Morotai: “Mutiara di Bibir Pasifik”

Laut Pasifik mengungkap rahasia sebuah pulau indah sekaligus bersejarah dari masa Perang Dunia II . Pulau yang dapat dikatakan tidaklah kecil karena butuh sekira 6 jam lebih mengelilinginya. Apa yang tersimpan di sini bukan hanya lembutnya pasir pantai dan deru ombak menghempas pesisir namun keramahan dan kesajaan warganya membuat rindu untuk datang kembali.

Pulau Morotai terletak di utara Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara.Pulau ini merupakan salah satu pulau paling utara di Indonesia dan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara. Keindahan Morotai dengan segudang sejarah dari Perang Dunia II membuatnya dijuluki sebagai “Mutiara di Bibir Pasifik”.

Kota paling besar di Morotai adalah Daruba yang berlokasi di sebelah selatan. Di bagian utara pulau ini berbatas dengan Filipina, di bagian timurnya adalah Samudera Pasifik. 

Dengan total populasi sekira 53,000 jiwa dan luas sekira 1.800 kilometer persegi, pulau ini digenapi beberapa pantai dengan pemandangan memukau didampingi rahasia keindahan bawah laut yang menyimpan misteri. Di Morotai setidaknya sudah ditemukan 28 titik selam yang sanggup membuat decak kagum tamu bawah lautnya. 

Morotai pada abad ke-15 hingga abad ke-16 berada di bawah kekuasaan Kesultanan Ternate. Misi Yesuit Portugis sempat singgah di sini tetapi tidak diterima Kesultanan Muslim Ternate dan Halmahera sehingga Portugis pun hengkang. Pulau Morotai lebih terkenal sebagai bagian dari sejarah Perang Dunia II karena dimanfaatkan Jepang kemudian direbut Amerika Serikat pada September 1944. Amerika menggunakan pulau ini sebagai landasan serangan pesawat sebelum menuju Filipina dan Borneo bagian timur. PUlau ini merupakan basis untuk serangan ke Pulau Jawa pada Oktober yang ditunda setelah penyerahan diri Jepang pada bulan Agustus.

Penduduk lokal di Pulau Morotai masih mengingat Perang Dunai II akan bercerita kepada Anda bahwa tahun 1944-1945 tempat ini merupakan lokasi pertempuran udara sengit yang menderu ketika lepas landas dan mendarat di sepanjang Teluk Daruba. Puluhan ribu tentara bertebaran di setiap sudut pulau dan kapal angkatan laut berlabuh membawa pasokan kebutuhan harian tentara. Morotai saat itu merupakan salah satu markas tentara Amerika Serikat saat berperang menghadapi Jepang dalam Perang Pasifik. 

Pada 15 September 1944, tentara sekutu dari Amerika Serikat dan Australia di bawah pimpinan Panglima Pasifik Barat, Jenderal Douglas MacArthur mendarat di Morotai tepatnya di bagian barat daya pulau ini. Sebelum kedatangan sekutu ke Morotai, tentara Jepang sudah terlebih dahulu menduduki tempat tersebut dan membangun sebuah landasan pesawat. Jepang kemudian meninggalkan Morotai untuk mendukung pertempuran di Pulau Halmahera. Ketika itu hanya tersisa sebanyak 500 tentara Jepang di Morotai yang bertugas untuk menjaga pulau tersebut. Oleh karena itu, dengan jumlah tersebutmereka dapat langsung ditaklukkan pasukan Amerika Serikat. Angkatan Laut Jepang berikutnya berusaha merebut kembali pulau ini tetapi gagal. 

Ketika Jepang meniggalkan Morotai. Jenderal Mc Arthur melihat hal tersebut sebagai kesempatan emas untuk mengambil alih karena lokasinya strategis untuk merebut Philipina dari Jepang. Sekira lebih dari 50 ribu tentara sekutu ditempatkan di Morotai dan MacArthur membangun beberapa landasan pesawat dan rumah sakit besar dengan 1.900 tempat tidur di dalamnya.

Selama Perang Dunia II berlangsung, pasukan Sekutu terus menempati Morotai hingga akhirnya Jepang menyerah tahun 1945 dan Pasukan Sekutu meniggalkan pulau tersebut. Sebelum pergi meninggalkan pulau ini, pasukan Sekutu membakar semua bangunan yang mereka dirikan di Morotai. 

Kini, Morotai menjadi saksi sejarah Perang Dunia II dimana kegiatan militer yang kuat pernah beroperasi di pulau tersebut dan peranannya dalam membebaskan Filipina dari pendudukan Jepang hampir terlupakan. 

Kegiatan

Karena Pulau Morotai pernah menjadi pangkalan militer pada Perang Dunia II maka tidak heran jika di sekitar pulau ini terdapat banyak peninggalan perang berupa gua persembunyian, landasan pesawat, dan juga kendaraan lapis baja yang masih utuh. Semua itu menjadi saksi bisu betapa hebatnya perang tersebut. 

Berkelilinglah di hamparan pasir putihnya sembari menantikan panorama Matahari terbit dan tenggelam. Itu akan menjadi momen yang akan berkesan. 

Sebuah bangunan yang diberi nama Musuem Morotai berisi koleksi peninggalan Perang Dunia II. Koleksi museum ini merupakan hasil penemuan penduduk Morotai dan dibangun untuk mengenang Perang Dunia II. Tidak jauh dari bandara sebelum Anda tiba di kota maka singgahlah di Tugu Trikora dan dua buah bangunan kaca memamerkan koleksi Perang Dunia II.

Bangkai pesawat tersebut menjadi salah satu daya tarik wisata bahari di Morotai. Setidaknya ada 28 titik penyelaman di kawasan ini menyuguhkan keindahan tiada tara diantaranya ada Tanjung Wayabula, Dodola Point, Batu Layar Point, Tanjung Sabatai Point, dan Saminyamau. 

Di selatan Kota Morotai sekitar daerah Wawame dapat juga Anda temukan bangkai pesawat Jepang yang bernama Bristol Beuford. Wreck tersebut tenggelam di kedalaman 40 meter dan dihuni beberapa biota laut yang mungkin tidak Anda duga.

Di sekitar Pulau Morotai juga banyak terdapat pulau kecilnan indah, salah satunya adalah Pulau Dodola yang terhubung dengan anak pulaunya (Dodola Kecil). Kedua pulau tersebut akan saling terhubung oleh pasir putih memanjang sejauh 100 meter.

Patung Jenderal Douglas MacArthur berdiri megah di Pulau Zum Zum dekat Pulau Daruba.Patung ini akan menjadi pengingat bahwa Morotai pernah menjadi pangkalan militer Sekutu. Di sinilah Jenderal MacArthur mengatur strategi untuk merencanakan penyerangan berikutnya ke Filipina.

Akomodasi

Tidak banyak terdapat hotel dan penginapan di sekitar Morotai namun jika Anda ingin bermalam ada beberapa hotel dan cottage yang bisa mengakomodasi. Salah satu hotel yang paling sering dikunjungi wisatawan adalah Pacific Inn.

Kuliner

Ada banyak kuliner yang bisa Anda temui di Morotai. Kuliner yang sering diburu wisatawan adalah lobster segar. Apabila Anda tidak menyukai lobster, jangan kawatir karena masih ada banyak pilihan hidangan laut yang bisa Anda pilih untuk mengisi perut. 

Ikan roa dimasak dengan cara diasapi. Temukan di Pantai Bido bersama warga nelayan yang bersahaja siap melayani Anda bila berkenan memasak di tempat. Ikan roa bukan ikan biasa yang harganya pun cukup mahal di luar Pulau Morotai. Ikan dengan moncong betanduk jarum panjang tersebut akan diolah dengan cara diasapi selama sejam dan dilumuri beberapa bumbu untuk langsung disantap dengan nasi.

Transportasi 

Cara paling mudah untuk mencapai Morotai adalah menggunakan penerbangan dari Ternate ke Galela kemudian langsung melanjutkan ke Morotai selama 30 menit dengan harga tiket Rp250.000,-dan terbang seminggu sekali. 

Anda dapat juga memilih jalur lain menggunakan kapal dengan jarak tempuh sekitar 12 jam yang berangkat sebanyak dua kali seminggu dengan tarif sekira Rp50.000,-. Alternatif lain adalah melalui jalur darat dari Ternate ke Tobelo sekitar 4 jam dengan tarif Rp75.000,-.

Tips

Transportasi paling efisien untuk menuju ke Pulau Morotai adalah dengan penerbangan dari Ternate ke ke Morotai.

Beberapa akomodasi pilihan tersedia di Kota Daruba, salah satunya Hotel Ria. Pilihan lain adalah resort di beberapa pulau termasuk di Pulau Dodola.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku Utara

Jln. Kamboja No. 14A, Ternate, Maluku Utara

Telp. (0921) 327396

Fax. (0921) 327396