Siapkan waktu Anda di pertengahan Apil untuk melihat salah satu acara yang unik dihadirkan Kota Larantuka di Pulau Flores. Pada 12-14 April 2017 warga Kota Larantuka di Flores Timur dengan khidmat merayakan Minggu Suci yang dikenal sebagai Semana Santa. Saat acara Pekan Suci berlangsung, Kota Larantuka yang biasanya tenang berubah ramai karena disesaki peziarah dan jemaat dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dari seluruh dunia. Ini merupakan prosesi puncak Hari Jumat Agung atau Sesta Vera.
Prosesi Jumat Agung atau Sesta Vera merupakan puncak dari rangkaian perayaan Semana Santa (pekan suci) Paskah. Pagi sebelum puncak acara, arak-arakan Tuan Menino (bayi Yesus) dilakukan lewat laut. Menggunakan perahu dayung kecil, diikuti perahu-perahu lain. Jauh di samping dan belakangnya, masyarakat mengantar menggunakan perahu motor. Siang harinya dilanjutkan arak-arakan Tuan Ma dan Tuan Anna menuju Katedral. Dari titik inilah prosesi Sesta Vera dengan jutaan lilin dimulai. Selama malam Jumat Agung, lilin dinyalakan sepanjang 2 km di jalan dan di depan rumah penduduk yang dilalui prosesi.
Pusat perayaan dipusatkanpada dua patung suci, yaitu patung Yesus Kristus (secara lokal dinamai Tuan Ana) dan patung Perawan Maria (secara lokal dinamai Tuan Ma). Kedua patung tersebut dibawa oleh misionaris Portugis Gaspar do Espírito Santo dan Agostinho de Madalena pada abad 16. Patung-patung ini hanya ditampilkan kepada publik setiap hari Paskah.
Semana Santa dimulai dengan Trewa Rabu pada pertengahan minggu Paskah. Pada hari ini, berkumpul di Kapel Devotees dan berdoa untuk mengenang pengkhianatan Yudas Iskariot yang menyebabkan penangkapan Yesus dan shackling. Ini adalah saat dimana kota Larantuka berubah menjadi Kota Berkabung, tenggelam dalam kekhidmatan dan refleksi pemurnian jiwa.
Pada sore hari Kamis Putih, jemaat akan melakukan ritual tikam Turo yang merupakan persiapan untuk mengambil rute sepanjang 7 kilometer untuk prosesi hari berikutnya dengan memasang lilin di sepanjang jalan. Di Kapel Tuan Ma (Perawan Maria) peti mati yang disegel selama satu tahun akan dibuka oleh Conferia. Setelah itu patung Tuan Ma atau Perawan Maria akan dimandikan dan dipakaikan baju berkabung yaitu kain berwarna hitam, ungu, atau mantel beludru biru.
Puncak ritual jatuh pada Jumat Agung atau Sesta Vera. Pintu kapel Tuan Ma dan Tuan Ana (Yesus dan Perawan Maria) akan dibuka pukul 10 pagi. Prosesi Jumat Agung diisi dengan ritual pengusungan tubuh Yesus Kristus, prosesi ini menempatkan Yesus sebagai pusat ritual dan menempatkan Ibu Maria sebagai pusat perhatian sebagai ibu yang berkabung (Mater Dolorosa). Sabtu Santo (Sabtu Suci) dan Minggu Paskah akan diadakan pada hari berikutnya, menandai akhir prosesi seluruh minggu Paskah.
Terletak di wilayah paling timur pulau Flores, Larantuka juga dikenal dengan Kota Reinha atau Tana Nagi, yang merupakan ibu kota kabupaten Flores Timur. Dari Jakarta atau Bali, kota ini dapat diakses dengan penerbangan ke Bandara El Tari di Kupang atau Bandara Wai Oti di Maumere. Berkutnya melanjutkan perjalanan darat sekitar 3 jam menuju kota.
Kota ini memiliki pengaruh kuat kolonial Portugis dan dikenal sebagai salah satu tempat dimana agama Khatolik berkembang di Indonesia. Lebih dari empat abad, kawasan ini telah mewarisi tradisi Katolik melalui peran masyarakat umum daripada melalui pastor. Raja Larantuka, misionaris, persaudaraan para rasul dari rakyat biasa (Confreria), suku Semana, dan suku Kakang (suku Kakang Lewo Pulo), serta suku Pou (Suku Lema) telah memainkan peran penting dalam pengembangan Katolik di wilayah Larantuka.