Balon Udara Tradisional jadi Peluang Bisnis

Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) atau AirNav Indonesia menyatakan siap mendorong transformasi penerbangan balon udara tradisional dari yang semula ancaman bagi keselamatan penerbangan, menjadi peluang ekonomi yang dapat berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dukungan ini disampaikan oleh Manager Hubungan Masyarakat AirNav Indonesia, Yohanes Sirait, di hadapan sejumlah pejabat dan perangkat daerah Kota dan Kabupaten Pekalongan saat menjadi narasumber dalam acara sosialisasi penerbangan balon udara yang aman bagi keselamatan penerbangan pada Selasa (5/12) dan Rabu (6/12) di Pekalongan.

“Balon udara tradisional memiliki potensi ekonomi yang luar biasa jika dapat kita gali bersama. Hasil kajian yang kami lakukan, belum ada satupun negara di dunia yang memiliki festival penerbangan balon udara tradisional yang menggunakan bahan-bahan tradisional. Kami bersama stakeholder penerbangan lain siap untuk menginisiasi event dengan dukungan dari seluruh masyarakat termasuk Pekalongan,” ungkap Yohanes.

https://www.flickr.com/gp/saifanah/53hLoT

Dijelaskannya, sejauh ini balon udara tradisional masih dinilai sebagai ancaman bagi penerbangan. Laporan dari para pilot pada angkutan lebaran 2017 menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dari 14 laporan gangguan balon udara pada 2016, melonjak menjadi 63 laporan sampai dengan Juli 2017 atau naik sebesar 450%.

“Laporan pilot yang melihat balon udara pada ketinggian 0 – 15.000 kaki sejumlah 17 laporan, ketinggian 15.000 – 25.000 kaki sebanyak 8 laporan dan di atas ketinggian 25.000 kaki sebanyak 20 laporan. Perlu diketahui bahwa di atas ketinggian 25.000 kaki adalah area ACC control di mana terdapat banyak sekali penerbangan internasional,” paparnya.

Rute penerbangan yang terdampak gangguan balon udara ini adalah Whisky 45 (W45) yang merupakan salah satu rute penerbangan tersibuk di dunia yang menyambungkan Jakarta – Surabaya. AirNav Indonesia kemudian memblok sebagian ruang udara Pekalongan, Semarang, Purwakarta, Yogyakarta dan ditarik hingga Laut Jawa yang terindikasi terdapat gangguan balon udara.

Yohanes menambahkan bahwa pihaknya juga sempat membuat rute alternatif untuk mengindari area yang terdampak balon udara. “Karena W45 terdampak, kami membuat rute alternatif W15-M635 untuk rute Jakarta – Surabaya. Akibatnya rute menjadi lebih jauh sehingga konsumsi bahan bakar pesawat udara juga semakin banyak. Bahkan pilot sempat ada yang melaporkan melihat balon udara di rute darurat ini,” ujarnya.

Balon udara yang tidak ditambatkan dapat menimbulkan gangguan bahkan kerusakan pada kinerja pesawat udara. “Bila balon udara terhisap mesin pesawat, maka bisa merusak bahkan mengakibatkan mesin mati. Bila tersangkut di sayap, sirip atau moncong pesawat maka akan mengganggu fungsi kendali dan sensor pesawat, sehingga kami menawarkan solusi untuk ditambatkan dan sudah dilakukan uji coba di Wonosobo pada Agustus lalu,” terang Yohanes.

Hasil dari uji coba penerbangan balon udara memberikan hasil yang cukup memuaskan, di mana telah didapatkan standar awal untuk menerbangkan balon udara dengan cara ditambatkan. “Balon udara yang ditambatkan bisa terbang dengan stabil selama kurang lebih selama 15 menit. Kami hanya menerbangkan dua balon udara, bayangkan jika ada 1.000 balon udara ditambatkan yang diterbangkan bersamaan untuk dilombakan. Kemudian digelar pula pentas musik, perlombaan kesenian, pesta kuliner tradisional maupun lomba fotografi. Tradisi masyarakat tetap eksis, pertumbuhan ekonomi daerah akan bergeliat, masyarakat dapat meningkat kesejahteraannya, artinya kita bisa mengubah ‘bahaya’ menjadi ‘bahagia’,” pungkasnya.