Kegiatan utama berupa Pindapata Massal, yaitu para bhikku akan melakukan tradisi berjalan tanpa alas kaki, dan menerima persembahan puja dana berupa empat kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan dan obat-obatan). Keempat kebutuhan pokok ini didapatkan dari umat untuk mendapatkan berkah. Secara filosofi, ini adalah kegiatan saling memberi antara umat dan bhikku Sangha sebagai wujud pelaksanaan kebajikan. Pelaksanaan Pindapita disertai dengan hati suka cita sebagai penyemangatnya, agar menambah keyakinan dalam berbuat baik.
Selain itu ada kegiatan bakti sosial meliputi pengobatan gratis, donor darah, potong rambut, penghijauan dan fangsen (melepas satwa), serta pemberian sembakau agar Waisak lebih bermakna kebijakan. Setelahnya, pengunjungpun dapat menyaksikan pagelaran wayang, serta acara ruwatan keberkahan dan doa keselamatan bangsa.
Sangha Theravada Indonesia sebagai penyelenggara, mencoba membuat sesuatu yang berbeda melalui sosial dan budaya untuk memaknai Waisak. Selain perenungan, batik yang bersih, ada juga suka cita kegembiraan menyambut datangnya Waisak sehingga hari raya ini tidak dapat dirasakan oleh umat Buddha saja.
Melalui Gema Waisak, pintu kebajikan terketuk, rasa persaudaraan sesama manusia terbuka lebar dan kilauan cahaya praktek Dhamma jelas terlihat. Acara ini mengikis keraguan akan ajaran kebenaran, memperkuat keyakinan tentang eksitensi umat Buddha dan yang terpenting adalah mengikis kekikiran melalui kegiatan berdana.