Bapak Bahasa Melayu Indonesia. Begitulah sapaan untuk Raja Ali Haji, pria kelahiran 1808 itu telah berkontribusi besar melahirkan pedoman tata bahasa Melayu standar. Dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928, bahasa Melayu itulah yang ditetapkan sebagai bahasa nasional, yaitu Bahasa Indonesia.
Pada masanya, nama Raja Ali Haji tidak hanya tersohor di Selat Malaka namun juga di sebagian besar wilayah Indonesia. Bagi masyarakat lokal Malaysia, khususnya di wilayah Malaka, ia adalah tokoh yang sangat dihormati.
Raja Ali Haji lahir tahun 1808 di Lingga, Pulau Penyengat, Riau. Ia banyak menghasilkan hasil karya sastra dimana ciri khasnya mengakar pada tradisi kesusastraan Islam serta Melayu. Ia juga dikenal kesungguhannya menyajikan sejarah masa lalu disesuaikan dengan tuntutan kondisi di zamannya.
Karyanya yang paling dikenal adalah “Gurindam Dua Belas” pada 1847 yang menjadi karya tak ternilai kesusastraan Nusantara. Buku karya RAH berjudul “Kitab Pengetahuan Bahasa“ ditetapkan dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 sebagai bahasa nasional Indonesia. Atas dasar kontribusi yang sangat penting itulah gelar pahlawan Nasional diberikan kepada RAH Pada tanggal 10 November 2004 oleh Pemerintah RI saat peringatan Hari Pahlawan 10 November di Istana Negara, Jakarta.
Raja Ali Haji meninggal pada 1837 dan dimakamkan di Pulau Penyengat Indera Sakti, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini berjarak sekira 6 km di seberang Kota Tanjung Pinang, ibukota Provinsi Kabupaten Riau.
Makam sederhana tersebut berlokasi di bukit kecil. Ketika menjumpainya, Anda akan menemukan beberapa bangunan yang mirip beserta sebuah masjid kecil berwarna kuning dan hijau dilengkapi kaca di sekelilingnya. Makamnya sendiri dibangun sederhana di bawah pepohonan rindang di antaranya ada buah masjid mini bermihrab.
Makam RAH berada di komplek pemakaman Engku Putri Raja Hamidah. Persisnya, terletak di luar bangunan utama Makam Engku Putri. Karya sastra Gurindam Dua Belas diabadikan di sepanjang dinding bangunan makamnya agar pengunjung yang datang dapat membaca serta mencatat karya maha agung tersebut.
Bangunan utama di komplek pemakaman tersebut diselimuti cat warna kuning mendominasi bergariskan warna hijau selaras. Di dalamnya terdapat makam para raja seperti Raja Kesultanan Riau Lingga, Raja Ahamad Syah, Raja Abdullah, dan makam kekerabatan kerajaan. Usai mengunjungi makam RAH, Anda bisa melanjutnya perjalanan ke situs-situs bersejarah lainnya, yaitu: seperti Masjid Sultan Riau, Balai Adat Melayu Indera Perkasa, Benteng Bukit Kursi, Istana Kantor, Makam Habib Syeikh Bin Habib Alwi Aassegaf, Makam Raja Abdur Rahman, Makam Raja Ahji Fisabilillah, Makam Raja Ali Haji, Makam Raja Hamidah, Makam Raja Jafar dan Raja Ali, Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat, atau berkeliling di sekitar Pelabuhan Pulau Penyengat.
Jarak Pulau Penyengat dari Tanjung Pinang tidak begitu jauh dan dapat diakses menggunakan klotok dengan biaya Rp10.000,- per orang. Anda bisa juga menyewa klotok untuk beberapa orang dengan kisaran biaya Rp80.000,-. Untuk berkeliling Pulau Penyegat, Anda bisa menyewa becak motor nyaman dengan tarif Rp30 ribu.