Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata menjelaskan bahwa proyeksi wisman tahun ini adalah 15 juta atau diharapkan naik 3 juta dari capaian tahun 2016 sebesar 12 juta.
Target spektakuler dengan kenaikan kumulatif 25% ini akan ditopang lewat stategi pemasaran dan promosi pariwisata yang terus digencarkan.
Untuk marketing strategy sendiri menggunakan pendekatan DOT (Destination, Origin, dan Timeline), strategi promosi dengan BAS (Branding, Advertising, dan Selling), strategi media dengan pendekatan POSE (Paid, Owned, Social Media, dan Endorser) terutama pada pasar utama di antaranya dengan berpartisipasi pada event pameran pariwisata internasional untuk mempromosikan Wonderful Indonesia.
Seperti sudah diketahu bahwa target kunjungan wisman telah ditentukan tahun ini sebesar 15 juta dengan asumsi perolehan devisa sebesar US$ 14,9 miliar tahun 2017. Ini akan meningkat menjadi 20 juta wisman dan menghasilkan devisa sebesar Rp 280 triliun pada 2019 mendatang.
Srategi pemasaran dengan pendekatan DOT itu akan difokuskan pada 10 Bali Baru yang 3A-nya sudah siap, Akses, Amenitas, Akses. Diantaranya adalah: Great Jakarta; Great Bali; Great Kepri; Joglosemar (Yogyakarta,Solo, dan Semarang); Bunaken – Wakatobi Raja Ampat, Medan, Lombok, Makassar, Bandung, dan Banyuwangi.
Sementara tang menjadi target pasar utamanya adalah; Tiongkok, Singapura, Malaysia, Australia, dan Jepang. Kelima negara ini merupakan kontributor wisman terbesar bagi Indonesia. Dalam enam bulan pertama; Januari sampai Juni tahun ini, Kemenpar mentargetkan 6,6 juta wisman dengan kontribusi terbesar dari 5 negara ini sebagai pasar utama. Pemerintah berhasil mencapai target kunjungan wisman Tiongkok pada semester I 2017 ini, data terakhir sebesar 996.968 melebihi target 960.000. Terjadi peningkatan signifikan sebesar 45.53% dari capaian 685.075 pada semester I 2016.
Data Kunjungan Wisman 2017 periode Januari s.d Juni 2017 sebesar 6.478.069 orang. Angka tersebut menunjukkan terjadi pertumbuhan 15.18% dibanding periode yang sama pada 2016. Dari data yang kami ambil dan kami olah bekerja sama dengan BPS dan Ditjen Imigrasi, 5.620.115 orang masuk melalui 19 pintu utama sedangkan 857,954 orang masuk melalui pintu lainnya.
Tahun 2017 ini Kemenpar akan lebih fokus pada kegiatan hard selling dimana dua tahun terakhir fokus membangun branding Wonderful Indonesia, pada tahun ini akan lebih fokus pada kegiatan hardselling dan kerjasama dengan airlines dan wholesalers.
Sebagai gambaran, untuk membidik pasar di kawasan Asia Pasifik (Tiongkok, Australia, Jepang, Korea, India dan pasar lainnya) Deputi BP3M lebih banyak melakukan kegiatan hardselling berupa pameran dan misi penjualan (sales mission). Pada Januari-Desember 2017 disiapkan 54 kegiatan hardselling berupa 30 kegiatan pameran dan misi 24 misi penjualan, sedangkan untuk promosi yakni dengan mengikuti festival sebanyak 30 kegiatan dan fam trip sebanyak 51 kegiatan.
Kegiatan promosi di pasar kawasan Asia Pasifik yang telah dilaksanakan sampai Juli 2017 antara lain; Incentive Travel Convention Meeting (IT&CM), China, Hanatour International Travel Show (HITS), International Travel Expo (ITE) Hong Kong, dan ADEX Australia (Australia Dive Expo). Pola serupa juga diterapkan untuk kegiatan di pasar Eropa, Timteng, Amerika, dan Afrika. I Gde Pitana juga menjelaskan, “Pada semester II 2017 ini kami akan mengikuti beberapa event penting yaitu PATA Travel Mart, JATA Tourism Expo (JTE), China International Travel Mart (CITM) dan MATTA Fair”.
Untuk menggarap pasar Eropa, Timteng, Amerika, dan Afrika, akan mengikuti sebanyak 9 kegiatan pameran (B to B dan B to C) yang masing-masing berlangsung pada Juli (1 pameran), Agustus (1 pameran); September (1 pameran); Oktober (2 pameran), dan November (4 pameran). Di antara kegiatan pameran internasional tersebut sebagai pameran terbesar adalah WTM London dan World Halal Tourism Summit.
Sementara itu, terkait program Crossborder, Indonesia memiliki 8 wilayah Cross Border dengan 30 Area yang memiliki total 214 event untuk mencapai target wisman cross border sebesar 3.146.000. Akhir 2016, Kemenpar bekerjasama dengan BPS untuk melakukan inovasi penghitungan wisman crossborder dengan menggungakan Metode MPD (Mobile Positioning Data).
Adapun metode MPD secara umum adalah penghitungan dilakukan otomatis oleh mesin (tidak ada campur tangan manusia), dilakukan secara continue 24 x 7 x 52, mencatat Wisman yang tidak melalui jalur pintu PLB, dan dapat menghitung lenght of stay Wisman. Wisman Crossborder pada periode Januari sampai Juni 2017 meningkat 2 kali lipat dibandingkan tahun lalu (dibantu dengan perbaikan metode perhitungan MPD) yaitu 857.954 dari 403.385 pada 2016.