Sebanyak 16 pemimpin daerah destinasi wisata unggulan di Tanah Air menyatakan komitmennya untuk bersama-sama mengembangkan wisata halal terutama setelah Indonesia ditetapkan sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyampaikan ucapan selamat kepada Indonesia yang meraih peringkat terbaik dalam Global Muslim Travel Index 2019 mengalahkan 130 destinasi wisata dunia lainnya. Ungkapan Menpar ini sekaligus menjadi kata pembuka dalam acara Wonderful Indonesia Halal Tourism Meeting and Conference 2019 yang berlangsung di Bidakara Hotel Jakarta, Selasa siang (9/4/2019).
Kabar baik ini dapat menjadi dorongan bagi para pelaku industri pariwisata termasuk wisata halal untuk terus bergerak mencapai target sebagai sektor penghasil devisa terbesar di Tanah Air. “Pariwisata kini berada pada posisi kedua penghasil devisa terbesar bagi Indonesia setelah industri sawit, jadi potensi kita sangat besar” jelas Menpar.
Potensi wisata halal juga dinyatakan oleh Global Muslim Travel Index (GMTI) yang memproyeksikan dalam lima tahun ke depan atau pada 2023 muslim traveller spending dunia mencapai US$ 274 miliar atau tumbuh di atas 7,6%, dari US$ 177 miliar pada 2017.
Di sisi lain, Menpar menyampaikan pentingnya untuk membuat regulasi yang suportif dalam upaya memajukan wisata halal. “Kita juga membutuhkan regulasi terkait halal tourism dan ini akan dibuat atas kerjasama Kemenpar dengan Majelis Ulama Indonesia,” jelas Menpar. Ia juga berharap ke depan ajang Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) dapat digelar dengan penilaian yang lebih komprehensif, serta dapat mendorong kerja sama lebih lanjut antara pemerintah pusat dengan instansi-instansi daerah terkait.
Lebih lanjut, Ketua Tim Percepatan Pariwisata Halal, Anang Sutono, menjelaskan penerapan standar IMTI kepada destinasi wisata halal di Indonesia bertujuan sebagai pemantik semangat daerah-daerah di Indonesia untuk terus konsisten mengembangkan wisata halal. “Karena wisata halal adalah sebuah keniscayaan, dan Indonesia punya potensi besar di bidang ini,” tutur Anang.
Pada pertemuan ini, sebanyak 16 pemimpin daerah yang termasuk dalam destinasi wisata unggulan dan Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar, Ni Wayan Giri Adnyani menandatangani Momorendum of Understanding (MoU). Langkah ini diambil sebagai bukti dari komitmen para pemimpin daerah tersebut untuk mengembangkan wisata halal di daerah mereka masing-masing.
Konsep wisata halal yang saat ini sedang dikampanyekan oleh Kementerian Pariwisata juga mendapat sambutan hangat dari para kepala daerah di Indonesia. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan nilai yang dicapai oleh sejumlah daerah pada ajang IMTI 2019.
Sebagai apresiasi bagi daerah-daerah yang telah berupaya mengembangkan wisata halal, Kementerian Pariwisata memberikan penghargaan Indonesia IMTI 2019 kepada lima destinasi pariwisata halal terbaik. Destinasi yang meraih peringkat terbaik tersebut adalah Lombok dengan skor tertinggi 70 poin, diikuti Aceh 66 poin, Riau dan Kepulauan Riau 63 poin, DKI Jakarta 59 poin, dan Sumatera Barat 59 poin.
Sementara sebelas destinasi unggulan lainnya yakni Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Malang Raya (Kota Malang, Kota Batu, Kabupaten Malang), Sulawesi Selatan, Kota Tanjung Pinang, Kota Pekanbaru, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Cianjur.
Pada kesempatan itu digelar Wonderful Indonesia Halal Tourism Meeting and Conference 2019 yang terdiri atas 2 sesi. Sesi pertama, menampilkan 2 keynote speaker yaitu Fazal Bahardeen, CEO CrescentRating dan HalalTrip dengan topik ‘Global Muslim Travel Current Issues, Trends, and Global Standard’; serta Dr. Ibrahim Alsini, Vice President for Hajj & Umrah Solutions at the Saudi Airlines Catering Company dan Board of Director Dhyafat Albalad Alameen dengan topik ‘Winning International Muslim Travellers Market Share’.
Sesi kedua, dalam bentuk talkshow dengan mengangkat tema ‘Halal Tourism Development and Sustainability Strategy for the Future in Indonesia’. Dalam sesi talkshow menampilkan 4 pembicara yaitu Ledia Hanifa Amaliah (DPR RI); Yono Haryono (Bank Indonesia, Departemen Ekonomi Keuangan Syariah); M. Isnaini Iskandar (KADIN, Desk Timur Tengah); dan Riyanto Sofyan (Sofyan Corporation Chairman).