Kawasan Asia Pasifik Strategis untuk Pariwisata

Dipercayanya Indonesia menjadi pemimpin sidang Gabungan tahunan ke-31 Gabungan Komisi Regional Asia UNWTO memiliki banyak makna. Pertama karena hal ini membuktikan pariwisata Indonesia mampu bersaing. Dan yang kedua, kawasan Asia Pasifik sangat strategis buat pariwisata.

Sidang tahunan ke-31 komisi regional, membawahi negara-negara anggota di kawasan Asia Pasifik dan Asia Selatan (Joint Commission for East Asia & the Pacific dan Commission for South Asia). Sidang dilangsungkan tanggal 4 Juni 2019 di Thimphu, Bhutan. Tercatat 15 negara dari kawasan Asia Pasifik, 7 negara dari Asia Selatan, serta 10 anggota afiliasi hadir dalam sidang yang dibuka oleh Perdana Menteri Bhutan Lotay Tshering itu.

Deputi Bidang Industri dan Kelembagaan Pariwisata Kemenpar Ni Wayan Giri Adnyani yang mengetuai sidang mengatakan kawasan Asia Pasifik memiliki arti yang sangat strategis. Karena, pada 2018 lalu, Asia Pasifik merupakan kawasan dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara cukup tinggi. Totalnya mencapai 343 juta kunjungan. Atau, tumbuh sekitar 6% dibandingkan tahun 2017.

“Karena itu, sidang gabungan komisi regional yang membahas berbagai dinamika pariwisata di kawasan menjadi sangat penting. Karena ini untuk kemajuan seluruh anggota,” papar Ni Wayan Giri Adnyani, Rabu (12/6).

Sidang mengagendakan laporan Sekretaris Jenderal UNWTO Zurab Pololikashvili. Zurab. Sebab, Zurab memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan dunia sebesar 1,4 miliar akan tercapai pada tahun 2020. Optimisme ini didasari pada fakta-fakta bahwa pertumbuhan ekonomi dunia yang menguat, perjalanan udara yang lebih terjangkau, perkembangan teknologi, model-model bisnis baru, dan fasilitasi visa yang lebih luas di seluruh dunia.

“Zurab juga menyinggung tentang kontribusi pariwisata dalam mendukung pencapaian 17 goals dalam UN Sustainable Development Goals (UN SDGs 2030). Terutama goals 8, 12, dan 14 yang mengemukakan nilai-nilai inclusive and sustainable economic growth, jobs, sustainable consumption and production, dan sustainable use of oceans and marine resources,” jelas Giri Adnyani.

Terkait dengan program kerja negara-negara di kawasan tahun 2018-2019, Indonesia mendapat pujian. Khususnya, karena komitmennya untuk mengimplementasikan UNWTO Gastronomy Tourism Prototype di Ubud pada tahun ini.

“Proyek ini merupakan inisiatif yang akan membantu Indonesia dalam mengembangkan produk pariwisata gastronomi inovatif yang menghubungkan sektor publik dan swasta serta menyoroti kontribusinya terhadap pembangunan sosial-ekonomi seperti penciptaan lapangan kerja langsung,” jelasnya.

Selain itu, sidang menyepakati Indonesia sebagai Vice-President mewakili kawasan Asia Pasifik dan Selatan. Indonesia akan menjadi wakil pada UNWTO General Assembly yang akan berlangsung tanggal 9 September 2019 di St Petersburg, Rusia. Sidang umum yang dilaksanakan sekali dalam waktu dua tahun ini diikuti oleh 158 negara anggota UNWTO. Partisipasi Indonesia sebagai Vice-President nantinya semakin mengukuhkan arti penting dan peran aktif Indonesia dalam ikut membangun pariwisata global.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengaku sangat bangga dengan kepercayaan yang didapat Indonesia dari negara-negara UNWTO.

“UNWTO itu bukan organisasi sembarangan. Posisinya sangat penting buat pariwisata internasional. Dan menjadi sidang dalam forum sekelas UNWTO jelas sangat membanggakan. Ini membuktikan pariwisata Indonesia sangat diperhitungkan,” katanya mantan Dirut PT Telkom itu.