Drayang Swargaloka digarap memadukan berbagai unsur seni meliputi: seni seni tari, seni teater, seni musik, seni rupa dan seni olah sabet wayang, dikemas dalam pertunjukan berdurasi 90 menit tanpa jeda. Drayang Swargaloka digarap dan diperankan oleh para seniman alumni perguruan tinggi seni dan seniman profesional dari Surakarta dan Jakarta. Mereka adalah seniman-seniman pilihan yang mempunyai pengalaman di dalam dan di luar negeri. Diantaranya adalah Dewi Sulastri, Ali Marsudi, Harris Syaus.
Setidaknya 50 penari terlibat dari Swargaloka Dance Company dengan penata tari muda Bathara Saverigadi, didukung musik Dedek Gamelan Orchestra dengan penata musik Dedek Wahyudi, sutradara Irwan Riyadi dengan penata kostum Yani Wuladari. Drayang Swargaloka dikemas dinamis, memukau dan kekikinian dengan sasaran penonton anak-anak muda.
Pertunjukan ini merupakan upaya mendukung kegiatan Teater Wayang Indonesia (TWI) yang diselenggarakan oleh Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENA WANGI). Teater wayang nasional adalah tempat representatif untuk menggelar pertunjukan seni budaya wayang Indonesia. Di TWI dipergelarkan wayang-wayang berkualitas untuk di tonton oleh masyarakat Indonesia dan wisatawan domestik serta mancanegara. Keberadaan TWI terkait erat dengan pendidikan dan pariwisata.
Kebutuhan adanya TWI menjadi mendesak semenjak tahun 2003 UNESCO menetapkan wayang Indonesia menjadi Masterpiece Budaya Dunia. Masyarakat dunia ingin melihat wayang yang telah menerima penghargaan internasional. TWI disediakan untuk menampilkan pergelaran wayang yang berkualitas, seperti Drayang Swargaloka.
Cerita yang akan dipentaskan nantinya adalah tentang kisah wanita berparas cantik itu bernama Dewi Sukesi, putri mahkota Kerjaan Alengka, anak Prabu sumali. Kecantikannya termasyur di seluruh penjuru dunia, hingga banyak raja, kesatria, dan pangeran berlomba untuk meminangnya.
Raden Jambumangli (Paman Sukesi) tidak bisa menerima jika keponakannya dipersunting oleh raja atau kesatria yang sakti mandraguna. Maka Jambumangli menggelar sayembara tanding. Barang siapa yang bisa mengalahkan dirinya, maka berhak memboyong Dewi Sukesi. Banyak kesatria pelamar menjadi korban Jambumangli yang sejatinya ia sendiri ingin memperistri keponakannnya. Banjir darah di Alengka mengusik Dewi Sukesi, maka ia menginginkan untuk menghentikan sayembara dan hanya mau dipersunting oleh orang yang dapat menjabarkan Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.
Sastra Jendra mempunyai daya membangun dan memelihara. Bilamana dikaji lebih mendalam lagi di dalam Sastra Jendra terdapatlah metode atau pun cara – cara untuk mencapai kemanusiaan yang luhur, ketentraman dunia, ketatasusilaan dan kebutuhan yang adiluhung yang dapat merubah manusia biadab menjadi beradab.
Tersebutlah Begawan Wisrawa yang berniat melamar Dewi Sukesi bagi Danaraja, anaknya. Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu pada hakekatnya adalah kepasrahan hati manusia kepada Ilahi, agar ia dapat disucikan dari dosa. Begawan Wisrawa merasa memahami Sastra Jendra sehingga ketika ia menjabarkan kepada Sukesi, ia lalai kepada Ilahi maka menjadi sombong budinya. Oleh karenanya ia terjerumus ke jurang kehancuran dengan melakukan asmara terlarang. Penyesalan Begawan Wisrawa atas ketidakmampuan mengemban amanat anaknya tak berujung. Perjalanan dari Alengka ke Lokapala dilaluinya dengan menahan rasa malu pada dunia. Setiap tapak langkahnya terasa berat terbelenggu cibiran dari orang – orang yang melihatnya di sepanjang perjalanan. Dalam situasi tersebut, Sukesi tetap tegar. Dari awaI ia telah merelakan hidupnya menjadi korban untuk terwujudnya kedamaian dunia di masa depan.
Informasi lebih lanjut silakan menghubungi pihak berikut:
Nindya Ratri: 0852 1342 8145