Komitmen dan keseriusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadikan pariwisata sebagai core economy bangsa ini terus dilakukan. Kali ini, ia meyakinkan para investor di Hongkong untuk memanfaatkan besarnya peluang usaha di sektor yang akan menjadi andalan republik ini. Pariwisata!
Saat bertemu pebisnis Hong Kong di sela-sela kunjungan kerjanya ke sana, Senin (1/5), Presiden Jokowi juga menyampaikan upaya pemerintah Indonesia untuk semakin memantapkan posisi sebagai negara yang ramah investasi. Tidak berbelit, penuh dengan kepastian.
Demikian sejumlah poin penting dalam pidato Jokowi di acara pertemuan pebisnis Hong Kong yang digelar di Grand Ballroom Hotel Conrad, Hong Kong. “Bagi Indonesia, kami ingin tetap berfokus. Dan fokus kami saat ini adalah reformasi,” ujar presiden.
Reformasi pertama yang dia lakukan begitu menjabat presiden ketujuh adalah pengurangan dan realokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM). Tidak tanggung-tanggung, sebesar 80 persen subsidi dialihkan untuk hal-hal lain yang dirasakan lebih bermanfaat.
“Ini nilainya sekitar USD 15 miliar per tahun fiskal untuk kemudian kami alokasikan ke layanan kesehatan, pendidikan, dan utamanya pembangunan infrastruktur,” ujar Jokowi.
Beberapa contoh yant disampaikannya adalah proyek listrik 35 gigawatt, 1.000 kilometer jalan tol, 3.258 kilometer jalur kereta api, 15 bandara baru, 10 pengembangan bandara, serta 24 pelabuhan baru.
Mantan wali kota Surakarta itu juga menyebutkan soal penghapusan sekitar 3 ribu peraturan daerah yang mempersulit investasi. Demikian halnya dengan kebijakan pengampunan pajak yang kemudian menjadi salah satu kebijakan pengampunan pajak tersukses sepanjang sejarah.
“Berkat sejumlah upaya itu, tahun lalu kami memperbaiki peringkat kami di indeks Kemudahan Berusaha Bank Dunia sebanyak 15 peringkat. Dari peringkat 106 ke peringkat 91,” tegas Jokowi, yang berambisi memperbaiki peringkat Indonesia di posisi 40 besar.
Dengan sejumlah upaya dan capaian pemerintah tersebut, katanya, tersedia banyak peluang investasi di Indonesia. Salah satunya adalah sektor pariwisata. Apalagi antar wilayah di Nusantara akan terhubung satu sama lain.
“Anda semua tahu Bali, pulau surga kami yang terkenal itu. Dengan akses infrastruktur yang semakin baik, kami telah meluncurkan sebuah program yang disebut ‘Sepuluh Bali Baru’. Seperti misalnya Raja Ampat di Papua, Mandalika di Lombok, dan Pulau Komodo,” beber mantan gubernur DKI Jakarta.
Hong Kong yang dikenal dengan kekuatannya di bidang pembangunan real estate dan juga gaya hidup menjadikannya sejalan dengan pembangunan sektor pariwisata di Indonesia. Sebab, Jokowi memperkirakan ke depan, Indonesia akan segera kebanjiran investasi pada pembangunan hotel, resor, distrik pariwisata, dan sejumlah pusat aktivitas lainnya.
“Saya juga melihat peluang yang luar biasa bagi industri keuangan Hong Kong. Saya percaya, di Asia, pembiayaan infrastruktur akan menjadi peluang pasar modal terbesar selama beberapa dekade ke depan,” ucapnya.
Dengan sejumlah upaya yang terus dilakukan pemerintah Indonesia dan juga kemampuan investasi yang dimiliki Hong Kong, Jokowi berharap para investor Hong Kong tertarik untuk menanamkan investasinya di Indonesia.
Dia juga meyakinkan bahwa pihaknya akan senantiasa melakukan perbaikan dari segala sisi untuk semakin menjadikan Indonesia sebagai negara ramah investasi.
“Kami di Indonesia akan terus menyambut anda dengan reformasi yang lebih kuat dan kemajuan yang lebih cepat dari sebelumnya,” pungkasnya.
Menpar Arief Yahya menambahkan, 10 Bali Baru itu antara lain Danau Toba Sumut, Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Kepulauan Seribu Jakarta, Borobudur Jateng, Bromo Tengger Semeru Jatim, Mandalika Lombok NTB, Labuan Bajo NTT, Wakatobi Sultra dan Morotai Maltara.
“Kami sangat terbuka untuk investasi di 10 Bali baru itu. Pemerintah akan membangun akses berupa infrastruktur dasar, private sector bisa bermain di amenitas. Support dari CEO Presiden Jokowi sangat konkret dan kelihatan fisik dan non fisiknya di banyak destinasi,” ajak Menteri Arief Yahya kepada para investor.