Jakabaring Sport City: Kebanggaan Insan Olah Raga Palembang

Pengembangan Jakabaring awalnya hanya stadion sepak bola yang menjadi kandang klub sepak bola kebanggaan kota Palembang yaitu Sriwijaya FC. Berikutnya tempat ini kemudian diarahkan menjadi kawasan olah raga terpadu Provinsi Sumatera Selatan.

Kini Jakabaring Sport City mewakili Sumatera Selatan sebagai tuan rumah SEA Games ke-26 pada November 2011. Bukan hanya untuk perhelatan olahraga Asia Tenggara saja, Jakabaring juga pengembangannya jauh ke depan merangkai jalan sebagai sebuah destinasi wisata olah raga.

Stadion Jakabaring dibangun tahun 2001, saat itu untuk mempersiapkan diri menyambut PON ke-16 tahun 2004. Stadion Jakabaring juga dikenal dengan sebutan Stadion Gelora Sriwijaya. Sebagai stadion terbesar ke-3 di Indonesia, Jakabaring dapat menampung 40.000 orang. Stadion ini mengiringi kebesaran  Komplek Gelora Bung Karno.

Dengan atap berwarna biru mengkilap berupa pelengkung atau arch yang dibina di tepi barat dan timurnya, Jakabaring nampak begitu megah ditopang pilar-pilar berwarna merah pudar dimana diantaranya terdapat dinding berhias pola ukiran tradisional Palembang. Melihat kota Palembang dari ketinggian di malam hari akan menampilkan lakuk lampu pijar Jembatan Ampera yang menyebrangi Sungai Musi.

Di sekitar stadion sepak bola ini, dibina pula beberapa kompleks kegiatan olah raga yang dipertandingkan di SEA Games 2011. Beberapa sarana tersebut adalah aquatic center, lapang tembak, dan wisma atlet untuk atlit. Ada pula pusat olah raga senam, badminton, squash, softball dan baseball, arena panjat dinding, jalur pacu sepatu roda, pusat latihan sepak bola.

Selain itu juga ada Danau Jakabaring dimana atlit dapat berlatih dayung sekaligus berlomba di cabang olahraga tersebut. Pengembangan kawasan ini juga akan dilanjutkan dengan pembangunan lapangan golf, indoor stadion, lapang basket indoor, lapang tenis, pusat olah raga air dan rekreasi air, jalur atletik, serta fasilitas pendukung lainnya.

Tidak jauh sekitar satu kilometer dari kompleks ini, tengah dibangun kawasan perumahan dan kawasan budaya yang berupa bangunan untuk pentas kesenian dan pameran. Akan dibangun pula Gedung Islamic Centre, Masjid Agung di Simpang Empat, terminal dan pasar induk, serta pembangunan Jembatan Musi 3 yang akan menjadi penyangga transportasi kota Palembang.

Menuju Jakabaring tak begitu sulit, karena dengan menyusuri jalan Jenderal Sudirman dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II yang merupakan salah satu jalan terpadat di Palembang, Anda akan sampai di Jakabaring yang terletak di jantung kota Palembang. Gunakanlah taksi yang banyak tersedia di bandara.

 

Istilah Nama Jakabaring

Jakabaring adalah sebuah singkatan dari warga pendatang yang membentuk satu komunitas di kawasan Seberang Ulu antara 8 Ulu Bungaran dan Silaberanti. Warga tersebut datang dari Jawa, Kaba (Lekipali), Batak (Sumut), Komering Ilir, Komering Ulu dan Lampung. Istilah penamaan ini dikenalkan oleh Sersan Mayor Inf Tjik Umar, anggota TNI yang pernah bertugas di Kodam II Sriwijaya. Dia adalah warga Lampung yang membangun rumah di dalam hutan belukar berawa dibelakang Markas Poltabes Palembang sekarang. Saat itu kawasan Jakabaring masih hutan belukar dan berawa. Tjik Umar membangun rumah dengan menimbun rawa di sana. Hingga sekarang rumah tersebut masih lengkap dan menjadi saksi sejarah asal usul nama Jakabaring.

Tjik Umar melakukan penelitian dan mendapati asal warga di sana ada dari Jawa, Batak (Sumut), Kaba (Lekipali), Komering Ilir, Komering Ulu dan Lampung. Menurut pemaparan penduduk setempat yang pernah tinggal di kawasan tersebut bahwa kata Jawa disingkatnya menjadi Ja. Kaba (Lekipali) disingkat Ka. Batak Sumut disingkat Ba, dan Komering Ilir dan Komering Ulu disingkat Ring. Dari singkatan Ja, Ka, Ba, Ring lalu digabung menjadi Jakabaring. Hari jadi terbentuknya kawasan Jakabaring ditetapkan tanggal 26 April 1972.

.