Kementerian Pariwisata menggelar Sosialisasi Pengembangan Pariwisata Halal Labuan Bajo, di Sylvi Resort, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (30/4). Sosialisasi dibuka Dirut Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo, Shana Fatina. Hadir pula dalam kegiatan tersebut Kadisbudpar Kabupaten Manggarai Barat Agustinus Rinus, dengan peserta lebih kurang 50 orang dari perwakilan Dinas Pariwisata seluruh NTT, industri pariwisata lokal, dan BOP Labuan Bajo.
Potensi Labuan Bajo untuk dapat menerima wisatawan muslim sebagai sebuah ceruk pasar yang dapat meningkatkan pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Dari pengenalan konsep wisata halal khususnya di Kabupaten Manggarai Barat, ia berharap dapat membantu peningkatan kunjungan wisatawan dan memperluas pangsa pasar Labuan Bajo khususnya bagi wisatawan Muslim.
Kadisbudpar Kabupaten Manggarai Barat Agustinus Rinus mengatakan, tahun 2017 wisatawan yang mengunjungi Labuan Bajo sebanyak 111.749 orang. Sedangkan tahun 2018, jumlah kunjungan sebanyak 163.807 wisatawan atau naik sebesar 46%. “Kenaikan secara signifikan ini turut membawa optimisme bagi Manggarai Barat untuk dapat meraih ceruk pasar wisatawan halal ke Labuan Bajo,” ujarnya.
Dalam paparannya, Tim Percepatan Pariwisata Halal Kementerian Pariwisata, Wisnu Rahtomo menyatakan, pariwisata halal berarti segala fasilitas dan layanan boleh digunakan oleh umat Muslim. Konsep ini bukan berarti semua harus tersertifikasi halal. Yang paling utama bisa memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim.
Adapun konsep pariwisata halal menurut GMTI adalah tersedianya makanan halal, fasilitas ibadah, air dan KM ramah wudhu, serta lingkungan tanpa Islamophobia. Ada dampak sosial yang baik, dimana masyarakat lokal mendapatkan manfaat dari wisata halal.
“Memasuki bulan Ramadhan nanti, tentunya juga harus ada layanan Ramadhan seperti sahur dan buka puasa. Tak kalah penting, ruang rekreasi harus disediakan dengan privacy. Contohnya, tempat berenang harus terpisah antara laki-laki dan perempuan, serta tidak ada layanan non halal,” terangnya.
Wisnu menegaskan, sebuah destinasi tidak perlu langsung meloncat ke level 3 bila belum siap. Bila sudah memenuhi level 1 (basic), barulah bisa disebut destinasi yang Moslem Friendly dan sudah dianggap siap menerima wisatawan Muslim.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Dadang Riski Ratman mengungkapkan, Indonesia telah ditetapkan sebagai destinasi wisata halal atau halal tourism terbaik dunia 2019 oleh standar Global Muslim Travel Index (GMTI). Wilayah Tanah Air mengungguli 130 destinasi dari seluruh dunia. Laporan GMTI menganalisis berdasarkan 4 kriteria penilaian strategis, yaitu akses, komunikasi, lingkungan, dan layanan.
Gaung kemenangan Indonesia di GMTI 2019 dan besarnya potensi wisata halal mulai dilirik oleh beberapa wilayah di Indonesia, di luar 10 Destinasi Utama Wisata Halal yang sudah ditetapkan oleh Kemenpar. Wilayah tersebut antara lain Sumatera Utara, Malang, Gorontalo, dan termasuk Labuan Bajo.
“Dalam hal ini, Kemenpar menyambut baik aspirasi dari daerah yang ingin mengembangkan wisata halal. Sebab, bila daerah turut membantu penetapan destinasi wisata halal, maka akan dapat membantu target wisatawan halal sebesar 5 juta wisman atau sekitar 25% dari total target wisman di tahun 2019 sebesar 20 juta,” ucapnya, didampingi Asdep Pengembangan Destinasi Regional III, Harwan E.C. Wirasto.
Doa terbaik disampaikan Menteri Pariwisata Arief Yahya. Ia berharap, naiknya peringkat Indonesia pada posisi teratas destinasi halal tourism dunia akan semakin banyak mengundang minat wisatawan internasional berkunjung ke Indonesia. Dimana tahun ini menargetkan kunjungan 20 juta wisman dengan 5 juta atau 25 persen diantaranya adalah wisman halal tourism.
GMTI memproyeksikan, tahun 2020 jumlah wisatawan muslim dunia mencapai 158 juta dengan total pembelanjaan sebesar US$ 220 miliar atau setara Rp3,08 triliun. Pertumbuhan tersebut diharapkan terus meningkat menjadi US$ 300 miliar atau setara Rp4,2 triliun pada 2026.
“Tingginya potensi pasar wisata halal terlihat dari jumlah wisatawan yang terus meningkat. Data yang dihimpun GMTI menunjukkan, jumlah wisatawan muslim diperkirakan mencapai 158 juta orang pada 2020. Angka itu tumbuh 21 persen dibanding jumlah wisatawan pada 2017. Jumlah tersebut di luar ibadah haji dan umrah,” jelasnya.