Desa Kete Kesu: Potret Lengkap Kehidupan Tana Toraja yang Wajib Disambangi

Berkunjung ke Tana Torajayang dijuluki “The Land of Heavenly Kings”, tidaklah lengkap rasanya apabila belum menginjakkan kaki di DesaKete Kesu. Untuk menuju tempat ini Anda hanya perlu melanjutkan perjalanan sekira 5 kilometer dari pusat Kota Rantepao atau 14 kilometer dari sebelah utara Kota Makale. Kawasan Kete Kesu tepatnya berada di Kampung Bonoran, Kelurahan Tikunna Malenong, Kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara, Sulawesi Selatan.

Kete Kesu adalah tempat yang tepat bagi Anda untuk menyaksikan potret lengkap kehidupan masyarakat Tana Toraja yang masih menjunjung tinggi adat dan istiadat warisan leluhur mereka. Wisata alam, budaya, dan sejarah adalah beberapa suguhan yang dapat Anda temukan di tempat ini. Kete Kesu juga terkenal dengan seni ukiran bambu, seni pahat, dan kerajinan tradisionalnya. Selain itu, daya tarik lain dari Kete Kesu adalah terdapatnya Tongkonan asli dan hanya ada di sini; Tongkonan ini memiliki pintu yang dibuka ke atas. 

Disebut-sebut bahwa Kete Kesu adalah potret kebudayaan megalitik yang paling lengkap di Tana Toraja. Keindahan alamnya dikepung pegunungan, hamparan sawah yang luas terbentang, serta barisan rumah adat yang usianya mencapai lebih dari 300 tahun. Setiap rumah adat di sini berhadap-hadapan dengan lumbung padi yang berukuran lebih kecil. Ada juga makam-makam tua yang menyimpan pesona mistis tersendiri, menilik berbagai kerajinan pahatan yang unik dan rumit tapi indah. Nikmati juga serangkaian ritual dan upacara adat yang masih dipertahankan sebagai pesona wisata di Kete Kesu. 

Kete Kesu telah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya dan merupakan pusat dari berbagai perayaan atau upacara adat Toraja. Beberapa upacara tersebut diantaranya adalah pemakaman secara adat yang dirayakan secara besar-besaran dan meriah (Rambu Solo), upacara memasuki rumah adat baru (Rambu Tuka), serta berbagai ritual atau atraksi yang menyertai kedua upacara tersebut. 

Untuk memasuki kawasan cagar budaya Kete Kesu, Anda hanya perlu membayar biaya sebesar Rp5000,- (wisatawan lokal) dan Rp10.000,- (wisatawan asing). Harga yang sangat murah untuk sebuah perjalan wisata lintas budaya dan masa. 

Kegiatan

Bagi Anda yang ingin merasakan pengalaman wisata budaya secara lengkap, bulan Juni hingga Desember adalah saat yang tepat mengunjungi Kete Kesu. Pada bulan-bulan tersebut, biasanya diadakan upacara Rambu Solo, yaitu upacara pemakaman adat yang meriah dan merupakan salah satu upacara paling penting bagi masyarakat Toraja.  

Puluhan hingga ratusan kerbau disembelih pada upacara Rambu Solo. Masyarakat Toraja percaya bahwa roh binatang dapat menjadi kendaraan bagi jenazah untuk mencapai nirwana. Kerbau juga menjadi simbol status (kekayaan dan kekuatan) bagi masyarakat Toraja. Jumlah kerbau yang harus dipenuhi dalam upacara Rambu Solo berkisar 24 hingga 100 ekor bagi keluarga bangsawan. Sedangkan bagi golongan menengah, cukup 8 kerbau ditambah 50 ekor babi. Sebelum jumlah itu mencukupi maka biasanya jenazah disimpan di rumah adat dan tidak boleh dikuburkan di bukit atau di tempat tinggi. 

Pelaksanaan upacara Rambu Solo sejak meninggalnya kerabat dapat tertunda atau ditunda selama berbulan-bulan bahkan hingga bertahun-tahun demi memenuhi aturan dan persiapan upacara yang mahal tersebut. Selama belum diadakan upacara Rambu Solo maka jenazah dianggap belum mencapai tempat yang seharusnya di kehidupan lain (nirwana).

Waktu perayaan dapat memakan waktu hingga 3 sampai 7 hari. Upacara tersebut memang terlalu mahal untuk memakamkan jenazah tetapi mungkin inilah bentuk usaha terakhir masyarakat Toraja untuk menghormati dan mengantar kerabatnya yang meninggal. 

Apabila Anda kurang beruntung dan tidak dapat menyaksikan upacara tersebut, Kete Kesu tetaplah kompleks cagar budaya yang menarik untuk dikunjungi dan terbilang lengkap menawarkan beragam wisata meliputi alam, budaya, dan sejarah. 

Begitu menjejakkan kaki di Kete Kesu, deretan rumah adat (Tongkonan) tampak berbaris rapi berhadap-hadapan dengan lumbung beras (alang).Alangini mirip dengan Tongkonan, hanya saja ukurannya sedikit lebih kecil. Bentuk Tongkonan sangat khas mengingat bangunan ini memiliki atap yang besar dan tinggi menjulang, berbentuk seperti tanduk kerbau atau perahu. Atap-atapnya terbuat dari bambu belah yang disusun bertumpuk mengadopsi konsep lego. Akan tetapi, beberapa Tongkonan juga beratapkan seng. Ukiran indah khas Toraja menghiasi dinding Tongkonan berpadu bersama tumpukan tanduk kerbau yang menjadi penanda status pemilik rumah. 

Hamparan sawah dan langit biru menjadi latar yang sempurna bagi Tongkonan dimana konon ada yang sudah berusia ratusan tahun. Beberapa Tongkonan yang berusia tua bahkan sudah ditutupi lumut dan tanaman liar. Tumbuhan atau lumut tersebut tidak dihilangkan karena dianggap dapat membantu meredam rembesan air hujan sehingga bisa mencegah kebocoran. 

Salah satu Tongkonan di tempa ini sudah dialihfungsikan menjadi museum. Di dalamnya Anda dapat melihat-lihat benda adat kuno berusia puluhan hingga ratusan tahun. Benda-benda tersebut berupa senjata tajam berupa keris atau parang, keramik Cina, patung, benda-benda ukiran, kain dari Cina, bahkan ada bendera Merah Putih yang konon pertama kali dikibarkan di Toraja. Di museum ini juga diadakanworkshopmembuat kerajinan dari bambu yang dapat Anda ikuti.

Sembari menyaksikan kemegahan Tongkonan, jangan lupa untuk mampir ke penjual suvenir di sekitarannya. Di tempat ini Anda bahkan dapat langsung menyaksikan proses kreatif pengrajin ukiran yang polanya bersifat abstrak atau geometris. Kabarnya ornamen ukiran Toraja dipelajari dalam ethnomatematika untuk mengulik struktur matematika ukiran tersebut. Padahal para pengrajin membuat ukiran tanpa perhitungan matematis.

Tak jauh di belakang Tongkonan, terdapat area pemakaman di gua-gua yang sangat terkenal. Tulang-tulang dan tengkorak yang berserakan akan dengan mudah Anda temukan pada gua-gua yang dipahat di dinding batu kapur (karst). Gua-gua tersebut dipahat khusus oleh ahli pembuat gua; menghabiskan biaya belasan juta dan waktu berbulan-bulan. Bersiap-siaplah menikmati situs bersejarah dan pengalaman wisata dengan nuansa mistis atau spookysaat Anda melintasi kompleks pemakaman kuno yang usianya diperkirakan mencapai 700 tahun. 

Beberapa gua makam tampak ditutup dengan jeruji besi; hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencurian  patung jenazah (tau-tau) yang dikubur di sana. Jenazah akan terlihat jelas dari luar bersama harta yang turut dikuburkan bersamanya. Di areal ini, dapat pula Anda temukan peti mati (erong) dalam berbagai bentuk seperti perahu, kerbau, dan babi yang digantungkan di dinding-dinding bukit. Peti-peti tersebut dipahat atau diukir dengan sangat teliti dan indah.

Akomodasi

Untuk memenuhi kebutuhan akomodasi Anda dan fasilitas penunjang lainnya maka sebaiknya Anda memilih Rantepao yang sudah terkenal sebagai sentra pariwisata Toraja. Jangan khawatir, perjalanan dari dan ke Rantepao-Kete Kesu dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 30 menit menggunakan angkutan umum atau ojek. Jaraknya sendiri sekira 4 kilometer dari Selatan Rantepao. Hotel dan akomodasi di Tana Toraja memang terpusat di Rantepao, Toraja Utara. Sementara akomodasi yang lain dapat ditemui di Kota Makale dan Ge’tengan, Toraja Selatan. 

Berikut adalah daftar hotel yang bisa Anda pilih saat berkunjung ke Toraja.

Toraja Heritage Hotel

Jl. Kete Kesu, P.O.Box 80 Rantepao, Toraja Utara
Telp: +62 423 21192
Fax : +62 423 21666
E-mail: info@torajaheritage.com
Website: www.torajaheritage.com

Luta Resort Rantepao

Jl. Dr Ratulangi No 26 Rantepao, Toraja Utara

Telp: +62 423 21060

Fax: +62 423 21060

E-mail: post@lutaresorttoraja.com

Website: www.torajalutaresort.com

Toraja Misiliana Hotel
www.torajamisiliana.com

Marante Hotel
www.marantetoraja.com

Toraja Prince Hotel
www.torajaprince.com

Kuliner

Pastikan Anda membekali diri dengan makanan dan minuman yang cukup saat mengunjungi Kete Kesu sebab tidak ada restoran di sana. Restoran atau rumah makan berikut toko-toko kecil dapat Anda temukan dengan mudah di Rantepao.

Bagi Anda yang beragama Islam, terdapat beberapa restauran yang menjamin bahwa sajiannya halal. Temukan di Jalan Ahmad Yani, yaitu jalan utama di Rantepao.

Berbelanja

Kete Kesu terkenal sebagai daerah penghasil kerajinan pahat, ukir, dan lukis. Kemampuan memahat dan mengukir tersebut sepertinya diajarkan secara turun-temurun. Salin itu, budaya Toraja memang membutuhkan kemampuan tersebut untuk membuat patung orang yang sudah meninggal (tau-tau) atau untuk menghias peti mati, rumah adat, dan barang-barang kerajian tradisional lainnya. 

Di sekitar Tongkonan, Anda dapat dengan mudah menemukan toko-toko yang menjual aneka macam produk kerajinan tangan. Bahkan Anda dapat secara langsung menyaksikan proses kreatif para pemahat yang memang melakukan kegiatannya di toko-toko tersebut. 

Beberapa cendramata atau suvenir yang dijual di toko-toko kecil berupa tatakan gelas, nampan, gelang dan kalung cantik, patung, hiasan dinding, dan lukisan. Hampir semua benda kerajinan tersebut bermotif hiasan hasil lukisan atau ukiran khas masyarakat Kete Kesu sendiri. Kisaran harganya pun cukup terjangkau, mulai dari Rp1.000,- untuk tatakan gelas,  Rp20.000hingga Rp25.000,- untuk nampan, hingga jutaan rupiah untuk lukisan yang diukir. 

Masyarakat Kete Kesu menjual suvenir kerajinan tangan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan penghasilan tambahan, sebab sebagai masyarakat agraris, sumber penghasilan utama mereka adalah tetap dari sektor pertanian. 

Berkeliling

Kete Kesu adalah desa wisata atau kompleks cagar budaya dimana Anda hanya perlu berjalan kaki untuk melihat secara dekat potret kehidupan dan budaya masyarakat tradisional Toraja yang masih dilestarikan dengan baik. 

Pemandangan alam yang indah, udara yang sejuk, sebab dikepung tatar pegunungan adalah daya tarik yang lain yang ditawarkan Kete Kesu. 

Transportasi

Akses menuju Kete Kesu terbilang mudah. Letaknya dekat dengan Rantepao, kota basis pariwisata di Tana Toraja, bahkan memungkinkan Anda mencapai lokasi ini dengan berjalan kaki. Pilihan lain adalah menggunakan angkutan lokal Toraja, yaitu bemo atau ojek. Jasa penyewaan mobil atau motor juga dapat jadi alternatif pilihan Anda. Perjalanan menggunakan kendaraan dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 30 menit.

Tips

  • Jadwalkan kunjungan Anda pada bulan Juni hingga Desember agar dapat menyaksikan upacara Rambu Solo. Siapkan pakaian berwarna hitam atau gelap saat mengikuti rangkaian ritual Rambu Solo.
  • Selain pesona wisata budaya, keindahan alam Toraja yang terletak di kawasan pegunungan juga menawarkan objek wisata lain, misalnya hikingatau trekking. Hubungi tour guideAnda untuk info lebih lanjut.
  • Selain di Kete Kesu, terdapat pula gua-gua makam di tempat lain yang tidak jauh dari Kete Kesu atau menhir megalitikum di Bori. Sempatkan mengunjungi tempat-tempat tersebut. Anda dapat menyewa jasa tour guideuntuk menjelajahi keunikan dan keindahan lain di Toraja.
  • Masyarakat Kete Kesu masih memegang teguh adat istidat serta budayanya. Oleh karena itu, mereka mempunyai seperangkat peraturan yang harus dipatuhi sebagai bentuk rasa hormat dan untuk menghindari kualat (tulah). Sebagai wisatawan atau pendatang, sebaiknya Anda mematuhi aturan yang diimbau masyarakat lokal.