Masjid Sultan Riau: Masjid Pertama di Indonesia yang Memakai Kubah

DCIM100GOPRO

 

Sekilas

Masjid ini berlokasi di Pulau Penyengat, Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau (KEPRI). Pulau Penyengat sendiri merupakan pulau kecil seluas 3,5 kilometer persegi namun menyimpan begitu banyak warisan sejarah kebesaran Kerajaan Riau-Lingga di masa lalu dengan corak keislamannya.

Lebih dikenal dengan sebutan Masjid Pulau Penyengat, keberadaan masjid ini menjadi ikon sejarah penting di Kepulauan Riau. Mengapa demikian? Itu karena masjid ini merupakan satu-satunya peninggalan Kerajaan Riau-Lingga yang masih ada.

Masjid yang masih terawat baik ini memiliki warna kuning menyala berpadu warna hijau. Ukurannya sekira 54 x 32 meter dengan bangunan induknya 29,3 x 19,5 meter. Di sekitar masjid terdapat pemakaman muslim. Masjid Sultan Riau begitu megah dengan tiga belas kubah dan empat menara runcing setinggi 18,9 meter.

Susunan kubahnya bervariasi dan dikelompokkan menjadi tiga dan empat kubah. Total kubah dan menaranya ada 17, sebuah angka yang mencerminkan jumlah rakaat shalat. Masjid Sultan Riau merupakan masjid pertama di Indonesia yang memakai kubah. Sampai saat ini belum diketahui dari mana arsitektur masjid ini berasal.

Masjid yang dahulu hanya bangunan sederhana ini, kini disulap menjadi bangunan tidak hanya menawan dan megah tetapi juga unik. Awalnya masjid ini berupa bangunan kayu berlantai dua dengan lantai batu bata dan menara setinggi 6 meter untuk mengumandangkan panggilan shalat. Raja Abdurrahman, Yang Dipertuan Muda Riau VII, (1831-1844) kemudian memerintahkan renovasi pada 1 Syawal 1248 Hijriah (1832 M). Perbaikan masjid ini saat itu sebagai bentuk syukur kepada Yang Maha Kuasa atas kemakmuran penduduk Pulau Penyengat.

Perbaikan masjid melibatkan tukang bangunan orang-orang India yang didatangkan dari Singapura. Selain itu raja juga memerintahkan berbagai lapisan masyarakat di seluruh wilayah  Riau Lingga bertindak sebagai tenaga pekerja. Saat itu, orang-orang dari penjuru Riau Lingga berdatangan membawa perlengkapan masing-masing mulai dari makanan, peralatan dan material bangunan.

Ada cerita ketika pasokan makanan seperti beras, sayuran dan telur, jumlahnya berlimpah maka rupanya telah menjadikan pekerja merasa bosan dengan makanan yang sama setiap hari. Akhirnya mereka hanya makan kuning telur saja dan menggunakan putih telur sebagai bahan perekat bangunan yang dicampurkan dengan adonan pasir dan kapur.

Kini setelah direnovasi terlihat megah dengan arsitektur unik dan warna kuningnya yang mencolok jika dilihat dari kejauhan. Luas kompleks masjid sekira 54,4 x 32,2 meter dengan bangunan induk berukuran 29,3 x 19,5 meter. Masjid ini ditopang empat tiang dengan ketebalan dinding mencapai 50 cm serta masih berlantaikan batu bata.

Kegiatan

Masjid ini senantiasa menarik perhatian pengunjung dari berbagai daerah terutama saat Ramadhan. Pengunjungnya bahkan ada yang datang dari Singapura dan Malaysia. Ketika Anda berkeliling kompleks masjid ini mengagumi setiap lekuk dan detailnya maka pasti Anda akan berdecak kagum. Masjid ini memiliki tujuh pintu dan enam jendela dan dilengkapi tempat wudhu. Ada pula rumah soto di sisi kiri dan kanan masjid untuk berkumpul atau tempat berbuka puasa ketika bulan Ramadhan.

Masih mempertahankan fungsi aslinya, masjid ini memiliki mimbar kayu jati dari Jepara. Mimbar elok khas Jepara dari Demak buatan tahun 1832. Di dekat mimbar terdapat sepiring pasir dari tanah suci Mekkah. Ada juga permadani dari Turki dan lampu kristal. Selain itu yang khas ada lampu kristal di salah satu bagian kubah masjid yang merupakan hadiah dari Kerajaan Prusia (Jerman) tahun 1860-an.

Di dalam masjid tersimpan kitab suci kuno yang berjumlah 300 buah tersimpan rapih di dua lemari yang berada di sayap kanan depan masjid. Kitab-kitab kuno koleksi perpustakaan Raja Muhammad Yusuf al Ahmadi. Ada dua mushaf Al Quran tulisan tangan yang diletakkan dalam peti kaca di depan pintu masuk. Mushaf ini ditulis oleh Abdurrahman Stambul. Putera Riau asli Pulau Penyengat yang dikirim oleh Sultan untuk belajar ke Turki pada tahun 1867.

Untuk memasuki masjid ini Anda tidak perlu membeli tiket tentunya tetapi jika Anda bermurah hati maka di pintu utama masjid terdapat kotak amal sumbangan. Sebelum Anda tiba di masjid ini, keindahan masjid begitu terlihat mencolok dengan warna kuningnya dari kejauhan.

Berkeliling

Jika Anda ingin berkeliling di sekitar Pulau Penyengat maka bisa menyewa becak motor (bemo) dengan biaya Rp20.000,-. Perlu diketahui di pulau ini tidak ada mobil.

Akomodasi

Di Pulau Penyengat terdapat penginapan yang dikelola penduduk setempat. Jika Anda memutuskan untuk menginap di Tanjung Pinang maka berikut beberapa daftar hotel yang bisa menjadi referensi Anda untuk bermalam.

Aston Tanjung Pinang Hotel & Conference Center  

Jl. Adisucipto Km 11, 29125 Tanjung Pinang

 

Pelangi Hotel & Resort  

Jl. D.I. Panjaitan Km. 6, 29123 Tanjung Pinang

 

Hotel Sampurna Jaya  

Jalan Yusuf Kahar No 15, 29111 Tanjung Pinang

 

Halim Hotel

Jalan DI Panjaitan KM 6, 29111 Tanjung Pinang

Sentral Hotel’98

Jalan DI Panjaitan KMG no 10 A, Tanjung Pinang

Comfort Hotel And Resort Tanjung Pinang

Jalan Adi Sucipto No 10, Tanjung Pinang

 

Kuliner

Untuk urusan kuliner, Anda tidak perlu khawatir karena di Pulau Penyengat terdapat banyak rumah makan yang menjual makanan khas Melayu. Walaupun rumah makan sederhana namun makanan yang dijajakan memiliki citarasa luar biasa dan bersih.

 

Berbelanja

Di Pulau Penyengat tidak tersedia toko sovenir tapi jika Anda ingin membeli oleh-oleh dan sovenir bisa pergi ke Jantung Pinang. Sovenir khas Tangjung Pinang antara lain kreasi bunga yang terbuat dari kerang, kerupuk, tas dan dompet yang terbuat dari anyaman tanaman eceng gondok  dan cendramata lainnya.

 

Transpotasi

Jalur masuk ke Kepulauan Riau adalah melalui Bandara Internasional Hang Nadim. Anda juga bisa masuk melalui Pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjung Pinang. Di sini, ada banyak kapal motor dapat membawa Anda ke Malaysia dan Singapura dan sebaliknya.

Perjalanan dengan kapal motor dari Tanjung Pinang ke pelabuhan Pulau Penyengat memakan waktu sekira 20 menit. Anda hanya perlu mengeluarkan biaya Rp10.000,- per orang. Anda juga dapat menyewa perahu seharga Rp80.000,- per orang.

Tips

Selain menjadi lokasi wisata, keramahan orang-orang di pulau ini akan membuat perjalanan Anda berkesan. Masyarakat setempat memiliki banyak cerita tentang Pulau Penyengat. Jika Anda mau, Anda bisa melanjutkan perjalanan Anda ke situs sejarah lain di pulau seperti makam Raja Ali Haji, benteng, istana pemerintah, dan lainnya.

Di masjid ini beberapa hari sebelum datang bulan Ramadhan setiap tahun dilakukan Kenduri Jamak yang diikuti masyarakat sekitar. Selain itu, pada saat Maulid Nabi Muhammad Saww, juga diadakan berkeliling kampung sebelum membacakan Kitab Al-Barzanji di Masjid. Selain itu, saat peringatan Isra Mi`raj ada pembacaan hikayat Isra Mi’raj.