Hajat Laut di Pangandaran

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Pangandaran adalah salah satu destinasi wisata pantai di Jawa Barat yang paling menarik perhatian wisatawan. Selain karena lanskapnya yang menawan dan sebagai tempat menyaksikan Matahari terbit dan tenggelam, Pantai Pangandaran yang berjarak sekira 91 km dari Ciamis memiliki peran dan makna sendiri bagi kehidupan masyarakat sekitar. Lokasinya yang berada di gugusan pantai selatan ini adalah lahan mencari nafkah bagi nelayan dan pelaku industri wisata yang kerap dikaitkan dengan keberadaan Nyi Roro Kidul, sang penguasa Pantai Selatan.

Berlokasi di semenanjung pantai selatan Jawa Barat, Pangandaran memang pantai yang menawan dengan segala pesona alam dan aura mistis yang menyelubunginya.  Perahu-perahu kayu bercadik nampak berjajar rapi ramai di tepian Pantai Pangandaran, terutama di Pantai Timur Pangandaran. Lautnya berarus besar namun indah menjadi latar yang sempurna bagi perahu-perahu nelayan.

Beberapa perahu dibuat khusus berukir kepala naga (atau pun ukiran lainnya) pada salah satu ujungnya. Perahu-perahu kayu tersebut adalah sarana transportasi penting bagi nelayan untuk mencari ikan dan mendukung kegiatan wisata (sewa perahu) untuk menuju pulau-pulau terdekat.  Khusus kali ini, perahu-perahu yang nampak lebih cantik tersebut adalah terutama untuk keperluan kegiatan tradisi budaya yang biasa digelar setahun sekali.

Tradisi budaya yang dimaksud adalah sebuah pesta syukuran yang menjadi agenda rutin di Pantai Pangandaran, yaitu Hajat Laut. Saat diadakan upacara perayaannya maka Pangandaran akan dipadati ribuan orang yang terdiri dari masyarakat nelayan selaku pelaksana hajat laut dan tentunya para wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang tertarik melihat rangkaian acaranya dari dekat.

Pesta hajat laut diadakan sebagai bentuk rasa syukur para nelayan Pangandaran kepada Tuhan atas segala rizki yang diberikan-Nya. Pesta masyarakat nelayan Pangandaran ini biasanya dilaksanakan setiap bulan Syura atau bulan Muharam berdasar penanggalan Hijriah dan biasanya digelar setiap hari Senin atau Kamis terakhir di bulan Muharam.

Tradisi hajat laut meliputi serangkaian kegiatan sebelum melakukan kegiatan puncak, yaitu melarung dongdang atau sesaji ke tengah laut. Sebelum nelayan membawa sesaji ke tengah laut, terlebih dahulu acara dibuka dengan pembacaan doa terlebih dan pembacaan Ayat Suci Al Qur’an. Selain itu, tradisi syukuran ini juga dimeriahkan dengan berbagai perlombaan dan atraksi budaya lainnya. Perlombaan yang kerap melengkapi rangkaian acara dan menjadi daya tarik tambahan tradisi hajat laut adalah lomba panjat pinang dan tangkap bebek yang dilepas ke laut. Adapun atraksi budaya dan kesenian meliputi suguhan kesenian tradisional, seperti tari tradisional, musik tradisional, perahu hias, helaran dan kirab dongdang, serta marching band.

Sebagai kegiatan puncak, digelar kegiatan melarung sesaji ke tengah laut dan tabur bunga. Tiba di acara puncak ini, belasan kapal-kapal kayu yang mengusung sesaji diturunkan serempak ke pinggir laut dan siap berlayar sambil mengusung barang persembahan. Sesaji yang akan dilarung berupa kepala kerbau dan kambing, beragam makanan, buah-buahan, perhiasan atau aksesoris, pakaian, dan lain sebagainya.

Mengikuti di belakang perahu-perahu bermotor yang mengusung sesaji tersebut, puluhan perahu-perahu nelayan lainnya akan mulai mengikuti perahu besar (utama) yang mengangkuti sesaji. Sesampainya di lokasi melarung sesaji di tengah laut, semua persembahan yang telah disiapkan tersebut satu persatu mulai diturunkan dari perahu dan lalu ditenggelamkan. Inilah salah satu bentuk rasa syukur para nelayan kepada Tuhan atas segala anugerah kekayaan yang dilimpahkan di perairan laut di selatan pulau Jawa itu. Selepas melarung sesaji, acara hajat laut kemudian akan ditutup dengan pentas seni.

Tradisi hajat laut ini hampir selalu meriah dan dihadiri ribuan orang, termasuk wisatawan yang ingin mengikuti prosesi dari awal hingga akhir. Hajat laut biasanya digelar serempak di 10 titik pangkalan nelayan dengan kegiatan puncak digelar di Pangandaran. Selain sebagai ungkapan rasa syukur, tradisi masayarakat pesisir Pangandaran ini merupakan momentum introspeksi diri bagi warga nelayan dan masyarakat pada umumnya. Terlebih lagi, tradisi budaya semacam ini juga berdampak positif terhadap perkembangan kegiatan pariwisata di Pantai Pangandaran. Para wisatawan dapat menumpang atau menyewa kapal-kapal nelayan untuk ikut mengantar sesaji hingga ke tengah lautan dan menyaksikan prosesinya dari awal hingga akhir.

Sebagai lokasi wisata yang populer dan sudah dikembangkan, Pantai Pangandaran sudah dilengkapi sejumlah akomodasi dan fasilitas penunjang wisatawan. Terdapat sejumlah hotel dan penginapan di dekat pantai Pangandaran, beberapa menampilkan pemandangaan langsung menghadap laut lepas. Untuk wisata kuliner sajian khas laut juga mudah ditemukan di sana. Warung-warung makanan berjejer di dekat pantai. Toko-toko yang menjual souvenir, mulai dari tas, kalung, gantungan kunci, pakaian, sarung pantai, dan lainnya juga tampak memadati tepi pantai (sekira 100 meter dari garis pantai) dan di beberapa lokasi khusus agak jauh dari pantai.

Anda dapat menyewa sepeda untuk mengelilingi kawasan sekitar pantai dan perkampungan penduduk. Matahari terbit berwarna perak dapat dinikmati di Pantai Timur. Matahari tenggelam memesona dapat dinikmati keindahannya di tempat yang berbeda (pantai barat) namun berdekatan dengan pantai timur dan berada di garis pantai yang sama.