Sumba: Menyentuh Tradisi dari Zaman Batu dan Keindahan Tepian Alam Liar

Sumba adalah pulau yang menyajikan warna lebih memikat daripada sekadar tangkapan lensa kamera. Inilah tempat untuk Anda melihat langsung perang lembing dengan berkuda (Pasola) yang memukau. Lebih dari itu pun pulau ini menyajikan rentetan rumah adat tradisional, kubur batu, dan agama Marapu yang seolah tak terjangkau perubahan zaman.

Pulau Sumba berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur berdekatan dengan Pulau Komodo dan Flores tentunya. Pulaunya sendiri tidak bisa dibilang kecil untuk dijelajahi selama seminggu. Pulau Sumba meliputi empat kabupaten, yaitu Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah, dan Sumba Timur. Hebatnya seluruh kabupaten tersebut memiliki keidahan alam yang serupa indahnya dan merata.

Pulau seluas 10.710 km² ini masih mempertahankan diri dengan rumah adat tradisional hampir di seluruh belahannya, bahkan di jantung ibu kota. Beberapa yang ternama dan terbiasa menerima kunjungan wisatawan adalah Kampung Tarung dan Waitabar, Kampung Elu, Kampung Bodo Ede, dan Kampung Paletelolu. Rumah tradisional Sumba mirip seperti yang ada di Flores memiliki tiga lantai, paling dasar berupa kandang ternak (kuda, ayam dan babi). Lantai dua untuk berkumpul keluarga, tempat tidur dan perapian persis di bagian tengah. Sedangkan bagian ketiga berupa menara sebagai gudang menyimpan persediaan pangan.

Separuh warga pulau Sumba masih bertahan dengan agama nenek moyang mereka, yaitu Marapu. Meski sebagian sudah memeluk agama Kristen, Protestan, Islam namun ritual adat warisan Marapu masih tetap berjalan dalam upacara kelahiran, perkawinan, kematian, dan lainnya. Bahkan, di beberapa kota besar seperti Waikabubak warganya merayakan wula podu (bulan suci selama satu bulan) pada Oktober dan November setiap tahunnya.

Marapu sendiri merupakan agama asli orang Sumba yang berdasarkan pada pemujaan arwah leluhur. Dalam bahasa Sumba arwah leluhur disebut marapu atau berarti ‘yang dipertuan’ atau ‘yang dimuliakan’. Pemujaan tersebut bukan semata-mata kepada arwah para leluhur itu sendiri tetapi kepada Mawulu Tau-Majii Tau (Pencipta dan Pembuat Manusia), Tuhan Yang Maha Esa. Para marapu (arwah) dianggap sebagai media atau perantara untuk menghubungkan manusia dengan Sang Pencipta.

Selain rumah adat dan agama marapu, di pulau ini dapat Anda dapat termukan banyak kerbau dan kuda. Kerbau digunakan dalam pelaksanaan upacara adat dan menggarap tanah pertanian. Sementara kuda adalan kendaraan sehari-hari warganya namun kini semakin berkurang jumlahnya karena banyak dijual ke luar pulau. Meski demikian, tradisi menunggang kuda masih dipertahankan termasuk oleh anak-anak kecil yang terbiasa berkeliaran menunggang kuda di jalanan.

Kegiatan

Ada begitu banyak pesona budaya zaman batu di Pulau Sumba. Begitu pula keindahan alamnya yang tidak ramai oleh wisatawan. Turis asing terutama asal Eropa sudah mulai banyak yang terpikat keindahan Sumba dan berupaya mengembangkan potensi industri wisata di pulau ini. Pesisir Sumba memiliki banyak sekali pantai berpasir putih, air terjun, taman nasional, dan tentunya kampung tradisional yang siap menyambut tamunya.

Saat waktu luang Anda tersedia maka pagi hari hari sekali mulailah memantau keindahan pantainya untuk menyambut mentari pagi atau di sore hari mengantarkannya ke peraduan. Anda penggiat selancar maka ada Pantai Wanakaka dan Pantai Rua yang terkenal dengan gelombang lautnya. Pilhan serupa ada Pantai Marosi dan pantai Gaura dimana ada bonus berupa batu kubur tua.

Pantai Pero dan Pantai Ratenggaro juga memiliki ombak yang cocok untuk bermain selancar. Bahkan di Ratenggaro, tepat ada kubur batu Raja Kodi pertama, rumah adat, dan beberapanya berada di pinggir pantainya. Di Pantai Mandorak ada sebuah pemandangan karang terjal begitu indah terpampang bersama ujung tebing dihiasi pasir putih yang indah.

Di Waitabula yang lokasinya tidak seberapa jauh dari Tambolaka airport ada Pantai Oro dan Pantai Newa yang berpasir putih panjang dengan air laut tenang, cocok untuk berenang dan bermain air. Pantai serupa ada Pantai Mamboro di utara Sumba Barat. Sepanjang perjalanan menuju pantai ini pemandangan alamnya sangat memukau.

Untuk Anda yang ingin menjelajah hutan Sumba maka pastikan menyambangi Taman Nasional Tanah Deru yang didalamnya dihuni beragam jenis burung dan habitat lainnya. Di hutan ini juga ada Air Terjun Lapopu yang bertingkat tinggi dan ditumbuhi pepohonan di batu cadasnya. Perjalanan ke air terjun memang tidak mudah tetapi itu sepadan dengan apa yang akan Anda lihat.

Air Terjun Dikira bisa menjadi pilihan lainnya yang berada sekira 30 km dari Wewewa Timur. Air terjun ini meski diigunakan PLN sebagai PLTA namun keindahannya begitu menawan. Pabeti Lakera juga menarik untuk disambangi berlokasi di Kecamatan Wewewa Selatan. Air terjunnya memiliki tinggi hingga 30 meter dan tidak kalah indahnya unutk ditangkap kamera.

Satu lagi keindahan memukau yang dimiliki Pulau Sumba, yaitu Danau Weekuri yang merupakan danau air asin di pinggir laut. Lokasinya di Kodi Utara atau sekira 60 km dari pusat ibu kota Kabupaten Sumba Barat Daya. Danau ini selain berair asin juga memilliki suasana alam yang indah dan sejuk. 

Sumba juga memiliki sebuah pantai istimewa, yaitu Pantai Nihiwatu di Sumba Barat. Pantai ini berada di posisi ke-17 dari 100 pantai terbaik di dunia (100 World”s Best Beaches) dan satu-satunya pantai di Indonesia yang terpilih menjadi pantai terbaik di Asia. Pantai dengan pasir putih dan garis pantainya cocok untuk surfing namun dibatasi maksimal 10 peselancar demi menjaga keamanan dan keselamatan mereka. Resort di pantai ini memang cukup mahal harga per malamnya dan beberapa artis Hollywood pernah menginap di resort Nihiwatu mulai dari musisi Rolling Stones, Pink dan suaminya Carey Hart, serta Chris Hemsworth (pemeran film ‘Thor”) yang menikahi istrinya Elsa Pataky di pantai ini.

Berkeliling

Berkeliling Pulau Sumba dengan menyewa motor atau mobil lebih mengasyikkan. Sejumlah ruas jalan licin bekilap meliuk-liuk di bawah perbukitan dan pegunungan meski tidak begitu lebar namun cukup baik kondisinya bahkan saat musim penghujan. Sisi jalanan memang banyak disisipi tanaman liar yang sanggup menutupi beberapa titik tujuan wisata (terutama ke arah pantai) namun selebihnya baik dan memadai.

Saat Anda menyambangi pulau ini maka aturlah tujuan wisata sebaik mungkin karena Sumba memiliki begitu banyak tujuan wisata yang masih sangat alami dan belum banyak disentuh para penanam modal industri pariwisata. Beberapa lokasi tujuan wisata berada di satu kawasan sehingga perlu perencanaan agar Anda dapat menyambanginya sekaligus.

Kuliner

Meski memilki banyak garis pantai namun mayoritas warga pulau Sumba bukan bermata pencaharian nelayan. Oleh karena itu, apabila Anda mencari ragam kuliner olahan ikan bukan di sini tempatnya meski masih ada penjual makanan laut.

Kuliner yang ada di Sumba adalah umumnya seperti yang ada di Flores. Pilihan tempat makan beragam salah satunya ada di Waikabubak, yaitu berikut ini.

RM Arista

Jalan Ahmad Yani, Waikabubak

RM Pondok Salero

Jalan Ahmad Yani, Waikabubak

RM Ande Ate

Jalan Gajah Mada, Waikabubak

Gloria

Jalan Bhayangkara, Waikabubak

Di Tambaloka juga tersedia beragam tempat makan berikut ini pilihannya.

Oro Bungalow

Jlana Rada Mata, Tambaloka

RM Anggrek

Jalan Katedral, Waitabula

RM Richard

Jalan Karitas, Waitabula

Valentine Restaurant

Jalan Bandar udara Tambaloka

Berbelanja

Pilihan terbaik untuk berbelanja cenderamata dari Pulau Sumba adalah kain tenun terutama dari Sumba Timur dengan motif yang lebih beragam dan dibuat dengan cara masih tradisional. Apabila Anda berkunjung ke  beberapa desa tradisional maka selain kain tenun ikat yang bisa dibeli adalah ukuran kayu, gitar sumba, tanduk kerbau, serta kalung dan gelang tradisional khas Sumba.

Apabila Anda membayangkan oleh-oleh berupa susu kuda liar sumba maka itu dipastikan sulit dan memang tidak ada penjualnya secara umum. Lebih mudah untuk ditemukan kacang mete untuk dibeli sebagai oleh-oleh seperti di Waikabubak dan Waitabula. Pusat oleh-oleh khas Sumba juga tersedia di Waingapu, Sumba Timur, yaitu Toko Utama yang menjual beragam peganan berupa kacang, kue, dan kopi sumba.

Transportasi

Pulau Sumba berada di bawah Pulau Komodo dan Flores. Penerbangan ke Sumba digerbangi oleh Bandar udara Tambolaka di Sumba Barat dan Bandar Udara Umbu Mehang Kunda di Sumba Timur. Beberapa maskapai penerbangan yang tersedia adalah Garuda Indonesia, Lion, Aviastar, Transnusa, dan Wings Air. Alternatif lain melalui jalur laut, Pulau Sumba bisa dicapai melalui Pelabuhan Sape di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat dan juga dari Pelabuhan Kupang di Nusa Tenggara Timur.

Kota terbesar di Pulau Sumba adalah Waingapu dan Waikabubak. Dari kedua kota tersebut Anda bisa menyewa kendaraan atau memanfaatkan moda angkutan umum. Kendaraan umum yang lazim digunakan wisatawan adalah kendaraan sewa yang bisa ditemui di Bandara Tambaloka. Sewa kendaraan berupa minivan umumnya ditarif Rp500.000,- hingga Rp700.000,- per hari sudah termasuk supir dan bensin. Ojek tidak banyak tersedia di pulau ini namun kendaraan angkutan kota dan pedesaan lebih banyak menjadi pilihan dengan tarif mulai Rp10.000,-. Hingga Rp30.000,- Pilhan lebih ideal untuk petualangan Anda adalah menyewa motor dari hotel tempat Anda menginap dengan tarif mulai dari Rp200.000,- per harinya.

Akomodasi

Beberapa kabupaten di Pulau Sumba sudah berbenah memajukan daerah mereka masing-masing. Hotel dan penginapan terus muncul satu-per satu seiring mulai banyaknya wisatawan yang terpikat dengan kealamian pulau ini.

Sumba Barat menyediakan pilihan beragam akomodasi mulai dari penginapan hinggga resort. Berikut ini pilihannya. Khusus resort pribadi maka pemesanan perlu jauh hari sebelumnya.

Sumba Nautil Hotels

www.sumbanautilresort.com

Nihi Watu Resort

www.nihiwatu.com

Hotel Monalisa

Jalan Adhyaksa KM 2, Waikabubak

0387 21364

Hotel Ronita

Jalan Basuki Rahmat, Waikabubak

0387 21460

Hotel Pelita

Jalan Ahmad Yani No. 2, Waikabubak

0387 21392

Hotel Aloha

Jalan Sudirman, Waikabubak

0387 21245

Hotel Artha

Jalan Veteran, Waikabubak

0387 21112

Hotel Karanu

Jalan Basuki Rahmat, Waikabubak

0387 21197

Tips

Sumba adalah pulau yang akan membuat Anda membayangkan masa dari zaman batu. Budaya tradisional masih terasa bahkan di tengah kota sekalipun. Agama adat Marapu meski bukan mayoritas namun sejatinya kuat tertanam jauh dalam kehidupan keseharian masyarakatnya. Oleh karena itu, perhatikan sikap santun Anda terhadap penduduk lokal dan patuhi larangan yang sudah ditetapkan adatnya.

Masing-masing wilayah di Sumba besar memiliki bahasanya sendiri sehingga disarankan Anda memiliki pemandu apabila ingin berkeliling hingga ke desa tradisional. Meski demikian Bahasa Indonesia umum digunakan dalam keseharian dan Anda selayaknya menggunakannya dengan baik.

Saat Anda melakukan petualangan di Sumba maka pastikan menentukan tujuannya karena jarak dari satu tujuan wisata dengan yang lainnya ada yang berdekatan sehingga bisa dilakukan dalam satu hari. Peta akan sangat membantu Anda menjelajah titik-titik menarik keindahan Sumba yang masih sangat alami dan belum banyak dikenali oleh riuh ramai wisatawan.

Apabila Anda ingin menyaksikan Pasola maka siapkan waktu pada Februari hingga Maret. Beberapa lokasi yang perlu ditandai dan senantiasa mengelar Pasola adalah: Wanokaka, Lamboya, Gaura, Ratenggaro, Kodi Bangedo, dan Kodi Besar. Secara khusus Pasola dilaksanakan di Hobba Kalla, Lamboya setiap Februari, Kamaradena di Kecamatan Wanokaka setiap Maret, dan Gaura di Lamboya Barat setiap Maret. Penentuan tanggal Pasola sendiri bergantung dari pilihan hari oleh pemuka adat Marapu (irato) sehingga hampir sulit diketahui waktu pastinya dekatnya kecuali sebulan atau bahkan dua minggu sebelumnya.