Untuk mendukung pertumbuhan pariwisata di Tanah Air, Bank Indonesia akan mengaplikasikan sistem transaksi digital di destinasi wisata. Hal tersebut menyesuaikan perkembangan saat ini dimana digitalisasi destinasi sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi. Layanan yang cepat, mudah, dan jangkauan yang luas, menjadi alasan untuk memperkuat transaksi digital karena wisatawan membutuhkan layanan praktis dan serba cepat.
Untuk awal wilayah percontohannya adalah Pemerintah Kabupaten Tabanan, Bali. Beberapa tujuan wisata di Tabanan disiapkan sebagai prototype spot yang akan menggunakan sistem transaksi berbasis uang elektronik seperti Tanah Lot, Alas Kedaton, Danau Beratan, dan Jatiluwih. Diharapkan digitalisasi transaksi destinasi wisata tersebut akan memberi kemudahan bertransaksi bagi wisatawan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Causa Iman Karana, mengutarakan bahwa Bank Indonesia memberikan banyak opsi bertransaksi bagi wisatawan di Bali. Koordinasi dengan para pemangku kepentingan sudah dilakukan dan konsepnya dimatangkan. Secara teknis sudah tidak ada masalah dan dapat dilaksanakan dalam waktu dekat.
Causa menerangkan, pembayaran sistem non tunai akan berlaku untuk tiket masuk. Selain tiket, sistem ini juga akan diterapkan untuk pembayaran parkir. Bila limit saldo habis, wisatawan bisa mengisinya pada pusat atau fasilitas bisnis milik umum. “Kami akan fokus di tiket dan parkir. Dengan begitu, tata kelola akan tercatat dan bisa mengukur PAD lebih detail. Untuk hal ini, Tabanan yang sangat siap,” terangnya.
Sistem transaksi digital ini mereplikasi pembayaan nontunai Tol Bali Mandara. Masyarakat bisa menggunakan kartu uang elektronik beberapa bank penerbit. “Gambarannya sama persis dengan yang Tol Bali Mandara. Silahkan pilih kartu uang elektronik. Pakai kartu dari bank mana saja bisa. Nanti tinggal tempel di alat khusus yang disiapkan,” jelas Causa.
Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti mengatakan, beberapa pelaku binis akan digandeng sebagai tempat top up. Lokasinya juga akan diatur sedemikian rupa untuk menunjang gerak wisatawan. Tabanan siap mengaplikasikan transaksi non tunai ini. Destinasi yang dipilih sudah tepat dan tidak ada masalah. Sekarang kita persiapkan fasilitas isi ulang uang elektroniknya. Saat ini kami sedang berkordinasi dengan perbankan dan toko-toko modern. Sehingga wisatawan lebih leluasa kalau mau isi ulang
Tabanan sendiri memiliki PAD Rp.324 miliar di tahun 2017. Dari jumlah realisasi itu, pajak retribusi paling kecil kontribusinya. Angkanya hanya Rp.53 juta saja. Income itu berasal dari 2 lahan parkir yang bisa dipungut yaitu Hardys dan KFC Tabanan. Mereka pun menargetkan PAD Rp.409,2 miliar di tahun 2018.