Kuatkan Daya Saing Pariwisata Indonesia

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memperkuat sinergi dengan kementerian/lembaga dalam upaya memperkuat indeks daya saing pariwisata/Travel Tourism Competitiveness Index (TTCI). Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, R Kurleni Ukar dalam keterangannya, Selasa (9/6/2020) mengatakan peningkatan indeks daya saing pariwisata merupakan salah satu target dalam RPJMN yang ingin diwujudkan oleh Kemenparekraf. Untuk itu pihaknya membentuk tim yang akan berkoordinasi intens dengan kementerian/lembaga terkait guna memastikan indeks daya saing pariwisata Indonesia dapat meningkat.

“Setidaknya ada 18 kementerian/lembaga yang menjadi mitra strategis bagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, terkait dengan pilar-pilar peningkatan daya saing pariwisata Indonesia. Sehingga, penting untuk melakukan sinergi dengan kementerian/lembaga tersebut guna maningkatkan posisi daya saing pariwisata Indonesia di pasar global,” kata Kurleni Ukar.

Berdasarkan data Travel & Tourism Competitiveness Index (TTCI) yang dikeluarkan World Economic Forum (WEF) pada 2019, dari 14 pilar yang menjadi penilaian daya saing pariwisata, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif pada 5 pilar yaitu Price Competitiveness, Prioritization of Travel & Tourism, International Openness, Natural Resources, serta Cultural Resources & Business Travel. Sementara itu, pariwisata Indonesia dihadapkan dengan 5 tantangan terbesar terkait daya saing Environmental Sustainability, Health & Hygiene, Tourist Service Infrastructure, Safety & Security, serta ICT Readiness.

Ia menegaskan bahwa Kemenparekraf tidak bisa bergerak sendiri, untuk itu diperlukan koordinasi yang baik dengan seluruh pihak terkait.

“Dalam pilar infrastruktur misalnya, tentu terkait dengan peran Kementerian Perhubungan juga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,” ujar Kurleni Ukar.

Ia pun mengapresiasi kementerian/lembaga yang memberikan dukungan dengan maksimal. Peningkatan indeks daya saing pariwisata melalui indikator TTCI tersebut diharapkan akan memberi banyak manfaat positif, diantaranya untuk meningkatkan citra pariwisata Indonesia, memberikan nilai tawar dalam aspek permintaan pariwisata serta investasi.

“Pariwisata ditetapkan sebagai leading sector adalah bukti keseriusan pemerintah untuk terus membenahi segala aspek pembangunan pariwisata di Indonesia yang berkelanjutan baik dengan memperhatikan aspek ekonomi, aspek sosial-budaya, serta aspek lingkungan hidup”.

Dengan sinergi ini diharapkan target peringkat Indonesia dalam indeks daya saing pariwisata di tahun 2021 di urutan 36-39 dapat terwujud.

Industri Pariwisata Didorong Tingkatkan Daya Saing Hadapi Normal Baru

Pandemi COVID-19 dipastikan akan membawa perubahan besar terhadap minat wisatawan dalam berwisata yang nantinya akan lebih mengedepankan aspek keamanan dan kesehatan sehingga harus benar-benar dapat diantisipasi oleh seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan juga ekonomi kreatif.

Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf Agustini Rahayu dalam diskusi “New Normal di Industri Travel/Tourism” yang digelar PR Newswire, Rabu (10/6/2020) mengatakan, baik pemerintah, pelaku usaha, maupun pemangku kepentingan lainnya harus mampu beradaptasi, menciptakan inovasi dan meningkatkan daya saing sebagai respons terhadap perubahan.

“Akan terjadi perubahan perilaku yang mendasar dari wisatawan. Nantinya wisatawan akan lebih mengedepankan faktor kebersihan, kesehatan dan keselamatan serta keamanan sehingga industri harus dapat beradaptasi untuk dapat meyakinkan konsumennya bahwa fasilitas mereka dapat memenuhi factor dimaksud,” kata Agustini Rahayu.

UNWTO bahkan menyatakan kini saatnya untuk melakukan peninjauan ulang terhadap standarisasi pariwisata untuk menghadapi tuntutan kebutuhan itu melalui pedoman global pembukaan kembali fasilitas pariwisata yang mereka sebut Global Guidelines to restart tourism. Organisasi itupun telah merilis pedoman yang dijadikan acuan industri pariwisata terkait perubahan perilaku wisatawan secara umum.

Dari sisi akomodasi misalnya, preferensi wisatawan akan berubah dari yang semula mencari akomodasi yang menawarkan harga promo/budget hotel ke hotel-hotel yang mengutamakan aspek higienitas. Kemudian dalam transportasi, penerbangan langsung atau maksimum 1 kali transit akan menjadi preferensi utama wisatawan.

Aktivitas wisatawan juga akan lebih kepada aktivitas outdoor dengan pilihan udara sejuk, self-driving, dan private tour. Serta yang tidak kalah penting adalah penguatan sumber daya manusia yang berdasar kepada protokol keamanan dan higienitas.

“Industri mungkin diawal akan melakukan penyesuaian harga karena harus memenuhi standar yang dibutuhkan dan wisatawan akan membayar. Meski nantinya seiring berjalan waktu juga akan ada penyesuaian dari sisi bisnis,” kata Agustini Rahayu.

Mengantisipasi hal tersebut, Kemenparekraf/Baparekraf dikatakan Agustini Rahayu, telah menyiapkan program Cleanliness, Health and Safety (CHS) yang akan jadi pedoman bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Namun protokol tersebut nantinya akan dikeluarkan melalui Peraturan/Keputusan Menteri Kesehatan dalam waktu dekat. Protokol kesehatan ditegaskannya memang harus diharmonisasikan dengan Kementerian/Lembaga lain agar tersinergi baik.

Setelah itu pihaknya baru akan melakukan pendampingan kepada industri termasuk training pekerja pariwisata di setiap destinasi dan diaplikasikan.

“Mudah-mudahan dalam waktu dekat final agar kita bisa segera disosialisasikan,” kata Agustini Rahayu.

Director of Marketing Communications The Westin Resort Nusa Dua Bali, Dewi Anggraini mengatakan, pihaknya telah bersiap untuk memasuki tatanan kenormalan baru pariwisata. Selama ini pihaknya benar-benar mempersiapkan dan menjadikan situasi yang lesu akibat COVID-19 ini sebagai tantangan.

The Westin Resort Nusa Dua Bali telah menyiapkan protokol yang akan diterapkan di setiap aspek. Mulai dari lobby, kamar, restoran, hingga tempat pertemuan (MICE).

“Kami sudah melakukan set up untuk new normal dan beberapa hal yang harus diperhatikan. Semua itu secara intens kami komunikasikan ke publik sehingga kami harapkan bisa menjaga kepercayaan di mata masyarakat,” kata Dewi.

Untuk itu pihaknya berharap implementasi normal baru dapat segera berjalan dan industri kembali bergeliat.