Goa Putri: Menikmati Keindahan Alam dan Pesan Moral Si Pahit Lidah

Cerita rakyat tidak sekadar bergulir sebagai suatu kisah untuk menghibur. Cerita rakyat merupakan cerminan adat istiadat, hubungan kekerabatan, ataupun kondisi masyarakat setempat. Cerita rakyat kerap dikaitkan untuk menjawab teka-teki terbentuknya alam yang sulit dijelaskan secara logika.

Goa Putri mengajarkan betapa sebuah cerita rakyat memiliki suri tauladan yang bernilai bagi kehidupan. Mengetuk dinding gua sebanyak tiga kali sebelum masuk adalah bentuk salam santun yang dipercaya membawa berkah. Lebih dari itu, Anda juga akan diajarkan banyak nilai melalui legenda Si Pahit Lidah yang menghidupi gua ini.

Dahulu, tinggallah seorang putri bernama Dayang Merindu bersama keluarganya. Suatu ketika, Sang Putri mandi di muara Sungai Semuhun (sungai yang mengalir di dalam gua). Pada suatu saat, Si Pahit Lidah, sang pengembara sakti, lewat dan melihat putri sedang mandi di sungai. Si Pahit Lidah mencoba menegur namun tidak diperdulikan sama sekali oleh sang putri. Sampai beberapa kali Si Pahit Lidah menegur Sang Putri, tetap saja tidak dihiraukan. Akhirnya Si Pahit Lidah bergumam: “Sombong benar si putri ini, diam seperti batu saja..”. Gumaman itu seketika membuat Dayang Merindu berubah menjadi batu.

Si Pahit Lidah kemudian melanjutkan perjalanan, hingga ia sampai ke lokasi yang sekarang menjadi gua. Si Pahit Lidah kemudian bergumam lagi: “Katanya ini desa, tapi tidak terlihat penduduknya, seperti goa batu saja“. Kemudian jadilah tempat itu sebagai goa batu. Legenda ini secara turun-temurun dipercaya menjadi asal muasal Goa Putri.

Sebuah prosa, dalam hal ini cerita rakyat, mengajarkan Anda nilai-nilai agama, sosial dan kepribadian yang berkembang di kehidupan masyarakat setempat. Dari sudut pandang agama, legenda Si Pahit Lidah menggambarkan betapa tidak terpujinya bersikap sombong sehingga Tuhan maupun sesama manusia akan meghukumnya. Nilai sosial pada cerita tersebut mengajarkan manusia untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan sesama. Sementara itu, nilai kepribadian yang dapat dipetik adalah setiap manusia harus berhati-hati untuk tidak sampai salah langkah atau berbuat ceroboh.

Ketiga nilai ini masih digenggam erat oleh masyarakat Ogan Komering Ulu (OKU), tempat dimana Goa Putri terletak. Begitu besar  Legenda Si Pahit Lidah bagi karakter masyarakat OKU. Karakter mereka yang ramah dan peduli sesama Ini dibentuk sejak kecil dengan bermacam pendidikan, salah satunya memasukkan cerita rakyat ke dalam pelajaran sastra di sekolah.

Kegiatan

Jika legenda di atas menganalogikan gua dengan sebuah desa, imajinasi Anda akan membayangkan gua yang luas dan megah serta memiliki langit-langit yang tinggi. Gua ini memiliki panjang 150 meter dan lebar 8-20 meter dengan keindahan stalagtit dan stalagmit yang menghiasi gua. Bentuk stalagtit dan stalagmit di sini beragam, ada yang besar memanjang seperti kubah, ada pula yang menggantung. Suara aliran Sungai Semuhun di dalamnya menjadi terapi alam yang menghadiahkan Anda ketenangan. Sungai ini bersumber dari kawasan hutan rimba yang mengalir masuk dari bagian belakang goa. Anda akan menjelajahi gua dengan berjalan kaki. Karena atap-atap gua begitu tinggi, dan sudah terdapat pencahayaan serta tangga-tangga, Anda tidak membutuhkan perlengkapan khusus apapun untuk menikmatinya.

Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten OKU, yang menjadi kawasan gua ini berdiri merupakan wilayah yang berada di perbukitan. Oleh sebab itu hawa sejuk akan menemani kunjungan Anda. Lingkungan vegetasi di sekitar Goa Putri mempunyai pengaruh yang besar terhadap keadaan fisik wilayah ini. Gua dikelilingi perkebunan jati, beringin dan semak belukar. Dominasi pepohonan yang rimbun menambah kesejukan suasana gua.

Tidak jauh dari pintu masuk gua yang memiliki lebar 15 meter dan tinggi 10 meter, Anda akan menemukan sebuah batu yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Balian. Meskipun ruangan di dalam gua gelap dan lembab, Anda tetap bisa melihat dekorasi gua dengan jelas karena dipasang lampu-lampu di banyak rongga dan lorong.

Dengan tuntunan seorang pemandu wisata, ruang demi ruang di dalam gua akan dijelaskan secara detail berikut cerita Si Pahit Lidah yang terkenal di Sumatera Selatan tersebut. Jangan lupa untuk mencuci muka di kolam Putri Dayang Merindu. Penduduk setempat percaya bahwa mereka yang mencuci muka di kolam ini sambil berdoa, doa-doa mereka akan menjadi menjadi kenyataan. Anda juga berkesempatan memasuki Museum Purbakala Si Pahit Lidah di dalam kompleks Goa Putri yang menyimpan koleksi kerangka manusia purba.

Jika Anda ingin mampir di Goa Putri, jangan lupa membawa makanan, tikar dan tas plastik karena pengunjung diperbolehkan untuk menikmati gua sambil duduk di sebuah batu besar, beberapa orang mengatakan batu ini digunakan sebagai ruang pertemuan bagi raja-raja pada dahulu kala. Harap gunakan kantong plastik untuk mengumpulkan sampah Anda setelah makan. Jangan lupa untuk membawa senter dan sandal  yang nyaman untuk mengantisipasi jalan yang licin dan tidak terlihat karena kondisi gua yang gelap.

Setelah tiba  di bandara Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang, Anda dapat menyewa mobil ke Goa Putri, sekitar  230 kilometer jauhnya atau memakan waktu 4-5 jam. Jika Anda ingin menggunakan angkutan umum, Anda dapat mengambil bus ke Baturaja dari stasiun bus Palembang. Dari Baturaja ke Goa Putri, tersedia beberapa bentuk transportasi umum, rute yang tersedia adalah Baturaja – Muara Enim. Angkutan umum di Sumatera Selatan biasanya beroperasi  pada saat pasar di kota sangat padat.