Haul dan Ziarah Kubra Ulama dan Auliya Palembang Darussalam

Sebagai salah satu kota tertua di Nusantara, Palembang menjaga tradisi leluhur mereka dengan rutin menggelar ritual Haul dan Ziarah Kubra Ulama dan Auliya Palembang Darussalam. Kegiatan tersebut sudah menjadi tradisi tahunan bagi masyarakat muslim Palembang yang bermukim di sekitar Sungai Musi, khususnya bagi masyarakat komunitas Arab. Ziarah kubro sendiri secara bahasa berarti ‘ziarah kubur’ dan bagi warga Palembang ziarah ini digelar sebagai ungkapan rasa cinta kepada para orang soleh dan pejuang NKRI sehingga penting dikenalkan kepada generasi muda.

Bagi masyarakat Palembang, ziarah kubro merupakan kegiatan berziarah massal ke makam-makam para ulama dan pendiri Kesultanan Palembang Darussalam, atau kerap juga disebut ‘waliyullah’. Puluhan ribuan umat muslim datang ke Palembang untuk ikut dalam haul dan ziarah kubro tahun ini. Mereka tidak hanya dari Palembang dan Sumsel saja, tapi juga ada dari mancanegara. Bagi masyarakat Islam di Palembang, salah satu langkah wajib untuk menjaga sejarah adalah dengan menggelar ziarah kubro setiap tahunnya yang dipusatkan di Kota Palembang, di Jalan Demang Lebar Daun, Lorok Pakjo.

Selama tiga hari kegiatan sejak 26-28 April 2019, warga Palembang melakukan ziarah ke berbagai makam leluhur. Makam yang disambangi ribuan umat muslim tersebut tidak berpusat di satu tempat saja, melainkan tersebar di berbagai lokasi di Palembang. Mulai dari Kambang Koci 5 Ilir, Kawah Tekurep, hingga ke wilayah Seberang Ulu. Ziarah kubro dikhususkan bagi kaum laki-laki yang biasanya mengenakan pakaian serba putih. Bisa dipastikan jika kegiatan ini tengah berlangsung, beberapa jalanan di Palembang akan ditutup sementara, karena ribuan muslim berpakaian serba putih akan turun dan memadati jalan-jalan yang ada di Palembang, persis sebuah pawai.

Kini prosesi ziarah kubro yang dilangsungkan setiap tahun lambat laun tidak lagi menjadi sekedar kegiatan religi namun juga turut bersinggungan dengan ranah budaya dan tradisi. Pemerintah Kota Palembang turut menjembatani pihak penyelenggara ziarah kubro untuk melaksanakan agendanya, karena berlangsungnya ziarah kubro juga menunjukkan betapa kayanya khazanah kebudayaan dan sejarah Kota Palembang.

Rangkaian Kegiatan

  1. Ziarah di Pemakaman Auliya dan Habaib Al-Habib Ahmad bin Syech Shahab & Haul Al-Habib Aqil bin Yahya.
  2. Rauhah dan Haul di Pondok Pesantren Ar-Riyadh
  3. Ziarah di Pemakaman Ulama & Auliya Telaga Sewidak
  4. Haul Al-Faqihil Muqaddam Tsani Al-Imam Abdurrahman As-Seggaf
  5. Haul Al-Habib Abdullah bin Idrus Shahab dan Al-Habib Abdurrahman bin Ahmad Al-Bin Hamid Ba’alawi r.a.
  6. Ziarah Kubra Ulama & Auliya Palembang Darussalam
  7. Wisata Bahari

Lokasi Acara

  1. Masjid Darul Muttaqien
  2. Makam Habib Aqil bin Yahya
  3. Pemakaman Al-Habib Ahmad bin Syech Shahab
  4. Ponpes Ar-Riyadh
  5. Kampung BBC – Karang Panjang
  6. Pemakaman Auliya’ dan Habaib Telaga Sewidak
  7. Kampung As-Seggaf
  8. Kampung Munawwar
  9. Kampung Sei Bayas
  10. Pemakaman Al-Habib Pangeran Syarif Ali bin Syeikh Abubakar
  11. Pemakaman Kawah Tengkurep
  12. Pemakaman Auliya’ dan Habaib Kambang Koci
    Kota Palembang sendiri merupakan kota tertua di Indonesia, hal ini berdasarkan prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang. Prasasti ini menyebutkan pendirian sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota yang merupakan ibu kota Kerajaan Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 682 Maseh. Dari situ kemudian tanggal tersebut dijadikan dasar hari lahir Kota Palembang.

Kota Palembang sendiri sampai saat ini menjadi pusat wisata air dengan julukan berjuluk “Venice of the East”. Di kota ini Sungai Musi berhilir di Palembang bagian utara dan berhulu di Palembang bagian selatan. Sungai ini telah membagi Palembang menjadi dua kawasan, yaitu seberang ilir di bagian utara dan seberang ulu di bagian selatan. Mata air Sungai Musi bersumber dari Kepahiang di Provinsi Bengkulu dan merupakan muara dari sembilan anak sungai besar, yaitu: Sungai Komering, Sungai Rawas, Sungai Batanghari, Sungai Leko, Sungai Lakitan, Sungai Kelingi, Sungai Lematang, Sungai Semangus, dan Sungai Ogan.

Dari masa ke masa, Sungai Musi merupakan landasan berkembangnya peradaban pinggir sungai yang berorientasi pada air. Masyarakat di sekitarnya bukan saja bermatapencaharian di pinggir sungai melainkan juga telah memilih untuk tinggal di sepanjang bibir sungainya. Kini Sungai Musi menjadi pusat peradaban, perdagangan, dan transportasi sehingga memberi dampak ekonomi serta mendukung Kota Palembang sebagai pusat wisata air.

Bagi Palembang, Sungai Musi ibarat pantai memanjang dan tempat riuh ramai kegiatan ekonomi masyarakat. Sungai Musi juga menjadi lokasi rekreasi di tepiannya. Sungai Musi ibarat pantai memanjang dan tempat riuh ramai kegiatan ekonomi masyarakat dan tempat rekreasi di tepiannya. Masyarakat dan wisatawan biasanya menikmati suasana sungai dengan duduk santai di café atau restoran. Lebih menyenangkan lagi, di tepian sungai ini tersedia perahu jelajah untuk mengarungi Musi.

Tur Sungai Musi adalah hal yang layak Ada cicipi untuk mengetahui sejarah Palembang. Saat tur di Sungai Musi maka Anda akan menemukan beberapa tempat wisata menarik seperti Pulau Kemarau dan tempat ibadah klenteng. Masyarakat setempat mengandalkan sungai ini untuk transportasi sehingga Anda akan melihat banyak perahu motor membawa penumpang untuk menyebrang. Anda yang ingin menjelajahi Sungai Musi maka dapat menggunakan perahu motor yang disewa di bawah jembatan Ampera, tepat di depan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II atau di depan Benteng Kuto Besak. Beberapa jenis perahu motor yang seringnya dikenali sebagai taxi air dapat mengantarkan Anda berkeliling.

Beberapa objek wisata lainnya yang dapat Anda kunjungi di Palembang adalah berikut ini.

  1. Benteng Kuto Besak
    Fakta menarik tentang museum ini adalah menghabiskan waktu selama 17 tahun untuk membangunnya, dimulai pada tahun 1780 dan diresmikan pada 21 Februari 1797. Ide pembangunan benteng ini dari Sultan Mahmud Badaruddin I (1724-1758). Benteng ini memiliki panjang 288,75 m, lebar 183,75 m, tinggi 9,99 m dan tebal 1,99 m. Terdapat pintu masuk di setiap sudut benteng ini, sisi masuk sebelah barat laut berbeda dengan ketiga sisi lainnya. Ketiga pintu masuk yang sama mereprentasikan karakteristik Benteng Kuto Besak. Anda dapat melihat Sungai Musi dari pintu masuk utama, Lawang Kuto. Sedangkan pintu masuk di belakang pintu disebut lawang Buritan. Benteng ini ialah kebanggaan masyarakat Palembang karena merupakan benteng terbesar dan satu-satunya yang terbuat dari batu sebagai saksi keberhasilan mereka melawan bangsa Eropa.
  2. Museum Sultan Mahmud Badaruddin
    Museum ini dulunya merupakan Benteng Kuto Lama dimana Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo dan Sultan Mahmud Badaruddin I (1724-1758) menjadikannya istana kesultanan.Tahun 1821, istana ini diserang Kolonial Belanda dan pada 17 Oktober 1823 dihancurkan dibawah Komisaris Belanda, I.L Van Seven House sebagai balas dendam terhadap sultan yang membakar Aur rive Loji. Museum ini dibangun kembali tahun 1825 dan menjadi kantor perwakilan pemerintahan pendudukan Belanda. Tahun 1942-1945 saat ekspansi Jepang, bangunan ini dikuasai oleh tentara Jepang dan diserahkan kepada masyarakat Palembang setelah kemerdekaan Indonesia 1945. Pada tahun 1949, Museum Sultan Mahmud Badaruddin direnovasi dan beralih fungsi sebagai Toritorium Sriwijaya II dan digunakan sebagai satuan pasukan tentara utama Sriwijaya IV. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim Arkeologi Nasional tahun 1988, fondasi batu bata Kuto Lama ditemukan di bawah kayu yang sudah hancur.
  3. Kantor Menara Air
    Bangunan ini didirikan tahun 1982 dan sebelumnya digunakan sebagai kantor Syuco pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945 kemudian digunakan sebagai balai kota hingga 1956. Bangunan ini menyediakan persediaan air untuk kantor umum. Tahun 1963 Kantor Menara Air berubah menjadi Kantor Pusat Pemerintahan Palembang.
  4. Jembatan Ampera
    Dibangun di atas Sungai Musi, jembatan ini memiliki panjang 1.777 m, lebar 22 m, dan tinggi 11,50 m dengan bantuan dana Pemerintahan Jepang masa perintahan Soekarno. Dibangun sejak April 1962 dan selesai tahun 1964. Sebelumnya dinamai Jembatan Musi lalu berubah menjadi Jembatan Ampera. Kata AMPERA singkatan dari Amanat Penderitaan Rakyat. Sebelum tahun 1970, bagian utama Jembatan Ampera dapat dinaiki dan dilewati kapal besar dengan ketinggian maksimum 44,50 m. Saat ini, untuk alasan pemeliharaan kapal tidak diizinkan menyebrang jembatan ini.
  5. Rumah Tradisional Limas
    Dibangun di sepanjang tepi sungai dan menghadap ke air, hal ini menunjukan bahwa kegiatan rumah tangga sehari-hari dilakukan di sini. Rumah-rumah kayu yang dihiasi biasanya lebarnya 15-20 m, bingkai jendela sampai panel ventilasi diukir dengan detail.

Palembang juga menawarkan ragam sajian kuliner yang dapat Anda jelajahi di berbagai sudut kota dimana itu merupakan perpaduan dari beraneka budaya di Asia. Bahan olahan ikan dari Sungai Musi dipadukan dengan keahlian meracik bumbu dan penyajian yang khas. Ada banyak tempat makan yang dapat Anda jajal baik itu di sebauh distrik kuliner di kota ini ataupun di banyak rumah makan yang tersebar di berbagai sudut kota.