Tenun songket asal Silungkang terkenal memiliki kualitas tinggi, bukan hanya kilau benang emas beragam motif unik tetapi juga fungsi sosial sebagai alat kelengkapan busana tradisional. Lebih jauh, terkandung nilai filosofis kehidupan orang Minang dalam kehidupan sehari-hari, yaitu tentang kesakralan, keindahan, ketekunan, ketelitian, dan juga kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin terwujud helaian tenun songket yang indah itu.
Inilah salah satu karya terbaik yang dihadirkan budaya Minangkabau. Ketika Anda usai mengarungi keindahan Danau Singkarak, Danau Maninjau, atau pun Danau Kembar di Sumatera Barat maka pastikan menyusuri jejak sejarah pertambangan di Sawahlunto. Di kota yang terkungkung gunung dan bukit bak kuali itu akhiri plesirnya dengan menyambangi Silungkang, lokasinya persis di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) ruas Sawahlunto-Solok.
Tentunya ada yang istimewa di Silungkang. Di sinilah tempat tenun songket terindah di Nusantara dibina helai demi helai benangnya menjadi sebuah lembaran kain yang amat indah. Meski hanya sebuah nagari atau desa namun nama Silungkang terkenal hingga di Asia Tenggara dan bahkan wisatawan peminat kain songket dari Eropa. Desa yang luasnya sekira 4.800 hektar tersebut penduduknya sejak dahulu sudah memiliki keahlian menenun kain songket yang mereka pelajari saat berdagang ke Siam (Thailand) abad ke-12. Di sana mereka belajar dari penduduk Siam untuk kemudian mengembangkannya sendiri di kampung halaman dengan corak yang lebih unik dan perpaduan dua atau tiga jenis benang dalam satu motif.
Songket Silungkang tenunan dasarnya berciri warna merah tua, hijau tua, atau biru tua. Motif ragam hiasnya dibentuk dengan benang mas, perak, juga benang berwarna lainnya. Ada dua macam kain songket, yaitu: pertama, kain songket ragam hias benang berwarna mas; dan kedua, kain songket ragam hias bukan dari benang berwarna emas.
Kain songket motif benang mas selain jumlahnya relatif terbatas dan harganya mahal, juga dipakai saat acara tertentu seperti perkawinan, batagak gala (penobatan penghulu), dan penyambutan tamu penting. Sementara itu, kain songket bukan dari benang berwarna emas untuk memenuhi pasaran umum dan bukan busana tradisional sehingga cukup berragam seperti untuk bahan kemeja, selendang, taplak, dan lainnya.
Kain songket silungkang dibentuk dari bahan dasarnya benang tenun yang disebut benang lusi atau lungsin dengan satuan ukurannya disebut palu. Hiasannya songketnya sendiri menggunakan benang makao atau benang pakan dengan satuan ukuran disebut pak. Benang lusi dan makao tersebut memiliki dasar yang berbeda baik pada warna, ukuran, maupun bahan seratnya. Dari perbedaan itulah yang kemudian melahirkan ragam hias kain songket yang menonjol dan terlihat karena berbeda dengan tenun latarnya.
Peralatan untuk membuat tenun songket silungkang persis seperti tenun di Pandai Sikek. Alat utamanya adalah seperangkat alat tenun yang dibuat sendiri, yaitu meliputi: panta, alat gulungan untuk benang dasar tenunan, sisia, alat untuk merentang dan memperoleh benang tenunan, pancukia, alat untuk membuat motif songket, dan turak, alat untuk memasukkan benang lain ke benang dasar. Selain itu, ada pula alatan tambahan berupa alat bantu yang digunakan sebelum dan sesudah proses pembuatan songket, yaitu ani dan alat penggulung kain hasil tenunan yang berbentuk kayu bulat dengan panjang sekitar 1 meter dan berdiameter 5 cm.
Pembuatan tenun songket silungkang melalui dua tahapan, yaitu menenun kain dasar dengan konstruksi tenunan rata atau polos, kemudian yang kedua menenun bagian ragam hias yang merupakan bagian tambahan dari benang pakan. Lama tidaknya pembuatan suatu tenun songket ini bergantung pada jenis tenunan yang dibuat, ukurannya, juga kehalusan dan kerumitan motifnya. Semakin halus dan rumit motif songketnya maka semakin lama pengerjaannya. Pembuatan sarung dan atau kain tersebut memerlukan waktu kurang lebih satu bulan. Setiap harinya seorang pengrajin rata-rata hanya dapat menyelesaikan kain sepanjang 5-10 cm.
Tenun silungkang umumnya jenis bertabur, yaitu songket yang hiasannya tidak memenuhi bidang kain, dengan dasar songket ada yang polos dan ada yang kotak-kotak. Motif tenun silungkang ini terinspirasi dari alam sekitar seperti pucuak rabuang yang paling terkenal di samping ada motif bunga, motif burung, sirangkak, balah katupek, dan lainnya. Motif bentukannya lebih sederhana bila dibandingkan dengan tenun songket Pandai sikek dan tidak rumit dalam pengerjaannya sehingga dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat. Meskipun demikian justru kesederhanaan itulah yang membuat kain songket silungkang begitu memikat dan banyak digemari bahkan hingga ke Malaysia dan Brunei.
Kini para pengrajin kain songket silungkang memadukan teknik ikat dengan teknik songket dengan berbagai variasi motif. Bahan yang digunakan pun saat ini selain benang katun juga benang sutera dengan hiasan benang makau atau benang katun berwarna. Produksi turunan kain songket pun semakin beragam, yaitu berupa: baju wanita, sprey, baju kursi, bantal permadani, selendang, serber, kain lap dapur, sapu tangan, bahan kemeja, tussor (bahan tenun diagonal), gambar dinding, taplak meja, permadani bergambar, dan taplak meja polos.
Bahkan, kini bukan hanya kain songket silungkang yang mereka produksi tetapi juga alat tenunnya, benang, konstruksi tenunan, sampai proses pewarnaannya. Silungkang bahkan menjadi daerah pemasok benang tenun yang telah dicelup atau diwarnai untuk kebutuhan pengrajin tenun di Sumatera Barat.
Untuk berbelanja kain silungkang Anda dapat mampir ke Jalan Lintas Sumatera ruas Sawahlunto-Solok. Di sana berjejer butik, toko dan juga pabrik kain tenun khas silungkang. Salah satunya adalah Toko Tenun dan Songket Silungkang di Dusun Lubuk Nan Gadang Silungkang III, Kecamatan Silungkang, Kota Sawahlunto.