Kalimantan Tengah: Bumi Tambun Bungai

Kalimantan Tengah merupakan provinsi terbesar di Pulau Kalimantan, luasnya sekitar 253.800 km² dimana sebagian besar wilayahnya adalah hutan. Bagian utara adalah pegunungan yang sulit dijangkau, bagian tengahnya merupakan hutan tropis yang lebat. sedangkan wilayah selatan adalah rawa dengan banyak sungai. Iklim di Kalimantan panas dan lembab.

Kalimantan Tengah memiliki posisi geografisnya yang cukup strategis, berhadapan langsung dengan Laut Jawa dan berbatasan dengan provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur,

Di provinsi inilah Anda berkesempatan untuk berwisata alam di tempat yang tepat. Itu karena Kalimantan Tengah sangat kaya dengan cagar alamnya, seperti di Bukit Raya dan kelompok Hutan Monumental Kotawaringin Timur, Bukit Sapat Hawung di Barito Utara, dan Merang di Kota Palangkaraya.

Selain itu ada juga suaka alam darat dan laut di Kotawaringin Barat. Air terjun Malau Besar dan Pauras di Barito Utara, Tangkiling di Palangkaraya. Pantai yang indah dan alami di Kotawaringin Barat, serta Ujung Pandaran di Kotawaringin Timur.

Orangutan merupakan hewan endemik yang masih banyak Anda dapat jumpai di Kalimantan Tengah khususnya Taman Nasional Tanjung Puting dengan luas mencapai 300.000 Ha tepatnya di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Seruyan. Di sini juga terdapat hewan lain seperti beruang, landak, owa-owa, beruk, kera, bekantan, trenggiling, buaya, kukang, paus air tawar (tampahas), arwana, manjuhan, biota laut, penyu, bulus, burung rangkong, betet, dan lain-lain.

Kalimantan Tengah menawarkan kepada Anda pengalaman mengesankan berwisata alam, budaya, seni, dan wisata kuliner.

Sejarah
Awalnya Kalimantan Tengah merupakan bagian dari Kalimantan Selatan.

Kalimantan Tengah sudah ada selama ratusan tahun.

Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu awal di Indonesia yang kemudian memeluk Islam dan berpusat dari Brunei Darussalam.

Abad ke-17, Belanda dan Inggris mulai menjajah daerah ini. Belanda menggunakan taktik divide et ampera, yaitu politik memecah belah untuk kemudian menguasai Kalimantan. Suku-suku yang tersebar saling waspada satu sama lain hingga akhir abad ke-19, ketika Tumbang Anoy mengadakan perjanjian perdamaian di Hulu Kahayan, Kalimantan Tengah. Akhirnya Kalimantan Tengah dinyatakan sebagai provinsi pada tanggal 23 Mei 1957.

Masyarakat & Kebudayaan
Orang Melayu, Dayak, dan Bugis mendominasi daerah ini. Beberapa keturunan orang Dayak masih tinggal dan terisolasi di belantara hutan.

Sebutan umum suku Dayak yang ada di Kalimantan Tengah adalah suku Dayak Ngaju karena yang paling dominan. Suku lainnya yang tinggal di pesisir adalah Banjar Melayu Pantai merupakan 24,20 % populasi. Di samping itu ada pula suku Jawa, Madura, Bugis dan lain-lain. Gabungan suku Dayak (Ngaju, Sampit, Maanyan, Bakumpai) mencapai 37,90%. Keturunan suku Dayak yang mendiami provinsi ini adalah orang Ngaju, Ot Danum dan Ma.

Bahasa daerah di Kalimantan Tengah terdiri dari puluhan, bahkan ratusan bahasa Dayak. Namun, dalam pergaulan sehari-hari, bahasa yang kerap digunakan adalah bahasa Dayak Ngaju, Dayak Maayan, Dayak Kapuas, bahasa Jawa, dan bahasa Banjar.

Suku Dayak dikenal dengan “Rumah Betang” sebuah rumah besar yang dihuni beberapa keluarga sekaligus secara turun-temurun. Karena itulah kekerabatan mereka sangat erat dan menjadi unsur dominan keberlangsungan kebudayaan unik ini.

Kalimantan Tengah juga dikenal dengan sebutan Bumi Tambun Bungai, sebutan ini berdasarkan silsilahnya berasal dari nama pejuang asli daerah setempat yang selama ini dikenang oleh warga Dayak.

Tambun Bungai merupakan nama dwitunggal pahlawan yang sangat terkenal dalam sejarah suku Dayak Kalimantan, yaitu, Tambun dan Bungai, sehingga oleh warga Kalteng disebut Tambun Bungai.

Dalam sejarah Dayak bernama Tetek Tatum atau ratap tangis sejati yang selalu menuturkan cerita kepahlawanan Tambun dan Bungai yang dikenal dengan sebutan atau nama lain Kalimantan Tengah, karena kebangaanya dengan pahlawan tambun dan bungai.

Sejak masa kanak-kanaknya, si Bungai memiliki paras tampan. Tetapi ia juga bersifat berani dan tak mudah berputus asa. Keras kemauan dan besar cita-citanya. Banyak tingkah laku anak ini yang berlainan dari anak-anak biasa.

Oleh karena serba keganjilan itulah maka ibu bapaknya mempunyai kepercayaan bahwa di dalam tubuh si Bungai yang kecil itu pasti ada tersimpan kekuatan gaib dari dewa-dewa.

Maka untuk menguji benar tidaknya kepercayaan itu, pernah si Bungai kecil ini digantung ayahnya di puncak kayu yang tinggi di dalam sebuah rimba belantara selama 7 hari 7 malam.

Juga ia dibuaikan di sebuah teluk yang dalam airnya selama 7 hari 7 malam pula. Tidak diberi makan minum sedikitpun. Namun si Bungai kecil tetap segar bugar.

Adapun saudara sepupunya yang bernama si Tambun, juga demikian. Kedua anak ini hidup laksana kembar yang tak mau dipisah-pisahkan.

Jika berkelahi seorang, mereka berkelahi keduanya. Jika bersedih hati si Bungai, juga si Tambun ikut berdukacita. Dalam suka duka masa kanak-kanaknya, mereka menemui banyak keanehan dan keganjilan.

Mereka memiliki sifat watak yang cerdas, lemah lembut, peramah, suka menolong sesama, sedikit memerima banyak memberi, cepat kaki ringan tangan, bijaksana, tetapi pantang menyerah untuk membela kebenaran.

Karena itulah ia disayangi dan disegani oleh penduduk daerahnya. Dongeng Tanbun dan Bungai sesuai dengan peribahasa Dayak yang berbunyi Bakena Mamut Menteng (tampan, sopan santun dan gagah perkasa).

Keberanian dan kelebihan yang dimiliki Tambun dan Bungai inilah yang kemudian dijadikan kebanggan warga dayak sehingga Kalteng juga disebut dengan sebutan Bumi Tambun Bungai.

Kuliner

Kuliner makanan Palangkaraya itu didominasi oleh masakan khas Banjar dan khas Dayak, selain ada juga olahan masakan khas Jawa. Menu khas Dayak yang terkenal yaitu umbut rotan dan daun singkong bersantan.

Anda mungkin belum pernah mencoba makanan yang terbuat dari rotan. Anda tidak perlu memiliki gigi yang kuat untuk mengunyah sesuatu yang biasanya digunakan untuk untuk membuat furniture. Rotan yang masih sangat muda dan lunak serta lapisan luarnya dibuang. Lalu bagian dalam rotan yang masih muda itu dimasak bersama sayuran lain. Rasanya agak kenyal dan pahit, dan sebaiknya dimakan dengan ikan.

Di Palangkaraya Anda akan dimanjakan dengan kuliner berbahan ikan rawa seperti gabus, tauman, mihau, kihung, kerandang, sepat siam, patung, biawan, pepuyu, sepat, sisili, kapar, serta beberapa ikan yang pastinya tidak Anda dapatkan di tempat lain.

Transportasi
Tersedia penerbangan domestik Garuda Indonesia 1 kali sehari langsung ke Palangka Raya, ibu kota Kalimantan Tengah. Pilihan lain ada Lion Air dan TransNusa melayani penerbangan dari beberapa kota di Tanah Air.

Kantor Pariwisata
Jl. Tjilik Riwut Km.5, Palangkaraya 73112 Telp. (0536) 3231110 Fax. (0536) 3231007