Sekilas
Kehadiran Planetarium dan Observatorium adalah angin segar bagi pecinta astronomi di Jakarta. Anda akan mendapatkan tempat hiburan sekaligus edukasi yang menyajikan pertunjukkan simulasi perbintangan atau benda langit. Tentu akan sangat menarik mengingat hanya ada tiga wahana seperti ini di Indonesia, dua lainnya terletak di Kutai, Kalimantan Timur dan Surabaya, Jawa Timur.
Planetarium dan Observatorium Jakarta berlokasi di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Pendiriannya diprakarsai oleh Presiden Soekarno pada 1964 dan diserahkan ke Pemerintah Provinsi pada 1969. Planetarium dibangun untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak lagi percaya pada tahayul, khususnya yang berhubungan dengan benda-benda langit dan komet yang sering dikaitkan dengan malapetaka, bencana alam, datang dan perginya seorang pembesar, ataupun mitos-mitos lain yang sifatnya merugikan. Selain dana dari pemerintah, tempat ini juga didanai oleh Gabungan Koperasi Batik Indonesia.
Dalam pendirian Planetarium, Bung Karno disinyalir terinspirasi dari keadaan dunia internasional yang ketika itu baru saja meluncurkan satelit pertama, Sputnik. Bung Karno tentu tidak menginginkan bangsanya tertinggal dengan negara lain. Ini diketahui dari pidatonya saat pemancangan tiang pertama pada 9 September 1964.
“Kita sebagai bangsa yang baru lahir kembali, kita harus dengan cepat sekali, cepat mengejar kebelakangan kita ini, mengejar di segala lapangan. Lapangan politik kita kejar, lapangan ekonomi kita kejar, lapangan ilmu pengetahuan kita kejar, agar supaya kita benar-benar dalam waktu yang singkat bisa bernama Bangsa Indonesia yang besar, yang pantas menjadi mercusuar daripada umat manusia di dunia”.
Pertunjukkan pertama Planetarium diadakan pada 1 Maret 1969 menggunakan proyektor universal buatan perusahaan Carl Zeiss, Jerman. Sejarah mencatat bahwa Planetarium merupakan wahana pertunjukkan astronomi pertama di kawasan Asia Tenggara. Tanggal tersebut kemudian diperingati sebagai hari ulang tahun Planetarium.
Dari tahun ke tahun Planetarium mengalami renovasi sekaligus pemutakhiran peralatan, termasuk mengganti proyektor utama dengan yang lebih canggih dan dikontrol sepenuhnya oleh program komputer. Saat ini, Planetarium dikelola oleh Dinas Pendidikan Jakarta.
Kegiatan
Ada 9 judul film yang diputar secara bergantian di Planetarium, setiap pertunjukkan berlangsung selama kurang lebih 60 menit lengkap dengan narasi dan iringan suara musik. Kesembilan judul film tersebut adalah: Tata Surya, Penjelajah Kecil di Tatasurya, Pembentukkan Tata Surya, Planet Biru Bumi, Dari Ekuator Sampai ke Kutub, Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan, Galaksi Kita Bima Sakti, Riwayat Hidup Bintang, serta Bintang Ganda dan Bintang Variabel.
Untuk menyaksikan teater bintang ini, Anda ditempatkan di dalam ruangan yang didesain layaknya bioskop. Perbedaanya, layar tidak berada sejajar dengan mata Anda, melainkan terletak di atas langit-langit.
Saat pertunjukkan dimulai, lampu dalam keadaan mati sehingga mata pengunjung dimanjakan dengan kerlap-kerlip lampu yang dianalogikan sebagai bintang. Narator kemudian akan menjelaskan dasar-dasar ilmu astronomi seperti nama-nama rasi bintang, planet, asteroid dan fenomena-fenomena langit lainnya.
Terdapat 320 kursi di dalam ruangan ini, dengan harga tiket pertunjukkan sebesar Rp7 ribu untuk orang dewasa dan Rp3.500 untuk anak-anak. Untuk grup diberlakukan tiket Rp5 ribu per orang (siswa dan mahasiswa. Jika Anda berminat mengunjunginya, catatlah jadwal penayangan di teater bintang ini.
Rombongan
Hari: Selasa, Rabu, Kamis
Jam Tayang : 09.30, 11.00, 13.30 WiB
Hari: Jumat
Jam Tayang: 09.30, 13.30 WIB
Masyarakat Umum
Hari: Selasa-Jumat
Jam Tayang: 16.30 WIB
Hari: Sabtu, Minggu
Jam Tayang: 10.00, 11.30, 13.00, 14.30 WIB
Selain itu, Planetarium juga menyediakan sarana dan prasarana observasi benda-benda langit melalui peneropongan secara langsung untuk menyaksikan fenomena alam seperti Gerhana Bulan, Gerhana Matahari, komet dan lain-lain.
Situasi langit-langit Jakarta kurang memungkinkan untuk pengamatan karena tercemar oleh polusi cahaya. Akan tetapi, Planetarium memiliki tiga titik strategis untuk mengamati benda-benda luar angkasa tersebut. Pengamatan juga dimanfaatkan untuk menentukan hilal yang menjadi patokkan awal dan akhir bulan Ramadhan.
Dalam rangka meningkatkan antusiasme masyarakat pada bidang astronomi sebagai ilmu maupun hobi, didirikanlah Association of Jakarta Amateur Astronomers (HAAJ). Salah satu anggota senior mereka adalah Sunario, mantan Menteri Luar Negeri Indonesia, yang telah dua kali menyaksikan Komet Halley dalam rentang waktu 76 tahun.
Fasilitas lain yang dimiliki Planetarium adalah perpustakaan, ruang multimedia dan exhibition hall.
Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi pihak berikut.
Planetarium dan Observatorium Jakarta
Jalan Cikini Raya No.73,
Jakarta Pusat
Telp. (021) 3505146 atau (021) 2305147
Fax. (021) 2305147
Akomodasi
Penginapan di sekitar Taman Ismail Marzuki sangat beragam, Anda bisa menemukan hotel melati hingga hotel berbintang nan mewah. Hotel Hermitage adalah salah satu hotel butik bintang lima yang dibangun menempati gedung bersejarah, yakni Kantor Telekomunisasi Belanda yang didirikan sejak 1923 dan pernah beralih fungsi menjadi Universitas Bung Karno.
Info selengkapnya silahkan menghubungi:
The Hermitage Hotel Menteng
Jalan Cilacap, Menteng, Jakarta Pusat
Telepon: (021) 31926888
Website: www.jakarta.hermitage.co.id
Sementara itu pilihan penginapan lainnya adalah:
DoubleTree by Hilton Hotel
Jalan Pegangsaan Timur No.17, Cikini, Jakarta
Telepon: (021) 31904433
Website: doubletree3.hilton.com
Grand Whiz Hotel
Jalan Cikini Raya 6 Menteng, Jakarta Pusat
Telepon: (021) 3909555
Website: www.whizhotels.com/cikini/
Hotel Mega Cikini
Jalan Cikini Raya No.64, Menteng, Jakarta Pusat
Telepon: (021) 3140803
Website: www.mega-hotel.com
Ibis Budget Cikini
Jalan Cikini Raya No.75, Cikini, Jakarta Pusat
Telepon: (021) 31908188
Website: www.ibis.com
Kuliner
Salah satu titik untuk memanjakan lidah akan masakan tempo dulu adalah Cikini. Berikut ini beberapa kuliner legendaris di kawasan tersebut.
Roti Tan Ek Tjoan
Pabrik roti ini terletak sebelum Taman Ismail Marzuki, didirkan oleh Ek Tjoan pada 1921. Suasana tempo dulu di pabrik ini masih terasa, generasi penerus tetap mempertahankan keaslian bangunan tua bergaya Belanda. Pengunjung yang datang biasanya membeli roti sekaligus merasakan keaslian makanan yang sangat minim bahan pengawet ini.
Gado-Gado Bonbin
Awalnya terletak di Jalan Kebon Binatang sehingga sebutan Bonbin kini tetap menghiasi namanya. Rasa gado-gado sangat lezat, untuk menjaga kualitas, sang pemilik mendatangkan kacang kualitas nomor satu dari Tuban.
Pempek Megaria
Meskipun Anda bisa menemukan pempek di banyak tepat, Pempek Megaria akan menjadi pempek terlezat yang pernah Anda cicipi. Kedai ini terletak di dalam kompleks bioskop Metropole dan telah dipugar menjadi kafe yang modern.
Berbelanja
Pasar Cikini yang terletak tak jauh dari kawasan Taman Ismail Marzuki menawarkan pengalaman berbelanja ala tradisional. Pasar ini terkenal akan jual beli emas, produk-produk logam mulia dan aneka jenis parsel.
Transportasi
Menjangkau Planetarium bisa dengan Kereta Commuter Line dan turun di Stasiun Cikini. Dari situ ada banyak transportasi pilihan seperti ojek, bajaj, bus dan taksi. Jaraknya hanya sekira 1 km. Sementara jarak dari Bandara Soekarno Hatta ke Planetarium adalah 31 km, Anda bisa menaiki Bus Damri ke arah Gambir, kemudian dilanjutkan ke Planetarium dengan transportasi umum lainnya seperti taksi atau bajaj.