Taman Nasional Bantimurung Bulusaurung: The Kingdom of Butterfly

DCIM103MEDIA

Nama Bantimurung mulai mneyeruak setelah naturalis berkebangsaan Inggris, Alfred Russel Wallace, menjelajah flora dan fauna di sini pada 1857. Ia berhasil mengumpulkan cukup banyak koleksi spesies flora dan fauna di Maros dan hasil penelitiannya diterbitkan ke dalam jurnal perjalanan berjudul “The Malay Archipelago“. Sejak itu pula keanekaragaman hayati di Nusantara, terutama Sulawesi, menarik perhatian naturalis dari seluruh Eropa dan bahkan dunia. 

Pesona kekayaan kupu-kupu di Bantimurung membuat Wallace menyebut kawasan ini sebagai “The Kingdom of Butterfly“. Dalam bukunya Wallace menggambarkan betapa menakjubkan fenomena kupu-kupu di tempat tersebut, terutama di sekitar sisi kolam air terjun Bantimurung. Kupu-kupu ini berterbangan membentuk awan dengan aneka warna.

Begitu besar dampak hasil penelitian Wallace sehingga saat masih di bawah pemerintahan Belanda, kawasan Bantimurung dijadikan konservasi. Kemudian setelah Indonesia merdeka, Pemerintah Indonesia menunjuk kawasan ini sebagai Taman Wisata Alam Bantimurung di bawah Kementerian Pertanian pada 1981 yang pada akhirnya diubah menjadi Taman Nasional Bantimurung Bulusaurung di bawah Kementerian Kehutanan. 

Penangkaran dikembangkan dari tahun ke tahun. Pada 2010, penangkaran mulai ditujukan untuk program pengawetan jenis kupu-kupu tertentu, wahana rekreasi dan pendidikan. Pembangunan penangkaran ini dilengkapi dengan shelter, toilet, pagar dan gerbang masuk. Seiring pengembangan penangkaran kupu-kupu, konservasi pun dilakukan melalui kegiatan identifikasi jenis kupu-kupu serta penertiban keamanannya mengingat masih banyak orang-orang yang memanfaatkan kupu-kupu sebagai cenderamata.

Kawasan ini tidak hanya dikenal memiliki 250 spesies kupu-kupunya namun juga fenomena karst yang unik dan disebut-sebut sebagai kawasan karst terbesar di dunia setelah yang ada di Tiongkok. Di sana terdapat lebih dari 80 gua alam dan gua prasejarah yang tersebar di sepanjang Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Pada kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, terdapat dua lokasi ekosistem karst yang saling terpisah, yaitu di wilayah Maros-Pangkep pada bagian barat, dan di ujung Utara yakni di wilayah Mallawa. Para ahli geologi membedakan kedua kelompok karst ini, yakni yang pertama dikenal dengan kelompok Pangkajene dan yang kedua disebut kelompok pegunungan bagian Timur. Kedua lokasi ini merupakan wilayah penyebaran vegetasi bukit karst (vegetasi bukit kapur) dan lainnya merupakan areal penyebaran vegetasi hutan dataran rendah.

Geomorfologi karst Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung berbentuk karst menara yang merupakan satu-satunya di Indonesia dan berbeda dengan tempat-tempat lain karena pada umumnya karst berbentuk kerucut atau peralihan antara karst menara dan kerucut. Seperti pada umumnya kawasan karst, ekosistem karst Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung memiliki sangat banyak gua dengan ornamen stalagtit dan stalagmit serta ornamen endokarst lainnya.

Tidak berhenti sampai di situ, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung memiliki setidaknya 683 jenis tumbuhan yang terdiri dari 14 family kelas monocotyledonaedan 86 family kelas dicotyledonae. Selain itu terdapat 90 jenis Anggrek alam, dan 5 jenis yang dilindungi, yaitu Ebony (Diospyros celebica), Palem (Livistona chinensis, Livistona sp.), Anggrek (Ascocentrum miniatumdan Phalaenopsis amboinensis).

Kegiatan

Kawasan Karst Maros-Pangkep memiliki luas 40.000 Ha dan ini menjadi surga bagi petualang serta mereka yang mencintai panjat tebing. Deretan tebing-tebing karst, koridor karst, gua horizontal dan vertikal tengah menunggu untuk ditaklukkan.

Satukan jadwal perjalanan dengan menjelajahi pegunungan karst Rammang-Rammang yang merupakan habitat bagi tarsius, juga mengunjungi air terjun setinggi 15 meter yang difavoritkan oleh para wisatawan. Anda dapat mandi merasakan segarnya air yang turun dari bukit-bukit. Warna air sangat jernih bak kristal sepanjang tahun,  menciptakan lansekap yang cantik walaupun hanya sekadar menikmatinya dari kejauhan. Suara percikan airnya pun menenangkan. Apabila tidak puas, taman nasional ini menawarkan Anda kegiatan fun tubing selama berjam-jam.

Luangkan waktu untuk mempelajari perkembangan konservasi kupu-kupu di Museum Kupu-kupu yang berada tepat di sebelah kanan pintu masuk. Di sini Anda akan mengetahui spesies kupu-kupu yang sudah langka dan bahkan hampir punah. Apabila waktu seharian tidak cukup untuk mengeksplor tempat ini, Anda bisa membawa tenda dan membangunnya di camping ground yang sudah disediakan.

Harga tiket masuk di Taman Nasional Bantimurung adalah Rp15 ribu untuk wisatawan nusantara dan Rp20 ribu untuk wisatawan mancanegara. Museum kupu-kupu memiliki tarif tersendiri yakni Rp20 ribu. Jika berminat menjelajahi gua-gua, Anda harus membawa pemandu yang telah disediakan oleh taman nasional dengan tarif Rp50 ribu/pemandu.

Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung

Jl. Poros Maros – Bone Km 12. PO BOX 4747, Makassar

Telp./Fax. +62-4113880139

Website : http://tn-babul.org/

E-mail :tnbabul@tnbabul.org

Transportasi

Angkutan umum lokal yang disebut pete-peteakan membawa Anda ke sekitar wilayah di Makassar, termasuk Maros. Dari Terminal Daya, carilah pete-pete tujuan Pangkajene dan turun di Pasar Maros, kemudian dilanjutkan dengan pete-pete ke arah Bantimurung. Waktu yang diperlukan dari Makassar ke Bantimurung sekira 1 jam. Alternatif lain Anda bisa menggunakan taksi atau menyewa mobil.

Akomodasi

Di Maros terdapat guest houseyang dikelola Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP), tepatnya beralamat di Jl. Makmur Dg. Sitakka No.129, Maros. 

Bantimurung tidak mau kalah menyiapkan villa dengan pemandangan yang menarik berupa aliran langsung dari air terjun. Penginapan ini juga memiliki fasilitas kolam renang. Alternatif lain seperti yang kerap dipilih wisatawan adalah menginap di Kota Makassar dengan pilihan hotel yang sangat beragam.

Kuliner

Usai menjelajahi Taman Nasional Bantimurung Bulusaurung, Anda tidak harus tergesa-gesa pulang ke Makassar untuk mencari makanan enak. Tepat di sepanjang Jalan Topas dimana alun-alun Kota Maros berada, terdapat pusat kuliner yang resmi dibuka pada 2010 silam. Tempat ini buka sejak pukul 17.00 hingga tengah malam. Nikmati beragam makanan tradisional mulai dari nasi ayam, sate, soto, bakso, hingga kuliner-kuliner khas Makassar.