Indonesia sejak dahulu merupakan negara yang masyarakatnya dikenal memiliki beragam jenis cara dan produk perawatan tubuh tradisional yang semuanya berasal dari rempah-rempah alami. Ragam jenis jamu serta ramuan tradisional itu banyak ditemukan di berbagai tempat di negeri ini dimana berbeda wilayah maka berbeda pula tumbuhan yang digunakannya. Namun demikian, rupanya pemanfaatan cara dan produk perawatan tubuh tradisional tersebut kini tergeser oleh produk perawatan tubuh dan spa dari luar.
Setidaknya ada sembilan spa tradisional Nusantara yang mewakili keragaman karakteristik budayanya dimana memiliki keunggulan khasiatnya masing-masing. Beberapa yang sudah mulai kembali dikenalkan diantaranya adalah: Batangeh dari Minang, Oukup dari Sumatera Utara, Tangas dari Betawi, Bakera spa dari Minahasa, Tellu Sullapa Eppa dari Bugis, Lulur Jawa dari Jawa, Bali Spa dari Bali, Batimung dari Banjar, Kalimantan Selatan, serta Soo so dari Madura.
Salah satu kearifan lokal terkait perawatan tubuh tradisional dapat ditemukan seperti yang dilakukan masyarakat Minangkabau. Wanita Minang kerap menjaga kecantikan dan kesehatan tubuh mereka dengan cara mandi sauna yang disebut batengeh spa atau bertangas yang artinya mandi uap. Fungsinya adalah untuk perawatan dan pengobatan. Jenisnya ada dua yaitu batangeh kering dan basah.
Alat dan bahan yang digunakan diantaranya adalah: periuk tanah, tikar pandan, kain sarung, bangku, tungku, bunga, daun, akar, biji, dan kulit kayu. Sementara itu, untuk bahan yang digunakan batangeh umumnya bagian tumbuhan yang mengandung minyak astiri, seperti sereh wangi, pandan, sirih, gambelu, usa harum, dan kenanga.
Wanita Minang seperti calon pengantin, ibu-ibu, wanita yang baru melahirkan, serta orang yang baru sembuh dari penyakit menahun biasanya memanfaatkan batengeh atau bertangas ini. Dengan perawatan tradisional tersebut tubuh mereka akan segar dan harum sepanjang hari. Wanita yang baru melahirkan memanfaatkan batangeh untuk menghilangkan bau anyir dan mengembalikan fungsi rahim. Orang yang baru sembuh dari penyakit menahun pun menerapkannya untuk menghilangkan bau badan yang masih tersisa selama sakit juga untuk mengembalikan kesegaran tubuh. Selain itu, rupanya batangeh juga dimanfaatkan untuk pengobatan berbagai penyakit seperti reumatik, penyakit kulit, sinusitis dan lainnya.
Berikut ini ragam batengeh atau bertangas yang dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat Minang di Sumatera Barat.
Payakumbuh
Di Payakumbuh, batengeh diracik dari daun jambak, karisiak daun pisang buah, sarai dan siriah. Ada juga yang memadukan sarai, pandan, urekusa, asam kesturi dan gambelu. Semua ramuan berfungsi untuk menghilangkan bau badan, merapatkan vagina dan pori-pori.
Solok
Berbeda lagi dengan di Solok, segenggam daun kunyit dan batang sereh digunakan untuk mengobati wasir. Ada pula batengeh yang menggunakan racikan cuka dan batu bata untuk pengobatan sesudah melahirkan. Caranya, bakar batu bata sampai merah, masukkan ke dalam panci kemudian siram dengan cuka. Pasien duduk di atasnya, lalu tutup dengan kain sarung hingga panasnya hilang. Pengobatan ini dilakukan 2-3 kali sehari.
Pagaruyung
Spa ala Pagaruyung diperuntukkan calon pengantin. Ramuan yang dipadukan berasal dari serai wangi, akar wangi, daun nilam, cengkeh, pandan, adas manis, daun jeruk purut, kulit jeruk purut dan air perasan jeruk purut.
Batusangkar
Sementara itu di Batusangkar, ramuan dari kunyik bolai, jariangau, sipadeh, kunik, daun galundi dan siringan-ringan digunakan untuk menangani stroke. Air ramuan dimanfaatkan sebagai air mandi selama 10 hari.
Padang
Kali ini batengeh bermanfaat untuk menyembuhkan rematik, bahan yang diperlukan antara lain jariangau, daun jua, daun ringan-ringan dan daun sebelah ujuang pisang lidi. Ada juga ramuan yang berfungsi menghilangkan stres, racikannya terdiri dari jariangau, siriah dan capo. Proses batengeh dilengkapi dengan zikir.