Anda dapat menemukan keindahan seni tradisional ini salah satunya di kampung kecil bernama Koto Tinggi. Lokasinya berjaraknya tidak jauh dari Padang Alai Pariaman. Tahun 2009, Koto Tinggi merupakan salah satu wilayah yang menglami kehancuran parah akibat gempa.
Penduduk Koto Tinggi yang berasal dari kampuang maupun perantau kini bertekad membangun nagari indah ini bersama-sama. Salah satu upaya mereka adalah menggelar alek nagari yang disebut “Alek Indang”. Dalam acara ini Anda akan melihat masyarakat Koto Tinggi berkumpul selama sepekan untuk menyaksikan pertunjukan indang setiap malamnya.
Indang adalah jati diri masyarakat Pariaman. Kesenian ini dimainkan tiga kelompok untuk beradu pantun yang dinyanyikan. Setiap pemain duduk bersila rapat bersaf. Mereka mengenakan pakaian warna warni mencirikan tugas yang sudah ditentukan. Pertunjukkan indang juga tidak memandang usia baik tua maupun muda ikut ber apresiasi melihat pertunjukkan indang.
Pembagian tugas dalam indang meliputi pelaku berikut yaitu: tukang dikia, adalah pimpinan dan tokoh utama dalam pertunjukan indang sekaligus menciptakan pantun-pantun yang diperdebatkan antara ketiga kelompok indang. Tukang karang, adalah pemain indang yang membantu tukang dikia dalam mengarang pantun-pantun secara spontan. Ia juga disebut tukang aliah karena bertugas mengalihkan gerak-gerak tari dan nyanyian. Tukang apik, adalah yang bertugas sebagai pengapit tukang karang dalam posisi duduk sebagai peningkah permaian darak indang. Tukang pangga, adalah pengikut gerakan tari dan menurutkan permainan pola permainan darak rapai. Tukang pangga meliputi beberapa orang pemain indang yang posisi duduknya di samping kiri dan kanan tukang apik. Tukang pangga, adalah beberapa orang anak indang yang paling ujung dari sederetan anak indang. Tukang pangga terdiri dari anak-anak yang masih kecil dimana mereka sedang belajar main indang.
Pertunjukkan indang akan diawali permainan darak indang dengan bunyi dan gerakan yang kompak. Berikutnya tukang dikia memulai berdendang. Isi teks yang dinyanyikan berisi permohonan izin kepada pengunjung untuk memulai pertunjukkan. Setelah dendang dinyayikan lalu diulang kembali oleh anak indang yang bernyanyi sambil menari kompak dan indah.
Dalam permainan indang dendang yang dilantunkan terdiri dari dendang pembuka, dendang isi dan dendang penutup. Anda akan terhanyut dalam lantunan dendang menggema ini yang beriringan bersama hentakkan pukulan indang serempak bersama gerakan pemainnya. Gerakannya indang berupa menjelentikkan jari seperti orang menggayuh sampan dan mendorong indang di atas tikar.
Saat pertunjukan dimainkan maka penonton berdesakan sampai merapat kepada anak indang yang duduk bersyaf mem persembahkan kebolehannya. Artinya, antara pemain dan penoton seperti tidak ada pembatasan yang jelas. Penonton dan pemain bersatu di atas laga-laga, dan bagi yang tidak dapat duduk di laga terpaksa berdiri saja sambil menikmati indahnya alunan pertunjukan indang pariaman ini.