Maluku: Keindahan Pulau Penghasil Rempah-Rempah

Maluku memiliki taman bawah laut yang sangat indah, pantai tropis menawan, dan pegunungan vulkanik yang dikelilingi hutan.Pulau ini merupakan pulau rempah-rempah yang terkenal dan telah menarik banyak pedagang dari India, Cina, Arab, dan Eropa untuk mencari cengkeh dan pala. Tahun 1511, bangsa Portugis membangun benteng pertama mereka  di pulau Ternate, dan berhasil memonopoli perdagangan cengkeh. 

Kedatangan Belanda tahun 1599, merupakan ancaman serius bagi Pourtugis yang mengontrol kekayaan alam maluku. Konflik bersenjata pun pecah, mereka mengambil bea cukai yang besar dari rakyat Maluku. Belanda akhirnya muncul sebagai pemenang, kemudian mereka memonopoli perdagangan dengan tangan besi. Seluruh desa diratakan dengan tanah dan ribuan peduduk pulau mati, terutama di pulau Banda. Inggris kemudian  menduduki  Maluku selama Perang Napoleon, namun tahun 1814 dikembalikan dan tidak sampai tahun 1863 tanam paksa rempah-rempah dihapuskan di provinsi ini. 

Saat ini ikan dan produk laut lainnya merupakan sumber utama pendapatan masyarakat Maluku. Ada juga nikel, minyak, mangan, dan berbagai jenis kayu sebagai komoditas daerah.

Pulau-pulau kecil seperti Maluku, Banda, Ternate, dan Tidore beradadi antara ribuan pulau di Laut Maluku. Wilayah inilah yang telah mengubah perjalanan sejarah dunia sejak abad ke-15. Daerah ini jugalah yang diincarpara pedagang Eropa untuk sebuah komoditas dagang yang bernama rempah-rempah.

Saat mencari Kepulauan Rempah-Rempah di  daerah Timur, Christopher Columbus berlayar ke Barat namun nyatanya menemukan benua Amerika. Kemudian Vasco da Gama berlayar ke selatan dan menemukan rute panjang sekitar Tanjung Harapan Afrika bagian selatan tahun 1498 untuk kemudian mencapai India setelah perjalanan panjang dan berbahaya. Berikutnya ternyata Portugislah yang menemukan rute laut ke Banda dan Ambon. 

Pulau-pulau kecil di Timur Laut Kepulauan Indonesia ini selama berabad-abad telah menjadi produsen tunggal rempah-rempah dunia seperti pala dan fuli. Pada masa itu rempah-rempah merupakan komoditas dunia yang amat penting pada Abad Pertengahan di Eropa.


Pulau-pulau kecil seperti Ternate dan Tidore, dan Ambon Utara adalah produsen cengkeh. Pedagang India dan Arab menjual cengkeh ke Eropa dengan harga yang sangat tinggi, tetapi mereka merahasiakan tempat asalnya. Tempat  itu adalah  Mollucass atau Maluku, sebuah  pulau penghasil rempah-rempah. 


Dari  pulau inilah perusahaan India Timur Belanda pertama kali menguasai perdagangan rempah-rempah. Secara bertahap kemudian menguasai kepulauan Nusantara selama lebih dari tiga abad yang kemudian disebut sebagai Hindia Belanda atau Republik Indonesia saat ini.

Ketika kejayaan rempah-rempah berlalu, peran penting Maluku berkurang. Akan tetapi, sejarah eksplorasi dan kolonisasi Eropa masa silam masih dapat Anda nikmati. 

Saat ini Maluku dibagi menjadi dua provinsi yaitu Maluku dan Maluku Utara. Kota Ambon adalah ibu kota Maluku, menempati dataran kecil di Teluk Ambon yang indah dengan pegunungan hijau yang subur dan perairan laut yang dalam dihiasi warna-warni terumbu karang serta beragam hewan laut yang unik.

Meskipun ukuran pulaunya kecil tetapi Pulau Ambon dapat menawarkan kepada Anda banyak pengalaman wisata yang mengesankan. Dari menjelajahi Kota Ambon yang menawan dengan warisan sejarah dan budayanya, mendaki pegunungan dengan tanaman tropis yang indah, juga masih banyak keindahan lain untuk Anda kunjungi.

Ambon dikenal dengan julukan ‘Ambon Manise‘ yang berarti Ambon manis atau indah. Namanya merujuk pada masyarakat dan keindahan pulau tropis ini.


Sebagai salah satu tempat paling awal yang sempat dikuasai kolonial Eropa, Ambon memiliki sejarah dan budaya yang beragam dan menarik. Saat ini Banyak orang Ambon mewarisi campuran budaya Eropa dan Ambon.

Temukan oleh Anda benteng yang telah berusia berabad-abad dan literatur kerajaan lokal dengan menelusuri cerita rakyat dari periode kemakmuran dan perdagangan, kolonialisme yang keras, masa perjuangan yang sangat melelahkan, hingga akhirnya masa kemerdekaan. Ambon bahkan menarik sang petualang laut legendaris Marco Polo ketika berlayar ke Asia dengan menyebutkan tempat ini sebagai pulau surga.

Pulau Ambon juga berperan penting saat Perang Dunia II, ketika itu Ambon digunakan sebagai markas militer Jepang. Sisa-sisa dari perang tersebut masih ada untuk Anda lihat baik di museum maupun di tempat terbuka. Beberapa artefak perang bahkan masih ada di bawah lautnya. Saat  ini, sisa-sisa perang di bawah air tersebut adalah salah satu situs sejarah paling berharga di Ambon.


Masyarakat Ambon adalah multikultural dari berbagai etnis termasuk suku Alifuru asli, suku Jawa, Sumatra, Minahasa, Buton yang bermigrasi, orang-orang Arab yang datang abad ke 9, Eropa, dan Cina yang pertama kali datang abad ke-7 berdagang di pulau rempah-rempah yang makmur ini. Antara tahun 1999-2002 di pulau ini sempat terjadinya kekerasan agama antara Kristen dan Muslim hingga berakhir tahun 2004.

Sejarah 

Nama Maluku diperkirakan berasal dari Arab yaitu ‘Jazirat al-Muluk’, yang berarti tanah banyak raja. Hal ini dimungkinkan karena Maluku memiliki kerajaan-kerajaan seperti Ternate, Tidore, Bacan, dan lain-lain. Kora-kora, merupakan armada laut mereka yang terkenal kuat, dilengkapi dengan kano perang yang mampu menjelajahi Laut Sulawesi dan Papua saat masa keemasan mereka. Para Raja mendapatkan kekayaan mereka dari rempah-rempah, terutama cengkeh. Saat itu harga Cengkeh dan rempah-rempah sangat mahal karena kemampuannya mengawetkan  makanan tidak seperti sekarang dengan adanya lemari es.

Saat itu Rempah-rempah juga digunakan sebagai obat dan Eropa tanaman ini tidak bisa tumbuh. Pengiriman rempah-rempah ke Eropa harus melewati rute yang rumit, inilah yang menyebabkan harganya menjadi sangat mahal. Kemudian bangsa-bangsa Eropa berpikir harga rempah-rempah akan lebih murah jika mereka datang langsung ke tempat asalnya. Dari sinilah sebuah era kolonialisme pun dimulai.

Portugis datang pertama kali tahun 1510 dan mereka berusaha untuk  memonopoli perdagangan di Maluku. Berikutnya Spanyol pun datang dan keduanya harus berjuang menghadapi perlawanan kerajaan Ternate dan Tidore hingga tidak lama kemudian mereka pun menyerah.

Belanda kemudian datang  dengan bekal keuangan dan persenjatan yang lebih baik. Mereka juga berpengalaman dalam administrasi perdagangan dan lebih keras terhadap masyarakat Maluku. Penduduk yang menolak untuk bekerja sama di pulau Banda  dibantai dengan kejam, dan sebagian dipekerjakan sebagai budak.

Selama kejatuhan VOC, Inggris kemudian memerintah di sini selama setahun tetapi hal ini menimbulkan masalah  karena Inggris menyelundupkan benih dari Maluku untuk ditanam di Malaysia dan Ceylon (Sri Lanka). Akibatnya Maluku tidak lagi menjadi pusat rempah-rempah karena pencari rempah-rempah dapat menemukannya di tempat lain yang lebih dekat.

Transportasi 

Pintu masuk utama ke Maluku adalah melalui Ibu Kota Provinsi Ambon dengan penerbangan reguler dari sebagian besar wilayah Nusantara. Transportasi Udara dan laut menghubungkan pulau-pulau dengan 79 pelabuhan dan 25 bandara. Tersedia juga akses ke banyak pulau-pulau terpencil yang menarik untuk Anda kunjungi.

Masyarakat dan Budaya 

Berdasarkan sejarahnya masyarakat Maluku sangat beragam, terdiri dari bangsa melayu, India, Arab, cina, portugis, Bugis, dan  Jawa.Masyarakat Ua-ulu memilih tidak berpakaian tradisional dimana prianya dapat dikenali dengan penutup kepala merah. 

Makanan 

Banyak makanan laut dapat Anda ditemukan di sini. Cobalah ikan bakar atau yang dipanggang sambil Anda nikmati pemandangan indah Maluku.

Nasi ikan (beras dan tepung ikan) juga patut Anda coba. Apabila Anda tertarik mencoba meramu makanan sendiri maka dapat membeli bahan-bahan segar di supermarket terdekat dan  toko kecil.

Kantor pariwisata 

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Maluku
Jl. Jend. Sudirman, Batu Merah, Kota Ambon
Phone. (62-911) 312300
Fax. (62-911) 352471