Masjid dan Makam Sunan Ampel: Menikmati Sejarah dan Budaya Islam Jawa Tempo Dulu

Bagi peziarah atau peminat wisata religi maka kawasan Sunan Ampel sangatlah dikenal.Masjid ini adalah masjid yang paling terkenal dan suci bagi umat Muslim di Surabaya, setelah Masjid Akbar Surabaya. Tepat di belakang Masjid Ampel terdapat kompleks makam Sunan Ampel yang meninggal pada 1481. Di kawasan ini ada yang menarik yaitu keberadaan Kampung Arab yang sebagian besar ditempati keturunan Arab Yaman dan Cina yang sudah menetap ratusan tahun untuk berdagang. Suasana kehidupan para pedagang ini nyaris seperti suasana di Makkah.

Saat memasuki bulan Ramadhan, Masjid Agung Sunan Ampel menjadi salah satu kawasan yang paling dicari. Selama Ramadhan, jumlah pengunjung meningkat dua kali lipat dibanding hari biasa yang rata-rata mencapai 2.000 orang. Pengunjung akan semakin banyak pada saat ’maleman’(malam tanggal 21, 23, 25, 27, 29 Ramadhan) dengan jumlah di atas 10 ribu orang, bahkan dapat mencapai 20 ribu orang. Selain niat ingin menjalankan salat dan dzikir di tempat yang tenang, banyak yang datang untuk ziarah ke makam Sunan Ampel. Bahkan wisman yang datang juga ada yang berasal dari China, Prancis, Belanda, Italia, Malaysia, Saudi Arabia, Jepang, Brunei Darussalam, Filipina, Jerman, Yunani, Selandia Baru, Korea, dan Jepang. Umumnya mereka melihat bentuk bangunan masjid Ampel yang dibangun sejak 1421, kemudian mereka juga berziarah ke makam Sunan Ampel.

Masjid Ampel didirikan tahun 1421 oleh Sunan Ampel, dibantu sahabat karibnya Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji, serta santrinya.  Masjid ini dibangun di atas sebidang tanah seluas 120 x 180 meter persegi di Desa Ampel (sekarang Kelurahan Ampel), Kecamatan Semampir Surabaya atau sekitar 2 km ke arah Timur Jembatan Merah. Tidak disebut kapan selesainya pembangunan Masjid Ampel ini. Sunan Ampel juga mendirikan Pondok Pesantren Ampel. Sejak tahun 1972 Kawasan Masjid Agung Sunan Ampel telah ditetapkan menjadi tempat wisata religi oleh Pemkot Surabaya. 

Ampel adalah sebuah kawasan di bagian utara Kota Surabaya dimana mayoritas penduduknya merupakan etnis Arab. Di kawasan ini kental dengan suasana Timur Tengah dan pasarnya yang menjual barang dan makanan khas Timur Tengah. Pusat kawasan Ampel adalah Masjid Ampel yang terletak di Jalan Ampel Suci 45 atau Jl. Ampel Masjid 53 dan didirikan pada abad ke-15. kawasan Ampel merupakan salah satu daerah kunjungan wisata religi di Surabaya. Apabila Anda ingin berbelanja barang atau makanan khas Timur Tengah maka datanglah ke Masjid Ampel. 

Masjid Sunan Ampel yang dibangun dengan gaya arsitektur Jawa kuno dan nuansa Arab Islami. Masjid ini masih dipengaruhi dengan alkuturisasi dari budaya lokal dan Hindu-Budha lewat arsitektur bangunannya. Di masjid inilah saat itu sebagai tempat berkumpulnya para ulama dan wali dari berbagai daerah di Jawa untuk membicarakan ajaran Islam sekaligus membahas metode penyebarannya di Pulau Jawa.

Masjid Ampel berbahan kayu jati yang didatangkan dari beberapa wilayah di Jawa Timur dan diyakini memiiki ‘karomah‘. Seperti disebut dalam cerita masyarakat, saat pasukan asing menyerang Surabaya dengan senjata berat dari berbagai arah dan menghancurkan kota Surabaya namun tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada Masjid Ampel bahkan seolah tidak terusik.

Sunan Ampel adalah salah satu wali songo yang berjasa menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Nama aslinya adalah Raden Mohammad Ali Rahmatullah merupakan seorang figur yang alim, bijak, berwibawa dan banyak mendapat simpati dari masyarakat. Sunan Ampel diperkirakan lahir tahun 1401 di Champa, Kamboja. Sejarah mencatat, Sunan Ampel adalah keturunan dari Ibrahim Asmarakandi. Salah satu Raja Champa yang yang kemudian menetap di Tuban, Jawa Timur. Saat berusia 20 tahun, Raden Rachmat memutuskan untuk pindah ke Tanah Jawa, tepatnya di Surabaya yang ketika itu merupakan daerah kekuasaan Majapahit di bawah Raja Brawijaya yang dipercaya sudah beragama Islam ketika berusia lanjut itu. Di usianya 20 tahun, Sunan Ampel sudah dikenal pandai dalam ilmu agama, bahkan dipercaya Raja Brawijaya untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di Surabaya. Tugas khususnya adalah untuk mendidik moral para bangsawan dan kawula Majapahit. Untuk itu Raden Rachmat dipinjami oleh Raja Majapahit berupa tanah seluas 12 hektar di daerah Ampel Denta atau Surabaya untuk syiar agama Islam. Karena tempatnya itulah, Raden Rachmat kemudian akrab dipanggil Sunan Ampel. Sunan Ampel memimpin dakwah di Surabaya dan bersama masyarakat sekitar membangun masjid untuk media dakwahnya yang kini dikenal sebagai Masjid Ampel. Di tempat inilah Sunan Ampel menghabiskan masa hidupnya hingga wafat tahun 1481 dan makamnya terletak di sebelah kanan depan masjid Ampel.

Masjid Ampel selalu dijaga dan dirawat kebersihannya hingga kini. Saat ini Masjid Ampel ditangani nadzir yang baru dibentuk sekitar awal tahun 1970-an. Pertama kali bertindak sebagai nadzir Masjid Ampel adalah almarhum KH Muhammad bin Yusuf dan diteruskan oleh KH Nawawi Muhammad hingga tahun 1998. Sepeninggal KH Nawawi Muhammad hingga sekarang ini nadzir Masjid Ampel belum resmi dibentuk. Yang ada sekarang adalah pelanjut nadzir yang dijabat oleh KH Ubaidilah. Adapun Ketua Takmir Masjid Ampel adalah, H. Mohammad Azmi Nawawi. 

Kegiatan 

Masjid dan makam Sunan Ampel membuat orang yang ingin melakukan salat di masjid dan berziarah dapat merasa nyaman dan tenang.Suasananya sejuk dan hening terasa harmonis dengan dengungan doa dari puluhan peziarah yang duduk bersila di sekeliling makam. Acara saat haulSunan Ampel dapat Anda kunjungi antara lain kegiatan pengajian, tahlil, khataman Al Quran, khitanan massal, arak-arakan warga Ampel dari Kampung Margi ke masjid, dan hadrah.

Masjid Ampel memiliki Lima Gapuro(Pintu Gerbang) yang merupakan simbol dari Rukun Islam. Apabila Anda  masuk dari arah selatan di Jalan Sasak maka akan melewati Gapuro Munggahdan merasakan secara langsung suasana perkampungan berupa lorong pasar yang mirip dengan Pasar Seng di Masjidil Haram Makkah, seakan mengingatkan untuk naik haji jika mampu. Pasar Gubah Ampel Suci adalah kawasan pertokoan yang menyediakan segala kebutuhan, mulai busana muslim, parfum, kurma, makanan, hingga berbagai assesoris besar dan kecil mirip seperti oleh-oleh dari ibadah haji.

Puas melihat-lihat di lorong pasar ini kemudian di ujung jalannya Anda akan melihat Gapuro Poso(Puasa) yang terletak di selatan Masjid Sunan Ampel. Setelah melewati Gapura Poso, Anda akan memasuki halaman masjid dan akan tampak bangunan masjid induk yang megah dengan menaranya menjulang tinggi. Masjid Ampel ini sudah 4 kali dipugar, tetapi keaslian bangunan ini yang ditandai dengan ke-16 tiang utamanya denga panjang 17 meter tanpa sambungan, berdiameter 60 centimeter, serta 48 pintu yang tetap dipelihara dan dirawat. Hingga kini tiang penyangga ini masih kokoh, padahal umurnya sudah lebih dari 600 tahun. Menara setinggi lima puluh meter juga menjadi ciri khas masjid ini sebagai tempat agar suara azan bisa terdengar. Kubah berbentuk pendopo Jawa adalah perlambang kejayaan Majapahit yang saat itu juga berperan menyebarkan agama Islam bersama Sunan Ampel.

Di dalam masjid Anda sebagai pejiarah dapat menghabiskan waktu dengan salat, berzikir, tadarus,dan bahkan tidak sedikit yang berdoa di samping makam Sunan Ampel. Setelah selesai, perjalanan dapat dilanjutkan menjumpai Gapuro Ngamalyang artinya bershodaqoh atau berderma. Dana yang Anda berikan akan digunakan untuk pelestarian dan kebersihan kawasan masjid dan makam. Tidak jauh dari situ terdapat Gapuro Madepyang terletak di sebelah barat masjid, disana ada makam Mbah Shanhaji (Mbah Bolong).

Terakhir, Anda akan melihat Gapuro Paneksenuntuk masuk ke makam yang menggambarkan pengakuan memeluk Islam dengan syahadat, “Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah“. Kompleks makam dikelilingi tembok besar setinggi 2,5 meter. Makam Sunan Ampel bersama istri dan lima kerabatnya dipagari baja setinggi 1,5 meter, melingkar seluas 64 meter persegi. Khusus makam Sunan Ampel dikelilingi pasir putih.

Hal lain yang dapat menjadi daya tarik adalah terdapat sumur di belakang masjid yang dibuat Sunan Ampel dan pengikutnya. Masyarakat sekitar meyakini dengan meminum air sumur akan membawa berkah tersendiri. Banyak yang meyakini air dari sumur ini memiliki kelebihan seperti air zamzam di Mekkah sehingga banyak masyarakat yang minum dan mengambil untuk kemudian dibawa pulang.

Sehari-hari Masjid Ampel hampir tak pernah sepi pengunjung dari dalam dan luar kota, bahkan luar provinsi dan luar pulau. Kegiatan yang ada, selain shalat jama’ah 5 waktu secara rutin dan pengajian, juga diramaikan dengan kegiatan belajar mendalami bahasa Arab program non-gelar yang berlokasi di gedung samping timur masjid. 

Anda melihat suasana kehidupan kampung arab di Masjid Ampel. Yang menarik lagi dari Masjid Ampel adalah, suasana kehidupan para pedagang di sekitarnya yang nyaris seperti suasana di Makkah. Di samping kanan kiri serta muka belakang Masjid Ampel banyak para pedagang yang berjualan makanan ala arab. Mulai dari beragam buah kormanya, nasi kebuli sampai kue roti maryam. 

Dalam kondisi normal, Masjid Ampel, Surabaya, selalu ramai didatangi pengunjung. Jumlah pengunjung yang datang semakin bertambah saat memasuki bulan Ramadhan. Pesona Masjid Ampel seakan menjadi magnet kuat yang menarik hasrat umat Islam untuk mendatanginya. Keyakinan akan mendapat pahala dan barokah berlipat ganda pada periode tertentu di bulan Ramadhan, memicu luapan pengunjung pada malam tanggal ganjil di penghujung Ramadhan. Jumlah pengunjung pada periode itu bahkan bisa mencapai hingga 15 ribu orang. Untuk membantu umat yang sedang menjalankan ibadah puasa, pengurus Yayasan Masjid Ampel selalu menyiapkan ratusan bungkus makanan takjil. Dana untuk menyediakan takjil itu berasal dari sumbangan dari pengunjung yang datang ke masjid tersebut.

Masjid Ampel semakin bernilai dengan hadirnya berbagai legenda di sekitarnya. Salah satu legenda yang oleh sebagian besar orang dipandang sebagai kebenaran, adalah hadirnya sembilan makam milik salah satu santri Sunan Ampel yang bernama Mbah Sholeh. Sembilan makam itu, seluruhnya merupakan makam Mbah Sholeh. Hadirnya sembilan makam itu konon hadir karena Sunan Ampel masih memerlukan temandalam membangun masjid. Saat Mbah Sholeh meninggal, Sunan Ampel berdoa agar Mbah Sholeh kembali diizinkan untuk membantunya, hingga sembilan kali. Menurut cerita penduduk setempat, Mbah Soleh adalah tukang sapu masjid di masa Sunan Ampel. Mbah Soleh rajin menyapu lantai masjid hingga benar-benar bersih. Saat Mbah Soleh meninggal, suasana masjid kadang terlihat kotor. Tetapi, setiap Sunan Ampel berujar “Bila Mbah Sholeh masih hidup tentulah masjid ini menjadi bersih“, tiba-tiba Mbah Sholeh terlihat lagi di ruang pengimanan. Peristiwa “mati-hidup” hingga 9 kali itu terlihat dari 9 makam yang menguburkan jazad Mbah Sholeh di sekitar masjid.

Legenda lain adalah sosok Mbah Bolong, yang menurut cerita masyarakat adalah orang yang  menunjukkan dengan pasti arah kiblat masjid Ampel dengan tepat ke ke Kabah di Masjidil Haram, Makkah. Caranya cukup unik, yaitu dengan melubangi (mbolongi-Bahasa Jawa) bagian mihrab masjid. Saat lubang itu dilihat yang tampak adalah Masjidil Haram, Makkah. Begitu juga tujuh sumur yang konon digali sendiri oleh Sunan Ampel. Air dari sumur itu dipercaya memiliki khasiat menyembuhkan berbagai menyakit. 

Kegiatan Itikaf di Bulan Ramadhan

Iktikaf adalah kegiatan ibadah menetap di masjid dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah dilakukan 10 hari terakhir di bulan Ramadan. Di sinilah beberapa orang akan tampak bersila terpekur di tengah ruangan Masjid Ampel, jemari pun mereka memainkan rangkaian tasbih. Sebagian mengistirahatkan punggung dengan bersandar pada dinding bercat putih itu atau tiang kayu masjid. Jamaah lain memilih memejamkan mata sejenak dan merebahkan tubuh  meskikemudian harus melawan kantuk, tetapi iktikaf selalu memberikan kenikmatan berbeda dalam Ramadan. Pukul 01.00 keheningan terpecah oleh pengeras suara masjid yang mengumumkan 30 menit lagi akan dilakukan rangkaian salat malam. Orang-oprang pun segera mengambil air wudhu, pukul 01.30, pijar lampu ruang utama masjid pun dipadamkan dan kekhusyukan makin terasa kenikmatannya. Ketika Suara takbir pertanda salat malam dimulai maka suasana kembali hening, membalut kekhusyukan jamaah ketika mendengar ayat suci Al Quran di tiap rakaat salatnya. Kegiatan ini dimulai tengah malam dan berakhir saat sahur yang biasanya berlanjut dengan ibadah salat subuh. Hari-hari mendekati akhir Ramadhan maka jamaah yang ikut semakin bertambah banyak.

Untuk melakukan ibadah itikaf di Ampel, Anda tak butuh biaya mahal. Cukup membawa uang untuk transportasi, makan dan minum selama di kawasan Masjid Ampel Surabaya.

Akomodasi 

Untuk Anda yang ingin itikaf selama 10 hari terakhir Ramadhan pengurus mengizinkan untuk tidur di dalam masjid untuk tujuan beribadah bersama. Akan tetapi, apabila Anda ingin menginap di luar kawasan maka beberapa hotel yang dapat dijadikan referensi adalah berikut ini. 

  • Grand Kalimas

Jl KH Mas Mansyur 151-153

Phone (62-31) 3541616,

3551047

  • Mansyur

KH. Mas Mansyur 208

Telp. (031) 3551427

  • Mesir

KH. Mas Mansyur 165,

Telp. (031) 3531356-7

  • Kaha

KH. Mas Mansyur 121

Telp. (031) 3521703

Berbelanja

Memasuki gapura Jalan Ampel Suci masuk ke areal masjid, Anda akan disambut dengan para pedagang kaki lima di kedua sisi jalan tertutup yang menjajakan beraneka barang seperti parfum, sarung, peci, baju-baju gamis, tasbih, kopiah, sampai aksesori, parfum, bahkan air zamzam dari Arab, serta berbagai perlengkapan ibadah umat muslim lainnya. Ada juga berbagai makanan khas Ampel seperti  kue ebi hingga gulai arab.

Kuliner 

Nuansa serba Islami sangat kental di kompleks Masjid Ampel. Dari pintu gerbang terluar hingga kawasan sekeliling masjid terdapat pedagang yang menjajakan berbagai makanan ala Arab seperti kurma, nasi kebuli, hingga kue maryam.Anda akan mudah menjumpai makanan seperti kebab, roti cane, gulai kambing, nasi goreng kambing, roti maryam, nasi briani sampai martabak khas Timur Tengah. Citarasa makanan kayadenganbumbu rempah-rempah dan sedikit pedas. Jangan ragu-ragu, cicipilah karena beragam makanan ini nikmat rasanya.

Menjelang malam, Anda dapat menemukan aneka jenis makanan yang dijual di tenda kaki lima bersliwerandi sepanjang jalan sekitar Masjid Ampel. Ada kebab syawarma, pizza, terang bulan (martabak manis), martabak daging, cenil, nasi bebek, soto madura. Apabila masih kurang memuaskan Anda cicipi saja sate ayam, sate kambing, kambing oven, bakso, mie ayam, tahu tek, gule kambing, soto ayam, rujak cingur, roti bakar, aneka jenis seafood, ayam goreng dan bakar, cakwe, es kacang ijo, hingga kikil kambing.

Apabila Anda tidak sempat pergi malam maka datang saja pagi harinya, siang, atau sore. Karena masih ada nasi pecel, aneka kue basah, lontong balap, semanggi, soto, rawon, nasi madura, nasi krawu, toko roti yang rasanya enak, sambosa, dan masih banyak lagi kudapan nikmat lainnya.

Transportasi 

Kota Surabaya merupakan kota besar yang menyediakan penerbangan langsung dari berbagai kota seperti Jakarta, Bali, Banjarmasin, Yogyakaerta, Manado, Lombok, Singapura dan Kuala Lumpur. Anda pun dapat menggunakan kerata api dari kota-kota besar di Pulau Jawa langsung ke Stasiun Kereta Api Surabaya Gubeng. Bus juga tersedia ke terminal Purabaya.

Masjid Ampel terletak di jantung kampung Arab. Tepat di sebelah utara Jalan Nyamplungan dan tepat di belokan kiri kedua Jalan Sasak. Keramaian tukang becak yang setia mengantar para peziarah akan mudah dijumpai di sepanjang jalan menuju masjid. Untuk menuju ke sini Anda dapat menggunakan taxi, kendaraan umum, atau sewaan. 

Setibanya di kawasan Ampel maka Anda akan temukan jalan kecil di Kampung Arab sebagai jalur masuk ke Masjid Sunan Ampel. Dari Jalan Nyamplungan yang merupakan jalan raya, perjalanan berlanjut dengan berjalan kaki menelusuri gang kecil, Jalan Ampel Kembang. Lebarnya tak lebih dari 3 meter dan membelah permukiman padat penduduk. Jalan ini berujung di Jalan Ampel Suci, sebuah lorong beratap seperti pasar yang menjual berbagai keperluan ibadah dan asesorisnya. 

Tips

  • Penjaga di muka gerbang masjid tak segan mengingatkan pengunjung perempuan agar mengenakan kerudung saat memasuki permakaman. Mereka juga menyiapkan kain kerudung untuk dipinjamkan kepada pengunjung, tanpa biaya.
  • Pelataran makam yang ditutup konblok yang dibagi dua dengan batas pagar besi. Satu untuk peziarah laki-laki dan satu lagi untuk perempuan.
  • Masyarakat yang berkunjung ke Masjid Ampel dan berziarah ke makam Sunan Ampel biasanya setiap Kamis malam Jumat Legi.